PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT,SATISFACTION) DENGAN MEDIA KARTU PANTUN PADA KELAS VII F SMP N 24 SEMARAN

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS

(ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT,SATISFACTION)

DENGAN MEDIA KARTU PANTUN PADA KELAS VII F SMP N 24 SEMARANG

SKRIPSI

untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan

Oleh

Nama : Arifatul Latifah NIM : 2101411035

Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

SARI

Latifah, Arifatul. 2015. “Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun Mengggunakan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dengan Media Kartu Pantun Pada Siswa Kelas VII F SMP Negeri 24 Semarang”. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dra. Nas Haryati S, M.Pd. Pembimbing II : Mulyono, S.Pd.,M.Hum.

Kata kunci : keterampilan menulis pantun, model pembelajaran arias (assurance, relevance, interest, assessment, satisfaction), media kartu pantun Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP sampai saat ini masih belum mencapai hasil optimal terutama pada keterampilan menulis. Demikian pula, di SMP Negeri 24 Semarang ditemui beberapa permasalahan dalam pembelajaran menulis, khususnya dalam penelitian ini yaitu kompetensi menulis pantun. Keterampilan menulis pantun tidak dapat dilakukan siswa secara tiba-tiba akan tetapi harus melalui proses pembelajaran dan melalui proses berlatih. Keterampilan menulis pantun tentu akan meningkat seiring dengan pembinaan yang tepat dan terencana. Berdasarkan penelitian awal yang telah dilakukan, diketahui bahwa rata-rata keterampilan menulis kelas VII F SMP Negeri 24 Semarang masih relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa masalah antara lain (1) siswa kurang memahami materi pantun; (2) kurangnya siswa dalam praktik menulis pantun sehingga siswa kurang percaya diri dalam menulis; 3) siswa belum dapat menuangkan ide atau gagasan dalam menulis pantun. Penerapan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dengan media kartu pantun merupakan salah satu solusi yang dapat mengatasi permasalahan siswa dalam keterampilan menulis pantun.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah proses pembelajaran keterampilan menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction) dengan media kartu pantun pada siswa kelas VII F SMP Negeri 24 Semarang; (2) bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction) dengan media kartu pantun pada siswa kelas VII F SMP Negeri 24 Semarang; (3) bagaimanakah perubahan perilaku belajar siswa kelas VII F SMP Negeri 24 Semarang dalam mengikuti pembelajaran keterampilan menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction) dengan media kartu pantun. Tujuan penelitian ini sebagai berikut (1) mendeskripsikan proses pembelajaran keterampilan menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction) dengan media kartu pantun pada siswa kelas VII F SMP


(3)

Negeri 24 Semarang; (2) mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction) dengan media kartu pantun pada siswa kelas VII F SMP Negeri 24 Semarang; (3) mendeskripsikan perubahan perilaku belajar siswa kelas VII F SMP Negeri 24 Semarang dalam mengikuti pembelajaran keterampilan menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction) dengan media kartu pantun.

Subjek penelitian ini adalah kemampuan menulis pantun yang sesuai dengan syarat pantun pada siswa kelas VII F SMP Negeri 24 Semarang yang berjumlah 31 siswa. Variabel yang diungkap dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dengan media kartu pantun. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang meliputi dua siklus. Tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengambilan data dilakukan dengan tes dan nontes. Alat pengambilan data berupa pedoman observasi, jurnal, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi foto. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kuantitatif dan teknik kualitatif.

Proses pembelajaran menulis pantun siswa kelas VII F SMP Negeri Semarang menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction)yaitu, (1) keantusiasan siswa dalam proses pembelajaran menulis pantun; (2) kekondusifan siswa dalam menulis pantun; (3) keaktifan siswa dalam memaparkan hasil diskusi menulis pantun; (4) kereflektifan suasana saat kegiatan refleksi pada akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa kemampuan menulis pantun siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dengan media kartu pantun telah mencapai hasil yang baik. Hasil tes menulis cerpen pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 78,25. Setelah dilakukan tindakan siklus II diperoleh nilai rata-rata 85,83 mengalami peningkatan sebesar 7,58. Hasil tes tersebut menunjukkan bahwa kemampuan menulis pantun siswa telah mencapai hasil yang baik dan mencapai etuntasan belajar. Hasil analisis data nontes juga menunjukkan adanya perubahan perilaku siswa. Siswa merespon positif terhadap pembelajaran menulis pantun menggunakan menggunakan pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dengan media kartu pantun yang mencakup keantusiasan siswa saat mendengarkan penjelasan dari guru, keaktifan siswa dalam merespon, bertanya, dan menjawab saat pembelajaran, tanggungjawab siswa terhadap tugas yang diberikan oleh guru serta keberanian dan kepercayaan diri siswa dalam menulis pantun.

Berdasarkan hasil penelitian peningkatan keterampilan menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction) dengan media kartu pantun, peneliti memberi saran (1) pembelajaran menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance,


(4)

Interest, Assessment, Satisfaction) dengan media kartu pantun dapat dijadikan alternatif pembelajaran sebagaimana yang ditunjukan dari hasil penelitian ini yang terbukti dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa dalam menulis pantun dan perubahan perilaku siswa ke arah positif, (2) penelitian menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dengan media kartu pantun diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang terkait dengan penelitian menulis pantun.


(5)

(6)

(7)

(8)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto

1. Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga (HR. Muslim).

2. Sebuah cita-cita janganlah untuk kebanggaan diri sendiri akan tetapi jadikanlah sebagai usaha untuk kejayaan bangsa dan negara (Munawar). 3. Di dalam hidup ini, kita tidak bisa berharap segala yang kita dambakan

bisa diraih dalam sekejap. Lakukan saja perjuangan dan terus berdoa, maka Tuhan akan menunjukkan jalan selangkah demi selangkah. (Merry Riana)

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk : 1. Bapak Munawar dan ibu Kusriyati 2. Alfi Muna Syarifah

3. Mahbul Destia Hermawan


(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya karena skripsi yang berjudul

“Peningkatan Menulis Pantun Menggunakan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dengan Media Kartu Pantun Pada Siswa Kelas VII F SMP Negeri 24 Semarang” dapat selesaikan dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada Dra. Nas Haryati S, M.Pd., Pembimbing I, dan Mulyono, S.Pd.,M.Hum., Pembimbing II, yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan masukan, bimbingan, dan arahan serta dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab membimbing dan memotivasi dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang, atas kesempatan yang diberikan untuk menempuh ilmu di Universitas Negeri Semarang;

2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang yang yang telah memberikan izin untuk penelitian ini;


(10)

3. Sumartini, S.S.,MA., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan arahan dan izin penelitian kepada penulis;

4. Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berguna dalam proses perkuliahan selama ini;

5. Drs. Puryadi, M.Pd., Kepala SMP Negeri 24 Semarang yang telah memberikan izin penelitian dan bantuan selama penulis melakukan penelitian skripsi;

6. Suparsih, A.Md., guru Bahasa Indonesia kelas VII F SMP 24 Negeri Semarang, yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan arahan selama penulis melakukan penelitian serta membantu penulis melakukan penelitian;

7. siswa-siswi kelas VII F SMP 24 Negeri Semarang, yang telah membantu penulis dan menjadi responden penelitian yang dilakukan penulis;

8. Bapak, ibu dan adik tercinta yang telah senantiasa mendo’akan dan memberi dukungan dalam penyusunan skripsi ini;

9. sahabat yang selalu memberikan dukungan untuk penulis dan selalu menemani penulis dalam proses bimbingan;

10. teman-teman kos Wisma Citra 3;

11. semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;


(11)

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Semarang, Oktober 2015

Peneliti,

Arifatul Latifah


(12)

DAFTAR ISI

SARI ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v

PENGESAHAN KELULUSAN ... vi

PERNYATAAN... vii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... viii

PRAKATA ... ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR DIAGRAM ...xxiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Pembatasan Masalah ... 9

1.4 Rumusan Masalah ... 9

1.5 Tujuan Penelitian ... 10

1.6 Manfaat Penelitian ... 11


(13)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka ... 13

2.2 Landasan Teoretis ... 23

2.2.1 Hakikat Pantun ... 23

2.2.1.1 Pengertian Pantun ... 24

2.2.1.1 Ciri-ciri Pantun ... 25

2.2.1.2 Jenis-jenis Pantun ... 28

2.2.2 Hakikat Menulis Pantun ... 30

2.2.2.1 Pengertian Menulis ... 30

2.2.2.2 Menulis Pantun ... 32

2.2.3 Hakikat Model Pembelajaran ARIAS ... 34

2.2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran ... 34

2.2.3.2 Komponen Model Pembelajaran ... 35

2.2.3.3 Model Pembelajaran ARIAS ... 36

2.2.3.4 Komponen-komponen Model Pembelajaran ARIAS ... 38

2.2.3.5 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran ARIAS ... 45

2.2.4 Hakikat Media Pembelajaran Kartu Pantun ... 46

2.2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran ... 47

2.2.4.2 Media Kartu Pantun ... 48

2.2.5 Penerapan Model Pembelajaran ARIAS Media Kartu Pantun dalam Pembelajaran Menulis Pantun ... 52

2.3 Kerangka Berpikir ... 55

2.4 Hipotesis Tindakan ... 56

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 60

3.1.1 Tahap Penelitian ... 61

3.1.1.1 Perencanaan ... 62

3.1.1.2 Tindakan ... 63

3.1.1.3 Observasi ... 67


(14)

3.1.1.4 Refleksi ... 68

3.1.2 Tahap Penelitian Siklus II... 66

3.1.2.1 Perencanaan ... 69

3.1.2.2 Tindakan ... 69

3.1.2.3 Observasi ... 73

3.1.2.4 Refleksi ... 74

3.2 Subjek Penelitian ... 74

3.3 Variabel Penelitian ... 74

3.3.1 Variabel Keterampilan Menulis Pantun ... 75

3.3.2 Varibel Model Pembelajaran ARIAS dengan Media Kartu Pantun .... 75

3.4 Indikator Kinerja... 76

3.4.1 Indikator Data Kuantitatif... 76

3.4.2 Indikator Data Kualitatif... 77

3.5 Instrumen Penelitian ... 79

3.5.1 Instrumen Tes ... 79

3.5.2 Instrumen Nontes... 82

3.5.2.1 Pedoman Observasi ... 84

3.5.2.2 Pedoman Jurnal ... 85

3.5.2.3 Pedoman Wawancara ... 86

3.5.2.4 Dokumentasi Foto ... 86

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 87

3.6.1 Teknik Tes ... 88

3.6.2 Teknik Nontes ... 89

3.6.2.1 Observasi ... 89

3.6.2.2 Wawancara ... 90

3.6.2.3 Jurnal ... 91

3.6.2.4 Dokumentasi Foto ... 91

3.7 Teknik Analisis Data ... 92

3.7.1 Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 92

3.7.2 Teknik Analisis Data Kualitatif ... 93


(15)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian... 95 4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I ... 95 4.1.1.1 Proses Pembelajaran Menulis Pantun Menggunakan Model

Pembelajaran ARIAS dengan Media Kartu Pantun Siklus I ... 96 4.1.1.2 Hasil Keterampilan Menulis Pantun Menggunakan Model

Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dengan Media Kartu Pantun

Siklus I ... 110 4.1.1.3 Hasil Perubahan Perilaku Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran

Menulis Pantun Menggunakan Model Pembelajaran ARIAS

dengan Media Kartu Pantun Siklus I ... 118 4.1.1.4 Refleksi Siklus I ... 130 4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II ... 134 4.1.2.1 Proses Pembelajaran Menulis Pantun Menggunakan Model

Pembelajaran ARIAS dengan Media Kartu Pantun Siklus II... 135 4.1.2.2 Hasil Tes Keterampilan Menulis Pantun Menggunakan Model

Pembelajaran ARIAS dengan Media Kartu Pantun

Siklus II ... 150 4.1.2.3 Hasil Perubahan Perilaku Siswa Setelah Mengikuti Pembelajaran

Menulis Pantun Menggunakan Model Pembelajaran ARIAS

dengan Media Kartu Pantun Siklus II ... 159 4.1.2.4 Refleksi Siklus II ... 171 4.2 Pembahasan ... 174 4.2.1 Proses Pembelajaran Menulis Pantun Menggunakan Model

Pembelajaran ARIAS dengan Media Kartu Pantun Siklus I dan

Siklus II ... 175 4.2.1.1 Keantusiasan Siswa dalam Proses Pembelajaran Menulis Pantun

Menggunakan Model Pembelajaran ARIAS dengan Media Kartu

Pantun Siklus I dan Siklus II ... 177


(16)

4.2.1.2 Kekondusifan Siswa dalam Menulis Pantun Menggunakan Model Pembelajaran ARIAS (dengan Media Kartu Pantun Siklus I dan

Siklus II ... 181

4.2.1.3 Keaktifan Siswa dalam Memaparkan Hasil Menulis PantunSiklus I dan Siklus II ... 184

4.2.1.4 Kereflektifan Suasana saat Kegiatan Refleksi Pada Akhir Pembelajaran Siklus I dan Siklus II... 186

4.2.2 Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun Menggunakan Model Pembelajaran ARIAS dengan Media Kartu Pantun Siklus I dan Siklus II ... 189

4.2.3 Perubahan Perilaku Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Menulis Pantun Menggunakan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dengan Media Kartu Pantun Siklus I dan Siklus II ... 192

4.2.3.1 Keantusiasan Siswa saat Mendengarkan Penjelasan dari Guru Siklus I dan Siklus II ... 194

4.2.3.2 Keaktifan Siswa dalam Merespon, Bertanya, dan Menjawab Saat Pembelajaran Siklus I dan Siklus II... 197

4.2.3.3 Tanggungjawab Siswa terhadap Tugas yang Diberikan oleh Guru Siklus I dan Siklus II ... 201

4.2.3.4 Keberanian dan Kepercayaan Diri Siswa dalam Menulis Pantun Siklus I dan Siklus II ... 203

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 210

5.2 Saran ... 212

DAFTAR PUSTAKA ... 213

LAMPIRAN ... 216


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran ARIAS... 41

Tabel 2.2 Penerapan Model Pembelajaran ARIAS dengan Media Kartu Pantun dalam Pembelajaran Menulis Pantun ... 52

Tabel 3.1 Tingkat Keberhasilan Peserta Didik ... 77

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Tiap Aspek ... 79

Tabel 3.3 Kategori Penilaian Keterampilan Menulis Pantun... 80

Tabel 3.4 Kategori Penilaian Tes Keterampilan Menulis Pantun ... 82

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Nontes ... 83

Tabel 4.1 Hasil Proses Pembelajaran Menulis Pantun Siklus I ... 99

Tabel 4.2 Hasil Tes Keterampilan Menulis Pantun Siklus I ... 111

Tabel 4.3 Hasil Tes Keterampilan Menulis Pantun Aspek Pilihan Kata Siklus I... 113

Tabel 4.4 Hasil Tes Keterampilan Menulis Pantun Aspek Isi Pantun Siklus I... 114

Tabel 4.5 Hasil Tes Keterampilan Menulis Pantun Aspek Sampiran dan Isi Siklus I... 114

Tabel 4.6 Hasil Tes Keterampilan Menulis Pantun Aspek Persajakan Siklus I... 115

Tabel 4.7 Hasil Tes Keterampilan Menulis Pantun Aspek Jumlah Suku Kata Tiap Baris Siklus I ... 116

Tabel 4.8 Hasil Tes Keterampilan Menulis Pantun Aspek Jumlah Baris Tiap Bait Siklus I... 117

Tabel 4.9 Hasil Perilaku Siswa Saat Pembelajaran Menulis Pantun Siklus I .... 119

Tabel 4.10 Hasil Proses Pembelajaran Menulis Pantun Siklus II ... 137

Tabel 4.11 Hasil Tes Keterampilan Menulis Pantun Siklus II... 150

Tabel 4.12 Nilai Rata-rata Keterampilan Menulis Pantun Tiap Aspek Siklus II ... 152

Tabel 4.13 Hasil Tes Keterampilan Menulis Pantun Aspek Pilihan Kata Siklus II ... 153


(18)

Tabel 4.14 Hasil Tes Keterampilan Menulis Pantun Aspek Isi Pantun Siklus II ... 154 Tabel 4.15 Hasil Tes Keterampilan Menulis Pantun Aspek Sampiran dan Isi

Siklus II ... 155 Tabel 4.16 Hasil Tes Keterampilan Menulis Pantun Aspek Persajakan

Siklus II ... 156 Tabel 4.17 Hasil Tes Keterampilan Menulis Pantun Aspek Jumlah Suku

Kata Tiap Baris Siklus II ... 157 Tabel 4.18 Hasil Tes Keterampilan Menulis Pantun Aspek Jumlah Baris

Tiap Bait Siklus II ... 158 Tabel 4.19 Hasil Perilaku Siswa Saat Pembelajaran Menulis Pantun

Siklus II ... 159 Tabel 4.20 Hasil Proses Pembelajaran Menulis Pantun Siklus I dan

Siklus II ... 176 Tabel 4.21 Tes Keterampilan Menulis Pantun Siklus I dan Siklus II ... 189 Tabel 4.22 Perubahan Perilaku Siswa dalam Pembelajaran Menulis Pantun

Siklus I dan Siklus II ... 193


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kartu Pantun Kelompok... 50 Gambar 2.2 Kartu Pantun Individu ... 51 Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas... 62 Gambar 4.1 Keantusiasan Siswa dalam Proses Pembelajaran Menulis

Pantun Siklus I... 103 Gambar 4.2 Kekondusifan Siswa dalam Proses Pembelajaran Menulis

Pantun Siklus I... 105 Gambar 4.3 Keaktifan Siswa dalam Memaparkan Hasil Menulis Pantun

Siklus I... 107 Gambar 4.4 Kereflektifan Suasana saat Kegiatan Refleksi Pada Akhir

Pembelajaran Siklus I ... 109 Gambar 4.5 Keantusiasan Siswa saat Mendengarkan Penjelasan Guru

Siklus I... 122 Gambar 4.6 Keaktifan Siswa dalam Merespon, Bertanya, dan Menjawab

Saat Pembelajaran Siklus I ... 125 Gambar 4.7 Tanggung jawab Siswa terhadap Tugas yang Diberikan Oleh

Guru Siklus I... 127 Gambar 4.8 Keberanian dan Kepercayaan Diri Siswa dalam Menulis

Pantun Siklus I... 129 Gambar 4.9 Keantusiasan Siswa dalam Proses Pembelajaran Menulis

Pantun Siklus II ... 142


(20)

Gambar 4.10 Kekondusifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Pantun

Siklus II ... 145 Gambar 4.11 Keaktifan Siswa dalam Memaparkan Hasil Menulis Pantun

Siklus II ... 147 Gambar 4.12 Kerefektifan Suasana saat Kegiatan Refleksi Pada Akhir

Pembelajaran Siklus II... 149 Gambar 4.13 Keantusiasan Siswa saat Mendengarkan Penjelasan Dari

Guru Siklus II ... 163 Gambar 4.14 Keaktifan Siswa dalam Merespon, Bertanya, dan Menjawab

saat Pembelajaran Siklus II ... 166 Gambar 4.15 Tanggung jawab Siswa Terhadap Tugas yang Diberikan oleh

Guru Siklus II ... 168 Gambar 4.16 Keberanian dan Kepercayaan Diri Siswa dalam Menulis

Pantun Siklus II ... 170 Gambar 4.17 Keantusiasan Siswa dalam Proses Pembelajaran Menulis

Pantun Siklus I dan Siklus II ... 180 Gambar 4.18 Kekondusifan Siswa dalam Proses Pembelajaran Menulis

Pantun Siklus I dan Siklus II ... 183 Gambar 4.19 Keaktifan Siswa dalam Memaparkan Hasil Menulis Pantun

Siklus I dan Siklus II ... 185 Gambar 4.20 Kerefektifan Suasana saat Kegiatan Refleksi Pada Akhir

Pembelajaran Siklus I dan Siklus II... 187 Gambar 4.21 Keantusiasan Siswa saat Mendengarkan Penjelasan dari Guru

Siklus I dan Siklus II ... 196


(21)

Gambar 4.22 Keaktifan Siswa dalam Merespon, Bertanya, dan Menjawab

Saat Pembelajaran Siklus I dan Siklus II... 200 Gambar 4.23 Tanggung jawab Siswa terhadap Tugas yang Diberikan Oleh

Guru Siklus I dan Siklus II ... 202 Gambar 4.24 Keberanian dan Kepercayaan Diri Siswa dalam Menulis

Pantun Siklus I dan Siklus II ... 204


(22)

Diagram 4.1 Hasil Tes Keterampilan Menulis Pantun Siklus I ... 112 Diagram 4.2 Hasil Tes Keterampilan Menulis Pantun Siklus II ... 151 Diagram 4.3 Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun Siklus I dan

Siklus II... 191


(23)

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 216 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 236 Lampiran 3 Lembar Observasi Siklus I dan Siklus II ... 256 Lampiran 4 Pedoman Jurnal Guru Siklus I dan Siklus II ... 258 Lampiran 5 Pedoman Jurnal Siswa Siklus I dan Siklus II ... 260 Lampiran 6 Pedoman Wawancara Siklus I dan Siklus II... 261 Lampiran 7 Pedoman Dokumentasi Foto Siklus I dan Siklus II ... 264 Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa Siklus I dan Siklus II... 265 Lampiran 9 Kartu Pantun Siklus I... 267 Lampiran 10 Kartu Pantun Siklus II ... 269 Lampiran 11 Daftar Nama Siswa Siklus I dan Siklus II ... 271 Lampiran 12 Nilai Menulis Pantun Siklus I... 272 Lampiran 13 Nilai Menulis Pantun Siklus II ... 274 Lampiran 14 Hasil Observasi Siklus I ... 276 Lampiran 15 Hasil Observasi Siklus II ... 278 Lampiran 16 Hasil Jurnal Guru Siklus I ... 280 Lampiran 17 Hasil Jurnal Guru Siklus II ... 284 Lampiran 18 Contoh Jurnal Siswa Siklus I ... 288 Lampiran 19 Contoh Jurnal Siswa Siklus II ... 294


(24)

Lampiran 20 Hasil Wawancara Siklus I ... 300 Lampiran 21 Hasil Wawancara Siklus II ... 306 Lampiran 22 Contoh Kerja Siswa Siklus I... 312 Lampiran 23 Contoh Kerja Siswa Siklus II ... 317 Lampiran 24 Surat Keputusan Dekan FBS UNNES ... 322 Lampiran 25 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 323 Lampiran 26 Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian ... 324 Lampiran 27 Surat Keterangan Lulus UKDBI ... 325 Lampiran 28 Lembar Bimbingan ... 326 Lampiran 29 Lembar Laporan Selesai Bimbingan Skripsi ... 330


(25)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelajaran bahasa dan sastra Indonesia memiliki dua aspek pembelajaran, yaitu aspek berbahasa dan aspek bersastra. Tiap aspek tersebut mencakup empat macam keterampilan, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi (Wagiran 2005:12). Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat komunikasi untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Sastra memiliki fungsi utama sebagai penghalus budi, peningkatan kepekaan rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial, penumbuh apresiasi budaya dan penyalur gagasan, imajinasi dan ekspresi secara kreatif dan konstruktif, baik secara lisan maupun tulisan. Kedua aspek ini tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pembelajaran sastra sama pentingnya dengan pembelajaran bahasa, sehingga dalam penyajiannya diharapkan dapat berjalan seimbang.

Pada hakikatnya tujuan pembelajaran sastra tidak hanya ditekankan pada peningkatan pengetahuan melalui teori, tetapi mengaktifkan siswa melalui kegiatan praktik dalam pembelajaran. Pembelajaran sastra tidak bertujuan untuk membuat siswa menjadi sastrawan atau seorang ahli sastra yang tahu bermacam- macam tentang teori dan sejarah sastra, tetapi agar menjadi orang yang menggemari karya sastra. Pembelajaran sastra mempunyai peranan penting dalam


(26)

membentuk watak dan kepribadian siswa sehingga diharapkan dapat melibatkan siswa untuk berperan aktif.

Pembelajaran sastra dibagi menjadi dua kegiatan yaitu berapresiasi sastra dan berekspresi sastra. Berapresiasi sastra adalah kegiatan yang membuat orang dapat mengenal, menyenangi, menikmati, dan mungkin menciptakan kembali secara kritis berbagai hal yang dijumpai dalam teks-teks karya orang lain dengan caranya sendiri, sedangkan berekspresi sastra dalam arti bahwa mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejala untuk dikomunikasikan kepada orang lain melalui tulisan kreatif sebagai sesuatu yang bermakna (Jabrohim 2003:71).

Jabrohim (2003:71) mengemukakan bahwa kegiatan ekspresi sastra dibagi menjadi dua, yaitu kegiatan ekspresi lisan dan ekspresi tulis. Kegiatan ekspresi lisan adalah kegiatan melisankan suatu karya sastra misalnya membacakan, membawakan, menuturkan, dan mementaskan karya sastra sedangkan kegiatan ekspresi tulis adalah kegiatan yang nantinya akan menghasilkan berbagai karya sastra seperti prosa, puisi, dan drama dengan pembelajaran sastra maka siswa mendapatkan peluang untuk berkarya sesuai dengan kreatifitasnya.

Dalam standar kompetensi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia untuk jenjang SMP atau MTs pada kelas VII aspek menulis, siswa harus mampu menulis pantun sesuai dengan syarat-syarat pantun. Untuk mencapai kompetensi dasar tersebut siswa tidak hanya belajar tentang teori menulis pantun akan tetapi siswa dibimbing untuk menulis pantun sesuai dengan syarat-syarat pantun. Untuk


(27)

dapat mencapai hasil yang baik, guru harus bertanggung jawab untuk membimbing siswa melalui kegiatan pembelajaran yang tepat.

Menulis pantun adalah kegiatan yang dilakukan untuk menuangkan gagasan atau perasaan yang terdiri atas sampiran dan isi dengan menggunakan pedoman syarat-syarat pantun yang telah ditentukan. Menulis pantun sebagai sarana komunikasi pengiriman dan penerimaan pesan yang dimanfaatkan untuk menyelipkan nasihat bahkan untuk melakukan kritik sosial tanpa mencederai perasaan siapa pun. Menulis pantun juga sebagai alat pemelihara bahasa yang berperan untuk penjaga fungsi kata dan kemampuan sebagai alur berpikir serta mengasah kepedulian siswa terhadap masalah sosial. Kemahiran menulis pantun sangatlah ditentukan dalam memilih pilihan kata-kata yang berkesinambungan antara sampiran dan isi pantun. Selain itu untuk menulis sebait pantun juga harus sesuai dengan jenis pantun yang akan dibuat, apabila dalam menulis pantun tidak sesuai antara jenis pantun dengan isinya maka pantun tersebut tidak benar. Kemahiran siswa dalam menulis pantun perlu dilatih serta dapat ditingkatkan melalui praktik menulis dan membaca.

Fenomena yang terjadi dalam pembelajaran menulis pantun pada kelas VII F SMP Negeri 24 Semarang berdasarkan hasil observasi atau pengamatan awal dalam pembelajaran menulis pantun adalah sebagian siswa mengikuti pembelajaran secara aktif, sementara sebagian siswa lain hanya bermalas- malasan, bermain-main, bercanda dan pasif. Hal itu terjadi karena siswa merasa bosan dengan model pembelajaran menulis pantun yang tidak bervariasi.


(28)

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas VII F SMP Negeri 24 Semarang, diketahui bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, siswa kurang berminat pada pembelajaran menulis karena mereka menganggap menulis itu pembelajaran yang sulit terutama pada pembelajaran menulis pantun. Siswa merasa bosan karena pembelajaran menulis pantun yang hanya berpusat pada guru dengan model pembelajaran yang tidak bervariasi. Siswa belum memahami sampiran dan isi, jumlah suku kata dan sajak a-b-a-b serta belum dapat menuangkan ide atau gagasan dalam menulis pantun.

Guru pengampu pelajaran bahasa dan sastra Indonesia kelas VII F SMP Negeri 24 Semarang menuturkan bahwa saat ini pembelajaran keterampilan menulis pantun pada kelas VII F masih belum maksimal. Kondisi tersebut disebabkan siswa menganggap menulis pantun itu sulit sehingga mereka takut salah dalam menulis. Siswa merasa kesulitan dalam menentukan ide atau gagasan untuk menulis pantun. Pengetahuan siswa tentang materi pantun pun masih kurang, siswa belum memahami jumlah suku kata dalam setiap barisnya, belum memahami sajak a-b-a-b, siswa belum mampu membedakan sampiran dan isi pantun sehingga siswa belum dapat menulis pantun berdasarkan syarat-syarat pantun. Selain itu dalam pembelajaran menulis pantun sikap siswa pasif, saat pembelajaran hanya mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru tanpa adanya tindakan lain dan apabila ditanya oleh guru siswa menjawab dengan ragu.

Hasil tes awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan hasil menulis pantun siswa masih rendah. Hal ini diketahui 75% siswa belum mencapai KKM, hanya 25% siswa yang sudah mencapai KKM dan mampu menulis pantun sesuai dengan


(29)

syarat-syarat pantun. Dari hasil menulis pantun menunjukkan bahwa siswa kurang memahami materi tentang syarat-syarat menulis pantun. Siswa menulis pantun dengan jumlah suku kata setiap baris kurang dari 8 dan bahkan ada yang lebih dari 12 suku kata setiap baris. Dalam menulis pantun, siswa belum dapat menulis pantun dengan sajak a-b-a-b. Selain itu siswa belum dapat menuangkan ide/gagasan dalam menulis pantun serta cenderung menulis kembali pantun yang sudah ada di dalam buku, siswa tidak menulis pantun dengan ide atau gagasannya sendiri.

Hasil observasi, wawancara dan tes awal menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran menulis pantun. Kesulitan tersebut di antaranya karena siswa belum memahami materi pantun sehingga belum dapat menulis pantun sesuai dengan syarat-syarat pantun, siswa belum dapat menuangkan ide/gagasan dalam menulis pantun dan siswa merasa bosan dengan model pembelajaran yang tidak bervariasi. Dengan demikian, perlu diterapkan suatu strategi dalam proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran efektif yang menunjang kegiatan pembelajaran menulis pantun.

Dalam menulis pantun jumlah suku kata dalam setiap baris belum sesuai dengan syarat pantun, siswa belum dapat menulis pantun dengan sajak a-b-a-b yang artinya bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan bunyi akhir baris kedua sama dengan bunyi akhir baris keempat, belum dapat membedakan antara sampiran dan isi serta belum dapat menentukan ide atau gagasan dalam menulis pantun. Untuk memperbaiki dan meningkatkan


(30)

keterampilan menulis pantun siswa kelas VII F SMP N 24 Semarang peneliti menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dengan media kartu pantun untuk mempermudah pembelajaran menulis pantun.

Model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) merupakan model pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin atau percaya diri pada siswa. Kegiatan pembelajaran ini ada relevansinya dengan kehidupan siswa yang akan mempermudah siswa. Menarik dan memelihara minat atau perhatian siswa agar siswa tetap fokus dalam pembelajaran menulis pantun dan dengan adanya evaluasi serta penguatan dalam model pembelajaran ini maka dapat menyakinkan siswa terhadap pembelajaran menulis pantun. Dengan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) siswa akan lebih percaya diri, dapat memahami syarat-syarat menulis pantun dan memudahkan dalam menulis pantun.

Media kartu pantun merupakan media yang digunakan sebagai alat untuk menunjang proses pembelajaran menulis pantun sehingga siswa dapat dengan mudah untuk menuangkan ide atau gagasan dalam menulis pantun. Media kartu pantun lebih efektif dan efisien untuk menulis pantun di bandingkan dengan media pembelajaran yang lain karena media kartu pantun lebih fokus untuk mempermudah siswa dalam menulis pantun, di dalam media kartu pantun terdapat pantun yang belum lengkap atau pantun rumpang yang harus dilengkapi oleh siswa kemudian siswa menulis pantun secara kreatif berdasarkan dengan tema pantun yang terdapat pada kartu pantun tersebut. Penggunaan media kartu pantun


(31)

sangat menarik dan membantu mengatasi kesulitan peserta didik dalam proses pembelajaran menulis pantun, membangkitkan ide atau gagasan siswa yang kreatif, dan sebagai pancingan siswa untuk mempermudah dalam menulis pantun. Dengan demikian, minat dan kemampuan peserta didik terhadap menulis pantun akan dapat berkembang.

Penggunaan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dengan media kartu pantun diharapkan dapat mengatasi permasalahan siswa dalam menulis pantun dan dapat mempermudah siswa dalam menulis pantun. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun Mengggunakan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dengan Media Kartu Pantun Pada Siswa Kelas VII F SMP Negeri 24 Semarang”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, pembelajaran keterampilan menulis pantun merupakan salah satu pembelajaran yang penting bagi peserta didik namun keterampilan menulis pantun pada siswa SMP Negeri 24 Semarang khususnya pada peserta didik kelas VII F masih kurang maksimal dan menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya yaitu faktor siswa, guru, dan teknik serta media yang digunakan dalam proses belajar mengajar.


(32)

Faktor siswa dalam pembelajaran menulis pantun antara lain siswa merasa enggan belajar menulis khususnya menulis pantun, sebagian siswa menganggap bahwa pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang sulit sehingga mereka bersikap tidak peduli, siswa kurang berminat mengikuti pembelajaran menulis pantun, siswa kesulitan dalam mengembangkan ide atau gagasan untuk menulis pantun, siswa merasa kurang berminat pada pembelajaran karena jenuh dengan penjelasan teori dari guru, siswa merasa takut untuk memulai menulis karena mereka menganggap menulis itu sulit, siswa kurang menguasai materi tentang pantun, siswa kurang berlatih dalam menulis termasuk menulis pantun, siswa terlalu banyak dibebani tugas-tugas mata pelajaran lainnya sehingga kemampuan menulis siswa dikesampingkan, banyaknya anggapan bahwa mempelajari bahasa Indonesia itu mudah tanpa harus belajar pun bisa dan anggapan bahwa ilmu eksak lebih penting dari pada ilmu noneksak, siswa lebih memilih menulis pantun yang sudah ada dibuku dari pada menulis pantun dengan idenya sendiri.

Pada pembelajaran menulis pantun, guru kurang variatif dalam memilih metode dan media pembelajaran sehingga siswa merasa bosan, tidak termotivasi dan tidak tertarik mengikuti pembelajaran menulis pantun. Pada proses pembelajaran guru umumnya menjelaskan materi pantun, dan di akhir proses pembelajaran guru memberikan tugas menulis pantun. Proses belajar yang demikian kurang mendapatkan hasil maksimal karena guru tidak memberikan bimbingan menulis pantun dengan cara menunjukkan proses menulis pantun kepada siswa secara langsung, sehingga ketika siswa diberi tugas menulis pantun siswa mengalami kesulitan.


(33)

Pada faktor teknik dan media pembelajaran menulis pantun guru hanya memberikan penjelasan tentang materi pantun dan siswa hanya mendengarkan lalu siswa ditugasi untuk menulis pantun. Pembelajaran tersebut tanpa adanya media pembelajaran yang mendukung untuk menarik perhatian siswa yang sebenarnya sangat penting untuk mengingkatkan kreativitas siswa dalam menulis pantun dan memudahkan siswa dalam mengungkapan perasaan serta ide atau gagasan dalam menulis pantun.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah yang akan dibahas dibatasi agar pembahasan tidak terlalu luas. Permasalahan yang akan diteliti yaitu pembelajaran keterampilan menulis pantun yang masih belum maksimal yang disebabkan oleh beberapa faktor 1) siswa kurang memahami materi pantun; 2) kurangnya siswa dalam praktik menulis pantun sehingga siswa kurang percaya diri dalam menulis; 3) siswa belum dapat menuangkan ide atau gagasan dalam menulis pantun.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.4.1 Bagaimanakah proses pembelajaran keterampilan menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance,


(34)

Interest, Assesment, Satisfaction) dengan media kartu pantun pada siswa kelas VII F SMP Negeri 24 Semarang?

1.4.2 Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction) dengan media kartu pantun pada siswa kelas VII F SMP Negeri 24 Semarang?

1.4.3 Bagaimanakah perubahan perilaku belajar siswa kelas VII F SMP Negeri 24 Semarang dalam mengikuti pembelajaran keterampilan menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction) dengan media kartu pantun?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.

1.5.1 Mendeskripsikan proses pembelajaran keterampilan menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction) dengan media kartu pantun pada siswa kelas VII F SMP Negeri 24 Semarang.

1.5.2 Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction) dengan media kartu pantun pada siswa kelas VII F SMP Negeri 24 Semarang.


(35)

1.5.3 Mendeskripsikan perubahan perilaku belajar siswa kelas VII F SMP Negeri 24 Semarang dalam mengikuti pembelajaran keterampilan menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction) dengan media kartu pantun.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapatkan dari penelitian mengenai peningkatan keterampilan menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction) dengan media kartu pantun ada dua yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1.6.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan kajian pembelajaran menulis, bagi pengembangan teori pembelajaran sastra pada umumnya, serta dapat mengembangkan teori pembelajaran menulis pantun sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi belajar mengajar melalui model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction) serta pemanfaatan media kartu pantun.

1.6.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi siswa, guru dan sekolah. Bagi siswa, penelitian ini memudahkan siswa dalam menemukan dan mengembangkan gagasan maupun kreativitasnya dalam kegiatan menulis pantun


(36)

menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction) dengan media kartu pantun.

Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan alternatif pemilihan model pembelajaran menulis pantun dan dapat mengembangkan keterampilan guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain itu diharapkan dapat memberikan masukan dan perbaikan dalam penggunaan model pembelajaran agar kegiatan belajar mengajar lebih menarik, bervariasi, dan tidak membosankan.

Bagi sekolah, penelitian menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction) dengan media kartu pantun ini dapat memberikan manfaat peningkatan mutu proses pembelajaran dan meningkatkan interaksi belajar mengajar siswa sekolah. Sehingga kualitas dan prestasi keterampilan menulis khususnya keterampilan menulis pantun dapat meningkat.


(37)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian tindakan kelas mengenai keterampilan menulis sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian tersebut sebagian besar bertujuan untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Namun, penelitian di bidang menulis masih cukup luas dan masih banyak yang harus diteliti untuk menyempurnakan penelitian terdahulu. Beberapa penelitian dahulu yang relevan dapat dijadikan sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini antara lain penelitian yang dilakukan oleh Andrzejczak (2005), Martofiah (2008), Hidayah (2009), Jacobson (2009), Kinasih (2009), Laily (2010), Nuraeni (2010).

Andrzejczak (2005) dalam jurnal internasional Internasional Journal of Education and the Arts menulis artikel yang berjudul “From Image to Text : Using Images in the Writing Proces” meneliti tentang manfaat mengintegrasikan gambar untuk proses menulis. Penelitian ini menilai keefektifan penggunaan gambar untuk meningkatkan proses penulisan. Keuntungan menggunakan gambar bagi siswa dalam proses pra-menulis memberikan titik masuk motivasi, cara untuk mengembangkan dan menguraikan gagasan. Studi ini menunjukkan bahwa manfaat gambar rupa dapat meningkatkan pemikiran dan menulis. Relevansi penelitian Andrzejczak, dkk dengan penelitian ini terletak pada media pembelajaran yaitu gambar pada kartu pantun, sedangkan perbedaannya terletak masalah yang dikaji. Penelitian ini terdapat kekurangan, yaitu kurangnya


(38)

modifikasi pada gambar agar menjadi lebih menarik, pada penelitian ini peneliti menggunakan media kartu pantun yang di dalamnya terdapat suatu gambar berdasarkan tema pantun tersebut.

Murtofiah (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Pantun Anak dengan Teknik Latihan Terbimbing Siswa Kelas IV A SD Islam Al Madina Sampangan Semarang menyimpulkan bahwa kemampuan menulis pantun anak siswa dapat meningkat setelah menggunakan teknik latihan terbimbing. Hal tersebut dapat dilihat dari siklus 1 terjadi peningkatan sebesar 36,49% dengan nilai rata-rata sebesar 67,96 dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 30,16% dengan nilai rata-rata 88,46.

Penelitian tersebut tidak hanya meningkatkan hasil belajar siswa, tetapi juga menunjukkan adanya perubahan perilaku siswa. Perubahan tersebut terjadi pada siklus II yaitu perubahan perilaku negatif menjadi perilaku positif. Pada siklus II siswa semakin aktif dan antusias dalam pembelajaran, karena siswa mulai senang dan menikmati pembelajaran menulis pantun anak dengan teknik latihan terbimbing.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Martofiah (2008) pada masalah yang dikaji yaitu peningkatan keterampilan menulis pantun, sedangkan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan Martofiah (2008) terletak pada tindakan yang diberikan untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam penelitiannya, Martofiah menggunakan teknik terbimbing untuk meningkatkan keterampilan menulis pantun, sedangkan penelitian yang peneliti


(39)

lakukan menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dengan media kartu pantun.

Penelitian Murtofiah (2008) berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Pantun Anak dengan Teknik Latihan Terbimbing Siswa Kelas IV A SD Islam Al Madina Sampangan Semarang terdapat kekurangan yaitu dengan teknik latihan terbimbing maka akan sulit untuk membentuk kelompok yang homogen, seringkali siswa tidak cocok dengan anggota kelompoknya karena masing-msing siswa membutuhkan latihan terbimbing dari guru dan dalam penelitian ini juga tidak menggunakan media pembelajaran untuk memudahkan proses pembelajaran. Sehingga untuk menyempurnakan penelitian tersebut, peneliti ini akan melakukan penelitian peningkatan keterampilan menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) yang akan meningkatkan rasa percaya diri siswa baik secara individu maupun dalam kelompok belajar dan menggunakan media kartu pantun yang memudahkan siswa untuk menggali ide gagasannya.

Hidayah (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun dengan Model Pembelajaran Numbered Heads

Together (NHT) dan Teknik Pancingan Kata Kunci pada Siswa kelas VII A SMP

PGRI 3 Boja Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2009/2010” menyimpulkan bahwa kemampuan menulis pantun siswa mengalami peningkatan setelah menggunakan model numbered heads together dan teknik pancingan kata kunci. Hal tersebut dapat dilihat dari siklus I terjadi peningkatan dengan nilai rata-rata


(40)

sebesar 61,43 dan pada siklus II mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 71,63.

Penelitian tersebut tidak hanya meningkatkan hasil belajar siswa, tetapi juga menunjukkan adanya perubahan perilaku siswa. Perubahan tersebut terjadi pada siklus II yaitu perubahan perilaku negatif menjadi perilaku positif. Pada siklus II siswa semakin aktif dan antusias dalam pembelajaran, karena siswa mulai menikmati menulis pantun dengan model pembelajaran numbered heads together (nht) dan teknik pancingan kata kunci.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Hidayah (2008) adalah pada masalah yang dikaji yaitu peningkatan keterampilan menulis pantun, sedangkan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan Hidayah (2009) terletak pada tindakan yang diberikan untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam penelitiannya, Hidayah menggunakan model pembelajaran numbered heads together dan teknik pancingan kata kunci untuk meningkatkan keterampilan menulis pantun, sedangkan peneliti dalam penelitiannya menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dengan media kartu pantun.

Penelitian Hidayah (2009) yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun dengan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dan Teknik Pancingan Kata Kunci pada Siswa kelas VII A SMP PGRI 3 Boja Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2009/2010” terdapat kekurangan, menulis pantun menggunakan model Numbered Heads Together kurang cocok karena


(41)

jumlah siswa yang banyak, membutuhkan waktu yang lama sehingga tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. Dengan mengggunakan teknik pancingan kata kunci maka siswa yang merasa sudah bisa akan cenderung dibatasi dalam pemilihan kata sehingga tidak dapat mengembangkan ide gagasannya. Alangkah baiknya jika menggunakan media pembelajaran untuk menunjang proses belajar mengajar. Sehingga untuk menyempurnakan penelitian tersebut, peneliti ini akan melakukan penelitian peningkatan keterampilan menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) yang akan meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam kelompok belajar dan menggunakan media kartu pantun mempermudah siswa dalam mengembangkan ide atau gagasannya dalam menulis pantun.

Penelitian menulis juga dilakukan oleh Kinasih (2009) yang berjudul

“Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun dengan Teknik Pemancingan Kata Kunci Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang” menyimpulkan bahwa kemampuan menulis pantun siswa mengalami peningkatan setelah menggunakan teknik pancingan kata kunci. Hal tersebut dapat dilihat dari siklus I terjadi peningkatan sebesar 24,74% dengan nilai rata-rata 74,23 dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 19,22% dengan nilai rata-rata 88,74 termasuk dalam kategori baik.

Penelitian tersebut tidak hanya meningkatkan hasil belajar siswa, tetapi juga menunjukkan adanya perubahan perilaku siswa. Perubahan tersebut terjadi pada siklus I yaitu perubahan perilaku negatif menjadi perilaku positif. Pada siklus II


(42)

siswa semakin aktif dalam pembelajaran, karena siswa mulai senang mengikuti pembelajaran menulis pantun menggunakan teknik pancingan kata kunci.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Kinasih (2009) pada masalah yang dikaji yaitu peningkatan keterampilan menulis pantun, sedangkan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Kinasih terletak pada tindakan yang diberikan untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam penelitiannya, Kinasih menggunakan teknik pancingan kata kunci untuk meningkatkan keterampilan menulis pantun, sedangkan penulis dalam meneliti menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dengan media kartu pantun.

Penelitian oleh Kinasih (2009) yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun dengan Teknik Pemancingan Kata Kunci Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang” terdapat kekurangan yaitu menulis pantun dengan teknik pemancingan kata kunci maka siswa yang merasa sudah tahu atau sudah bisa akan cenderung dibatasi dalam pemilihan katanya sehingga tidak dapat mengembangkan ide gagasannya. Sehingga untuk menyempurnakan penelitian tersebut, peneliti akan melakukan penelitian peningkatan keterampilan menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) yang akan meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam kelompok belajar dan menggunakan media kartu pantun sehingga siswa dapat mengembangkan ide atau gagasannya dengan mudah dalam menulis pantun.


(43)

Jacobson (2009) dalam jurnal internasional College of Education and Human Sciences menulis artikel yang berjudul “Improving the Writing Performance of High School Students with Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder and Writing Difficulties” meneliti tentang hubungan aktivitas siswa yang hiperaktif dengan kemampuan atau kesulitan menulis. Penelitian ini menilai keefektifan penggunaan strategi esai persuasif dengan menggunakan strategi model pengembangan pengaturan diri dalam keterampilan menulis siswa kelas XII SMA yang mengalami kelainan hiperaktif. Hasil penelitian ini mengindikasikan kenaikan sejumlah struktur esai, panjang karangan, dan kualitas holistik pada karangan siswa. Relevansi penelitian Jacobson dengan penelitian ini terletak pada keterampilan menulis, sedangkan perbedaannya pada model dan subjek penelitian.

Laily (2010) melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) Melalui Strategi 3M Siswa Kelas IX-A MTs. Darul Ma’arif Pringapus Kabupaten Semarang” menyimpulkan bahwa kemampuan menulis cerpen siswa mengalami peningkatan setelah menggunakan metode pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Statisfaction) melalui Strategi 3M. Hal tersebut dapat dilihat nilai rata-rata pada siklus I sebesar 62,06 yang termasuk dalam kategori cukup. Kemudian pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat sebesar 16,95% menjadi 76,09 termasuk dalam kategori baik.

Penelitian tersebut tidak hanya meningkatkan hasil belajar siswa, tetapi juga menunjukkan adanya perubahan perilaku siswa. Perubahan tersebut terjadi pada


(44)

siklus I yaitu perubahan perilaku negatif menjadi perilaku positif. Pada siklus II siswa semakin aktif dan antusias dalam pembelajaran menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) melalui strategi 3M.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Laily (2010) adalah terletak pada tindakan yang diberikan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction). Walaupun menggunakan tindakan yang sama akan tetapi penelitian Laily (2010) dan penelitian ini memiliki tahap atau langkah- langkah yang berbeda. Pada penelitian Laily menggunakan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) melalui strategi 3M, yaitu dengan komponen model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) yang digabungkan dengan strategi 3M, dimulai dari tahap meniru, tahap mengolah dan tahap mengembangkan jadi yang berperan besar dalam penelitian ini adalah strategi 3M, sedangkan peneliti menggunakan model pembelajaran ARIAS dengan langkah-langkah assurance, relevance, interest, assessment dan satisfaction tanpa menggunakan gabungan strategi yang lain hanya menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction). Perbedaan penelitian Laily (2010) dengan penelitian penulis terletak pada masalah yang dikaji, pada penelitian Laily adalah meningkatkan keterampilan cerpen sedangkan masalah yang dikaji penulis dalam penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan menulis pantun.


(45)

Laily (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) Melalui Strategi 3M Siswa Kelas IX-A MTs. Darul Ma’arif Pringapus Kabupaten Semarang” terdapat kekurangan dengan menggunakan Strategi 3M, yaitu ketika siswa menulis pantun cenderung melihat contoh yang sudah ada sehingga siswa tidak menggunakan ide kreatifnya menyebabkan kemampuan siswa kurang berkembang. Sehingga untuk meningkatkan penelitian tersebut, peneliti melakukan penelitian peningkatan keterampilan menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) yang akan meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam kelompok belajar dengan media kartu pantun untuk mempermudah siswa dalam mengembangkan ide atau gagasannya.

Penelitian menulis juga dilakukan oleh Nuraeni (2010) yang berjudul

“Peningkatan Keterampilan Menulis Wacana Menggunakan Pendekatan PAIKEM dengan Media Kartu Warna Edukasi pada Siswa Kelas IX AP 1 SMK Widya Praja Ungaran” menyimpulkan bahwa keterampilan menulis wacana dapat meningkat setelah menggunakan pendekatan PAIKEM dengan media kartu warna edukasi menunjukkan adanya suatu peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari siklus I terjadi peningkatan sebesar 16,76% dengan nilai rata-rata 57,69 dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 32,15% dengan nilai rata-rata 76,24 dan termasuk dalam kategori baik.

Penelitian tersebut tidak hanya meningkatkan hasil belajar siswa, tetapi juga menunjukkan adanya perubahan perilaku siswa. Perubahan tersebut terjadi pada


(46)

siklus I yaitu perubahan perilaku negatif menjadi perilaku positif. Pada siklus II siswa semakin aktif dan antusias dalam pembelajaran, karena siswa mulai senang dan menikmati pembelajaran dan menikmati pembelajaran menulis wacana menggunakan pendekatan paikem dengan media kartu warna edukasi.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Nuraeni (2010) adalah media pembelajaran yang digunakan dalam keterampilan menulis pantun yaitu media kartu, akan tetapi pada penelitian Nuraeni (2010) menggunakan media kartu yang berwarna untuk menulis pantun oleh siswa sedangkan dalam penelitian ini menggunakan media kartu yang di dalamnya terdapat pantun yang belum lengkap atau rumpang dan terdapat gambar dan tema untuk mempermudah siswa dalam menulis pantun. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti Nuraeni (2010) terletak pada tindakan yang diberikan untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam penelitiannya, Nuraeni (2010) mengkaji peningkatan keterampilan menulis wacana menggunakan pendekatan PAIKEM, sedangkan penulis dalam mengkaji peningkatan keterampilan menulis pantun menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction).

Penelitian oleh Nuraeni (2010) yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Wacana Menggunakan Pendekatan PAIKEM dengan Media Kartu Warna Edukasi pada Siswa Kelas IX AP 1 SMK Widya Praja Ungaran” terdapat kekurangan yaitu pada media kartu warna yang digunakan kurang menarik karena hanya kartu berwarna saja tidak terdapat gambar ataupun modifikasi yang lainnya. Untuk menyempurnakan penelitian tersebut, peneliti melakukan penelitian


(47)

peningkatan keterampilan menulis pantun menggunakan media kartu pantun yang didalamnya terdapat gambar dan sebuah pantun yang masih rumpang sehingga siswa dapat mengembangkan ide gagasannya dengan mudah.

Berdasarkan uraian di atas, dapatlah diketahui bahwa penelitian mengenai keterampilan menulis siswa sudah banyak dilakukan dengan berbagai teknik, metode, dan media. Penelitian tersebut bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis. Meskipun keterampilan menulis telah banyak dilakukan, peneliti tetap menganggap bahwa penelitian ini penting dan harus dilakukan oleh penulis bertujuan untuk melengkapi penelitian yang sebelumnya. Penelitian ini memberikan alternatif lain bagi pembelajaran menulis khususnya menulis pantun. Alternatif lain dalam penelitian ini berupa penggunaan model pembelajaran dan media pembelajaran. Penulis dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dengan media kartu pantun diharapkan dapat melengkapi hasil-hasil penelitian sebelumnya serta dapat dijadikan pijakan bagi peneliti selanjutnya.

2.2 Landasan Teoretis

Landasan teoretis dalam penelitian ini mencakup : hakikat pantun, hakikat menulis pantun, hakikat model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dan hakikat media pembelajaran kartu pantun.

2.2.1 Hakikat Pantun

Hakikat pantun dalam penelitian ini mencakup pengertian pantun, ciri-ciri pantun dan jenis-jenis pantun.


(48)

2.2.1.1 Pengertian Pantun

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya dikenal sebagai parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan (Sadikin 2010:15). Menurut Suseno (2008:44-45) pantun merupakan puisi yang terdiri atas 4 baris. Tiap baris diusahakan terdiri dari 4 perkataan pula. Sampiran pada pantun terdiri atas 2 baris, yaitu baris kesatu dan kedua sedangkan isinya 2 baris pula, yaitu baris ketiga dan baris keempat. Pangesti (2014:7) mengemukakan pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang

berarti “Petuntun”.

Menurut Rizal (2010:12) pantun merupakan puisi asli anak negeri Indonesia dan bangsa-bangsa serumpun Melayu (Nusantara), milik budaya bangsa. Pantun (puisi lama) adalah benar-benar berasal dari kesusastraan anak negeri sendiri. Hampir di seluruh daerah di Indonesia dan di Tanah Rumpun Melayu terdapat hasil kesusastraan berbentuk puisi yang mempunyai struktur dan persyaratan seperti pantun. Pantun adalah suatu bentuk puisi yang paling mudah dimengerti dan mudah ditangkap maksud dan artinya. Membaca dan mencerna pantun tidak sesulit membaca dan mencerna puisi-puisi lain (puisi bebas).

Pendapat yang lebih kompleks menurut Gani (2010:74) bahwa pantun adalah puisi lama yang terdiri atas empat baris atau lebih yang bersajak bersilih atau bersilang yaitu a-b-a-b dan tiap baris terdiri atas empat sampai enam kata, jumlah suku kata dalam tiap baris antara delapan sampai dua belas, dua baris


(49)

pertama merupakan sampiran dan dua baris terakhir merupakan isi pantun. Menurut Kamus Dewan (dalam Media 2011: 10) pantun adalah sejenis puisi yang terdiri dari empat baris yang mempunyai pembayang dan maksud.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bawa pantun adalah karya sastra yang termasuk salah satu jenis puisi lama yang asli dari Indonesia yang terdiri atas empat baris atau lebih yang bersajak bersilih atau bersilang yaitu a-b-a-b, baris pertama dan kedua disebut sampiran dan baris ketiga dan keempat isi, jumlah suku kata dalam tiap baris antara delapan sampai dua belas.

2.2.1.2 Ciri-ciri Pantun

Pantun terdiri atas empat larik, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b. Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian yaitu sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud lain selain mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut (Sadikin 2010: 15).

Rizal (2010:14) ciri-ciri pantun adalah bentuk puisi yang mempunyai ciri a) setiap baris terdiri atas 8-10 suku kata; b) terdiri atas 4 baris; c) setiap bait paling banyak terdiri atas 4 kata; d) baris pertama dan kedua dinamakan sampiran; e) baris ketiga dan keempat dinamakan isi; f) mementingkan rima akhir dan rumus rima itu disebut dengan ab-ab, maksudnya bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga, baris kedua sama dengan baris keempat. Menurut


(50)

Suprapto (2009:6) pantun mempunyai ciri a) tiap satu bait terdiri atas empat baris; b) bait berima akhir silang a-b-a-b, artinya bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan bunyi akhir baris kedua sama dengan bunyi akhir baris keempat; c) tiap baris terdiri atas 3-5 kata atau 8-12 suku kata; c) baris pertama dan kedua merupakan sampiran; d) baris ketiga dan keempat merupakan isi pantun.

Menurut Nursisto (2000:11) syarat-syarat pantun sebagai berikut a) tiap bait terdiri atas empat baris; b) tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata; c) sajaknya berumus abab; d) kedua baris pertama merupakan sampiran sedangkan isinya terdapat pada kedua baris terakhir. Senada dengan pendapat Nursisto, Natia (2008:72) mengemukakan ada 4 syarat atau ciri-ciri pantun yaitu a) setiap bait terdiri atas empat baris; b) setiap baris terdiri atas empat patah kata atau delapan sampai dua belas suku kata; c) baris pertama dan kedua merupakan sampiran, baris ketiga dan keempat sebagai isi; d) bersajak a-b-a-b.

Senada dengan pendapat di atas menurut Pangesti (2014:7-8) lazimnya pantun terdiri atas empat larik, setiap baris terdiri 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian yaitu sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya hubungan dengan bagian yang kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. Lazimnya pantun


(51)

terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b. Terdiri atas dua bagian yaitu sampiran dan isi (Agni 2009:6).

Natia (2008:76) mengemukakan mengenai hubungan antara sampiran dan isi pantun ada dua pendapat. Ada yang mengatakan bahwa antara kedua bagian pantun itu ada hubungannya. Golongan ini diwakili oleh : Prof. Pijnappel, Prof. Husein Djajadiningrat, Amir Hamzah. Golongan lain mengatakan tak ada hubungan. Sampiran pantun hanya merupakan sangkutan irama dan bunyi bagi isi pantun. Golongan kedua ini diwakili oleh : Prof. Ch. A. van Ophuysen, Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Menurut Sutan Takdir Alisjahbana (dalam Sadikin 2010:16) fungsi sampiran terutama untuk menyiapkan rima dan irama untuk mempermudah pendengar memahami isi pantun. Ini dapat dipahami karena pantun merupakan sastra lisan. Meskipun pada umumnya sampiran tak membayangkan isi.

Hooykaass (dalam Fenny: 2009) mengatakan bahwa pantun yang baik, terdapat hubungan makna tersembunyi dalam sampiran, sedangkan pada pantun kurang baik, hubungan tersebut semata-mata hanya untuk keperluan persamaan bunyi. Pendapat Hooykaass sejalan dengan pendapat Tenas Effendy (dalam Fenny: 2009) yang mengatakan pantun yang baik dengan sebutan pantun sempurna atau penuh, dan pantun yang kurang baik dengan sebutan pantun tak penuh karena sampiran dan isi sama-sama mengandung makna yang dalam. Sampiran dan isi terdapat hubungan yang saling berkaitan, oleh karena itu tidak boleh membuat sampiran asal jadi hanya untuk menyamakan bunyi baris pertama dan baris ketiga dan baris kedua dengan baris keempat.


(52)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri- ciri pantun adalah terdiri atas empat baris, terdiri atas 4-6 kata, bersajak dengan pola a-b-a-b artinya bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan bunyi akhir baris kedua sama dengan bunyi akhir baris keempat, tiap baris terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata, baris pertama dan kedua merupakan sampiran untuk mempermudah pendengar memahami isi pantun, dan baris ketiga dan keempat sebagai isi.

2.2.1.3 Jenis-jenis Pantun

Jenis-jenis pantun menurut Natia (2008:72-76) berdasarkan isinya, pantun dibagi atas a) pantun kanak-kanak (pantun bersuka cita dan pantun berduka cita); b) pantun muda (pantun nasib, pantun perkenalan, pantun percintaan, pantun perpisahan, pantun beriba hati); c) pantun orang tua (pantun nasihat, pantun agama, pantun adat); d) pantun teka-teki; e) pantun jenaka. Menurut bentuknya pantun dapat dibedakan atas a) pantun biasa; b) pantun berkait, terdiri dari beberapa bait pantun yang bersambung-sambung; c) pantun kilat (karmina), pantun ini terdiri dari dua baris yaitu baris pertama merupakan sampirannya dan baris kedua merupakan isinya; d) talibun, puisi lama seperti pantun, tetapi jumlah barisnya lebih dari empat dan selalu genap.

Menurut Pratama (2008: ix-x) pantun dibedakan menjadi dua yaitu berdasarkan isinya dan bentuknya. Berdasarkan isinya, pantun dibagi atas a) pantun kanak-kanak; b) pantun remaja; c) pantun orang tua; d) pantun teka-teki; e) pantun jenaka. Menurut bentuknya pantun dapat dibedakan atas a) pantun


(53)

biasa; b) pantun berkait; c) pantun kilat. Senada dengan pendapat Natia dan Pratama menurut Pangesti (2014:8-9) jenis-jenis pantun dapat dikelompokkan berdasarkan isinya. Jenis-jenis pantun tersebut antara lain sebagai berikut a) pantun anak-anak, terdiri atas pantun bersuka cita dan pantun berduka cita; b) pantun orang muda, yang terdiri atas pantun berkenalan, pantun berkasih- kasihan, pantun perceraian, pantun beriba hati, pantun nasib/ dagang; c) pantun orang tua, terdiri atas pantun nasihat, pantun adat, pantun agama; d) pantun jenaka; e) pantun teka-teki.

Jenis-jenis pantun menurut Sadikin (2010: 17-22) dibedakan menjadi a) pantun adat; b) pantun agama; c) pantun budi; d) pantun jenaka; e) pantun kepahlawanan; f) pantun kias; g) pantun nasihat; h) pantun percintaan; i) pantun peribahasa; j) pantun perpisahan; k) pantun teka-teki. Senada dengan Sadikin, menurut Mihardja (2012:13-18) jenis-jenis pantun terdiri atasa) pantun adat; b) pantun agama; c) pantun budi; d) pantun jenaka; e) pantun kepahlawanan; f) pantun kias; g) pantun nasihat; h) pantun percintaan; i) pantun peribahasa; j) pantun perpisahan; k) pantun teka-teki.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis pantun berdasarkan isinya terdiri atas pantun anak, pantun orang tua, pantun orang muda, pantun jenaka dan pantun teka-teki sedangkan pantun berdasarkan bentuknya terdiri atas pantun biasa, pantun berkait, pantun kilat dan talibun.


(54)

2.2.2 Hakikat Menulis Pantun

Hakikat menulis dalam penelitian ini mencakup pengertian menulis dan menulis pantun.

2.2.2.1 Pengertian Menulis

Menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya dengan tujuan memberitahu, meyakinkan, atau menghibur (Dalman 2014:3). Menurut Marwoto (dalam Dalman 2014:4) bahwa menulis merupakan mengungkapkan ide atau gagasannya dalam bentuk karangan secara leluasa. Menurut Wardoyo (2013:1-2) menulis merupakan sebuah kegiatan menemukan ide, mengorganisasikan juga mengkomunikasikan ide tersebut sehingga bisa dinikmati oleh orang lain. Komunikasi ide itu bukan secara lisan, tetapi dengan rangkaian kata-kata sehingga membentuk sebuah tulisan.

Menurut Wiyanto (2004:1-2), kata menulis mempunyai dua arti. Pertama, menulis berarti mengubah bunyi yang dapat didengar menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat. Bunyi-bunyi yang diubah itu, bunyi bahasa yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, kata menulis mempunyai arti kegiatan mengungkapkan gagasan secara tertulis. Orang yang melakukan kegiatan ini dinamakan penulis dan hasil kegiatannya berupa tulisan.

Wagiran (2005:2) mengemukakan menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan dalam komunikasi secara tidak langsung. Keterampilan menulis tidak didapatkan secara alamiah, tetapi harus melalui


(55)

proses belajar dan berlatih. Menurut Dalman (2014:5) menulis merupakan proses penyampaian informasi secara tertulis berupa hasil kreativitas penulisnya dengan menggunakan cara berpikir yang kreatif, tidak monoton dan tidak terpusat pada satu pemecahan masalah saja.

Menulis adalah sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Menulis merupakan kegiatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menulis merupakan kegiatan seseorang untuk menyampaikan gagasan kepada pembaca dalam bahasa tulis agar bisa dipahami oleh pembaca dan seorang penulis harus memperhatikan kemampuan dan kebutuhan pembacanya (Rosidi 2009: 2-3).

Kartono (2009:17) mengemukakan bahwa menulis yang lebih luas yaitu sebuah aktivitas yang kompleks, bukan hanya sekadar mengguratkan kalimat- kalimat, tetapi lebih dari itu. Menulis adalah proses menuangkan pikiran dan menyampaikannya kepada khalayak. Ide yang sudah tertuang dalam tulisan, kelak memiliki kekuatan untuk menembus ruang dan waktu sehingga keberadaan ide atau gagasan tersebut akan abadi. Lain kata, proses menulis adalah satu upaya untuk mewariskan dan meneruskan ide atau gagasan kepada generasi selanjutnya agar ide tersebut terpelihara dan tetap “hidup”.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian menulis dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan berkomunikasi secara


(56)

tidak langsung yang mengandung segala imajinasi, gagasan, pikiran, pandangan hidup, pengalaman untuk mencapai maksud tertentu dengan menggunakan bahasa tulis sehingga dapat dipahami sepenuhnya oleh pembaca.

2.2.2.2 Menulis Pantun

Menulis pantun adalah serangkaian kegiatan untuk menyampaikan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki dalam bentuk tulisan ditandai oleh adanya sampiran dan bagian isi. Menulis pantun merupakan kegiatan yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung melalui proses latihan untuk menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, atau informasi secara tertulis dengan menggunakan bahasa sebagai medianya yang terdiri atas sampiran dan isi dengan menggunakan pedoman syarat-syarat pantun yang telah ditentukan.

Menulis pantun sebagai sarana komunikasi yaitu suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan yang pasti terjadi sewaktu-waktu bila seseorang ingin berkenlana, menyampaikan nasihat, dan berhubungan satu sama lain dengan bahasa yang lebih singkat tanpa kalimat yang terlalu panjang. Menulis pantun menjadi sarana yang efektif dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, dapat digunakan sebagai alat komunikasi, untuk menyelipkan nasihat atau bahkan untuk melakukan kritik sosial, tanpa mencederai perasaan siapa pun. Menulis pantun tidak terikat oleh batas usia, status sosial, agama dan suku bangsa maka menulis pantun dapat dinikmati semua orang dalam situasi apapun dan untuk berbagai keperluan. Menulis pantun sebagai alat pemelihara bahasa, sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan sebagai alur berpikir serta dapat menolong kita berpikir


(57)

secara kritis dan memperdalam daya tanggap kita, mengasah kepedulian siswa terhadap masalah sosial dalam kehidupan.

Kemahiran menulis pantun sangatlah ditentukan dalam memilih pilihan kata-kata yang berkesinambungan antara sampiran dan isi pantun. Sampiran dan isi terdapat hubungan yang saling berkaitan, oleh karena itu tidak boleh membuat sampiran asal jadi hanya untuk menyamakan bunyi baris pertama dan baris ketiga dan baris kedua dengan baris keempat. Selain itu untuk menulis sebait pantun juga harus sesuai dengan jenis pantun yang akan dibuat, apabila dalam menulis pantun tidak sesuai antara jenis pantun dengan isinya maka pantun tersebut tidak benar. Kemahiran siswa dalam menulis pantun perlu dilatih serta dapat ditingkatkan melalui praktik menulis dan membaca.

Untuk menulis pantun secara baik sekaligus menghasilkan pantun yang indah harus mengetahui langkah-langkah yang baik dan benar dalam menulis pantun. Menulis pantun bagi orang yang belum terbiasa akan mengalami berbagai kesulitan. Hal ini karena untuk dapat menulis pantun membutuhkan banyak ketentuan yang harus diperhatikan sehingga perlu adanya cara atau teknik agar pembelajaran menulis pantun dapat dilakukan dengan mudah.

Menurut Wiyanto (2005:12-14), cara menulis pantun supaya mudah yaitu dengan langkah atau cara membuat isi terlebih dahulu baru membuat sampiran. Isi pantun dirakit menjadi dua kalimat yang akan diletakkan dalam baris ketiga dan keempat, setelah isi dirumuskan barulah mencari sampiran yang cocok. Dengan cara seperti itu dapat membuat pantun dengan mudah dan cepat. Sedangkan menurut Wahyuni (2014:145-150), langkah-langkah menulis pantun adalah


(58)

sebagai berikut a) menentukan tema; b) memilih jenis pantun; c) menulis kalimat isi; d) menulis kalimat sampiran; e) menggabungkan kalimat sampiran dan kalimat isi.

2.2.3 Hakikat Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction)

Hakikat model pembelajaran dalam penelitian ini mencakup pengertian model pembelajaran, model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) komponen-komponen model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction).

2.2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Rusman (2014:133) bahwa model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Senada dengan pendapat di atas menurut Sutikno (2014:58) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Soekamto, dkk (dalam Trianto 2007:5), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.


(59)

Joyce (dalam Rusman 2014: 133) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan- bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Senada dengan pendapat di atas menurut Dahlan (dalam Sutikno 2014:57) bahwa model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran ataupun setting lainnya.

Senada dengan pendapat Joyce dan Dahlan, menurut Suprijono (2012:45- 46) model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas, atau pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar untuk mencapai tujuan tertentu serta memungkinkan siswa untuk berinteraksi sehingga akan berkembang.

2.2.3.2 Komponen Model Pembelajaran

Menurut Joyce dan Weil (dalam Winataputra 2005:8-10), setiap model pembelajaran memiliki unsur-unsur sebagai berikut :


(60)

1) Sintakmatik

Sintakmatik adalah tahap-tahap kegiatan dari model itu. 2) Sistem sosial

Sistem sosial adalah situasi atau suasana, dan norma yang berlaku dalam model tersebut.

3) Prinsip reaksi

Prinsip reaksi adalah pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan siswa, termasuk bagaimana seharusnya pengajar memberikan respon terhadap mereka. Prinsip ini memberi petunjuk bagaimana seharusnya para pengajar menggunakan aturan permainan yang berlaku pada setiap model.

4) Sistem pendukung

Sistem pendukung adalah segala sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model tersebut.

5) Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan siswa pada tujuan yang diharapkan, sedangkan dampak pengiring ialah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh siswa tanpa pengarahan langsung dari guru.

2.2.3.3 Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction)

Rahman (2014:54) mengemukakan bahwa model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) merupakan sebuah


(61)

model pembelajaran yang terdiri dari lima komponen utama, yaitu assurance (percaya diri), relevance (relevansi), interest (minat/perhatian), assessment (penilaian/evaluasi) dan satisfaction (penguatan). Model pembelajaran ini merupakan alternatif bagi guru untuk melaksanakan sebuah kegiatan pembelajaran yang baik karena dirancang atas dasar teori-teori belajar.

Menurut Keller’s (dalam Rahman 2014:95) model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) adalah perkembangan atau modifikasi dari model pembelajaran yang sebelumnya ada yaitu ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Satisfaction). Senada dengan pendapat di atas menurut Keller dan Kopp (dalam Ahmadi 2011:69) model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) merupakan modifikasi dari model ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Satisfaction). Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) ini mempunyai kelebihan antara lain siswa sama-sama aktif dalam kegiatan belajar mengajar, siswa tertantang untuk lebih memperbaiki diri (nilai), siswa termotivasi untuk berkompetisi yang sehat antar siswa, membantu siswa dalam memahami materi pelajaran dan membangkitkan rasa percaya diri pada siswa bahwa mereka mampu.

Bohlin (dalam Rahman 2014:185) mengemukakan bahwa model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar dan pengalaman nyata para instruktur. Berbeda dengan pendapat di atas menurut Ahmadi (dalam Rahman 2014:185) model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) memungkinkan untuk menggunakan berbagai macam


(62)

strategi, metode dan atau media pembelajaran. Misalnya menggunakan metode TGT (Teams Games Tournament), Talking Stick, Tanya Jawab, Numbered Heads Together dan lain-lainnya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) merupakan modifikasi dari model ARCS yang terdiri atas lima komponen utama, yaitu asurance (percaya diri), relevance (relevansi), interest (minat/perhatian), assessment penilaian/evaluasi) dan satisfaction (penguatan) yang dikembangkan atas dasar teori-teori belajar.

2.2.3.4 Komponen-komponen Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction)

Seperti yang telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) terdiri atas lima komponen. Komponen tersebut merupakan suatu kesatuan yang diperlukan dalam sebuah pembelajaran yang baik menurut Morris (dalam Rahman 2014: 55-58) secara lebih lanjut, komponen-komponen tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Assurance (percaya diri)

Dalam masalah ini, percaya diri yang dimaksud adalah percaya diri pada siswa. Hal ini berkaitan dengan sikap percaya diri atau yakin akan berhasil atau berhubungan dengan harapan untuk berhasil (Keller dalam Rahman 2014:56). Menurut Petri (dalam Rahman 2014:56) sikap percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan.


(1)

Lampiran 27


(2)

326 326

Lampiran 28


(3)

(4)

328 328


(5)

(6)

330 330

Lampiran 29


Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Arias (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Dan Satisfaction) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Siswa Kelas V Mi Unwaanunnajah

1 9 186

peranan model pembelajaran arias (Assurance, relavance, interest, assessment dan satisfaction untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa; penelitian tindakan kelas di MTs. Sa'aadatul mahabbah Pondok Cabe

0 6 202

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Arias (Assurance, Relevance, Interest, Assestment, dan Satisfaction) pada

0 1 15

BAB 1 PENDAHULUAN Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Arias (Assurance, Relevance, Interest, Assestment, dan Satisfaction) pada Siswa Kelas VII F SMP Negeri 2 Gatak Sukoharjo.

0 1 11

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Arias (Assurance, Relevance, Interest, Assestment, dan Satisfaction) pada

0 3 15

PENINGKATAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment dan Satisfaction).

0 0 8

(ABSTRAK) PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) MELALUI STRATEGI 3M SISWA KELAS IX-A MTs. DARUL MA’ARIF PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG.

0 0 3

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) MELALUI STRATEGI 3M SISWA KELAS IX-A MTs. DARUL MA’ARIF PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG.

1 3 82

PENERAPAN METODE ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS SURAT NIAGA ipi143058

0 0 6

82297055 Penerapan Model Arias Assurance Relevance Interest Assesment and Satisfaction

0 0 5