Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4
penting dalam kehidupan kita sehari-hari seperti bekerja, melakukan transaksi jual beli, serta hal-hal yang berkaitan dengan upaya penguasaan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK. Oleh karena itu, konsep matematika yang diberikan kepada siswa SD tidak bisa disepelekan meski
terlihat sederhana dan mudah. Menurut Subarinah 2006: 1 guru harus mengetahui tentang objek
yang akan diajarkannya sehingga dapat mengajar dengan penuh dinamika dan inovasi dalam proses pembelajaran. Pada proses belajar mengajar juga
harus disampaikan konsep secara cermat dan menarik dengan harapan siswa mampu untuk memahaminya. Selain itu, wawasan dan pengetahuan
guru mengenai pentingnya penguasaan matematika bagi anak sangat menentukan
dalam pelaksanaan
penyelenggaraan KBM
untuk meningkatkan mutu SDM yang dapat bersaing secara global. Menurut
Herry Sukarman 2002: 6, seorang guru harus mampu berpandangan ke depan dan selalu menyesuaikan cara pembelajaran yang dilakukan
berdasarkan hasil penelitian dari pakar-pakar pendidikan matematika. Maka dari itu, guru memiliki peranan yang penting dalam menanamkan
pemahaman konsep pada siswa-siswanya. Pada proses pembelajaran, selain guru harus menguasai
pengetahuan yang akan diajarkannya kepada peserta didik, menurut Hamzah 2007: 18 28 seorang guru juga harus memiliki pengetahuan
penunjang tentang kondisi fisiologis, psikologis, dan pedagogis dari peserta didik yang dihadapinya. Guru dituntut untuk memahami sifat dan
5
karakteristik peserta didik, terutama kemampuan belajarnya, cara dan kebiasaan belajar, minat terhadap pelajaran, motivasi untuk belajar, dan
hasil belajar yang telah dicapai. Senada dengan pendapat tersebut, Herry Sukarman 2002: 6 mengungkapkan bahwa hal-hal yang perlu
mendapatkan perhatian guru berkaitan dengan pembelajaran matematika salah satunya adalah psikologi belajar matematika. Menurut Cahya
Prihandoko 2006: 1-4, hal ini berkaitan juga dengan karakteristik siswa SD yang berada pada tingkat operasional formal yaitu siswa mampu
memahami suatu konsep apabila mereka memanipulasi benda-benda konkret. Dengan demikian, dalam melakukan proses belajar mengajar,
guru hendaknya memperhatikan kondisi perkembangan siswa dan berusaha untuk memberikan kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan
tingkat perkembangannya. Sehingga menjadi sebuah hal yang penting bagi guru untuk dapat memberikan pembelajaran yang menarik dengan
menggunakan benda-benda yang dapat membantu proses kegiatan belajar mengajar lebih disukai anak.
Dalam wawancara dengan guru kelas V di SD yang akan digunakan peneliti untuk melakukan penelitian, guru menjelaskan bahwa
sampai saat ini pelajaran matematika masih menjadi pelajaran yang memiliki nilai prestasi terendah dibandingkan mata pelajaran yang lain.
Hal ini dibuktikan dengan hasil perolehan nilai rata-rata rapor siswa kelas V semester ganjil yaitu mata pelajaran matematika memiliki nilai rata-rata
68 sedangkan mataa pelajaran PKn 75, Bahasa Indonesia 72, IPA 71, dan
6
IPS 72. Menurut guru, salah satu penyebab dari rendahnya nilai rata-rata rapor siswa tersebut adalah kurang perhatiannya siswa pada saat
pembelajaran matematika berlangsung. Sebagian besar siswa masih ramai dan tidak memperhatikan pada saat guru menerangkan.
Selain itu, pada saat peneliti bertanya jawab dengan siswa mengenai pelajaran matematika, sebagian besar siswa mengaku bahwa
mereka kurang suka terhadap mata pelajaran matematika dan masih kesulitan dalam mengerjakan soal. Dalam kegiatan belajar mengajar juga
masih jarang penggunaan alat peraga pembelajaran. Hal ini dikarenakan terbatasnya alat peraga yang ada di sekolah serta banyaknya tugas yang
harus diselesaikan oleh guru sehingga tidak punya banyak waktu untuk membuat dan mempersiapkan alat peraga pembelajaran. Berkaitan dengan
hal tersebut, menurut teori belajar Zoltan P. Dienes Muchtar Karim, dkk 1996: 19 meyakini bahwa menggunakan berbagai sajian representasi
tentang konsep matematika dapat membuat anak lebih memahami secara penuh konsep tersebut dibandingkan dengan menggunakan satu macam
sajian. Oleh karena itu adanya sebuah alat peraga pada pembelajaran matematika dapat lebih membuat siswa memahami konsep yang dipelajari.
Guru tidak hanya menjelaskan suatu konsep dengan satu macam sajian misal dengan metode ceramah, tapi juga menggunakan berbagai sajian
menggunakan alat peraga. Dengan adanya alat peraga matematika, tidak hanya guru yang bertindak secara aktif dalam proses pembelajaran, tetapi
siswa juga mampu terlibat aktif dengan mencoba memperagakan alat
7
peraga pembelajaran sembari memahami tentang konsep yang sedang dipelajari.
Dalam wawancara tersebut, guru yang bersangkutan juga menjelaskan bahwa siswa masih kesulitan dalam memahami beberapa
materi pelajaran matematika di kelas V. Salah satunya adalah pecahan. Pada materi pecahan guru baru sedikit menggunakan alat peraga
pembelajaran sehingga siswa belum mampu memahami konsep dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil ulangan pada materi penjumlahan
pecahan menunjukkan bahwa dari 25 siswa kelas V hanya 6 anak yang mendapatkan nilai di atas KKM atau ≥ 60 dan 19 siswa yang lainnya
masih mendapat nilai di bawah KKM atau 60. Berdasarkan hasil perolehan nilai pada materi penjumlahan
pecahan tersebut dapat dikatakan bahwa prestasi belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Balangan 1 Minggir masih tergolong rendah. Maka
dari itu, peneliti akan mencoba untuk menerapkan alat peraga pada pembelajaran matematika. Alat peraga tersebut berupa blok pecahan. Alat
peraga blok pecahan merupakan alat peraga pada materi pecahan yang dapat digunakan untuk menjabarkan konsep dan operasional pecahan.
Dengan menggunakan alat peraga ini diharapkan siswa akan lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran dan terlibat aktif sehingga mampu
menguasai materi dengan baik. Dengan keterlibatan siswa secara langsung dalam pembelajaran, maka siswa dapat mengkontruksi pengetahuannya
dengan baik sehingga mampu meningkatkan prestasi belajarnya.
8