Prinsip Hereditas
135
memengaruhi munculnya sifat. Sifat antara yang diturunkan dari sifat induk pertama dengan sifat induk ke-2 inilah yang disebut sebagai sifat
intermedier.
3. Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Sebagaimana yang telah kalian pelajari bahwa persilangan monohibrida menghasilkan perbandingan individu keturunan 3 : 1 atau
1 : 2 : 1, dan persilangan dihibrida menghasilkan individu keturunan 9 : 3 : 3 : 1. Dalam prakteknya, hasil persilangan Mendel dapat
menghasilkan perbandingan individu yang tidak tepat coba kalian lihat kembali Tabel 5.1. Pada persilangan dihibrida, dapat dihasilkan
perbandingan yang merupakan variasi dari perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 yaitu 12 : 3 : 1; 9 ; 7 atau 15 : 1. Meskipun demikian, perbandingan
tersebut tetap mengikuti aturan Hukum Mendel. Oleh karena itu, hasil perbandingan tersebut dikatakan sebagai penyimpangan semu
Hukum Mendel.
Penyimpangan tersebut terjadi karena adanya beberapa gen yang saling memengaruhi dalam menghasilkan fenotip. Meskipun demiki-
an, perbandingan fenotip tersebut masih mengikuti prinsip-prinsip Hukum Mendel. Penyimpangan semu Hukum Mendel tersebut me-
liputi interaksi gen, kriptomeri, polimeri, epistasis-hipostasis, gen-gen komplementer, gen dominan rangkap dan gen penghambat.
a. Interaksi gen Interaksi beberapa pasangan gen
Penelitian tentang adanya interaksi gen ini ditemukan oleh
William Bateson 1861-1926 dan R.C. Punnet. Pada interaksi gen ini, suatu sifat tidak ditentukan oleh satu gen tunggal pada
autosom tetapi alel-alel dari gen yang berbeda dapat berinteraksi atau saling memengaruhi dalam memunculkan sifat fenotip.
Misalnya, pada ayam dijumpai empat macam bentuk pial jengger, antara lain: jengger berbentuk ercis atau biji pea dengan genotip
rrP-; jengger dengan belah atau tunggal single dengan genotip rrpp, jengger berbentuk mawar atau gerigi rose dengan genotip R-
pp, dan jengger berbentuk sumpel walnut, dengan genotip R-P-. Perhatikan Gambar 5.4.
Pada persilangan ayam berpial rose mawar dengan ayam berpial pea biji, semua keturunan F1nya berpial walnut sumpel. Agar lebih
memahaminya, perhatikanlah diagram persilangan berikut. P1
: RRpp X rrPP rose
pea Gamet : R, p
r,P F1
: RrPp walnut P2
: RrPp X RrPp
walnut walnut Gamet : RP, Rp, rP, rp RP, Rp, rP, rp
Gambar 5.4 Empat macam pial ayam yang berbeda a
Walnut b
Pea, c Rose, dan d Single a
b c
d
Galeri
William Bateson 1861-1926 adalah seorang profesor dari
Cambridge University dan di The John Innes Horticultural
Institute. Ia tumbuh di ling- kungan intelektual. Di bawah
pengaruh Francis Maitland Balfour, seorang ahli embri-
ologi, ia mendalami zoologi, dan selanjutnya mempelajari
embriologi selama 2 tahun di Amerika. Selain itu, Bate-
son juga dikenal sebagai ilmuwan anti-Darwinian, dan
pandangan-pandangannya tentang evolusi tercermin
dalam karyanya,
Materials for the Study of Evolution
1894
www.amphilsoc.org
M icr
osoft E ncar
ta P remium 2006
Di unduh dari : Bukupaket.com
136
Biologi Kelas XII
F2 :
RP Rp
rP rp
RP RRPP
walnut RRPp
walnut RrPP
walnut RrPp
walnut Rp
RRPp walnut
RRpp rose
RrPp walnut
RRpp rose
rP RrPP
walnut RrPp
walnut rrPP
pea rrPp
pea rp
RrPp walnut
Rrpp rose
rrPp pea
rrpp single
Dari persilangan ayam berpial rose dan pea, dihasilkan fenotip baru yaitu walnut atau sumpel. Apa yang menyebabkan terbentuknya
pial walnut? Pial walnut muncul karena interaksi 2 pasang alel gen yang dominan. Sementara itu, persilangan antara sesama ayam berpial
walnut dihasilkan 4 macam pial yaitu walnut, rose, pea, dan 1 pial yang baru yaitu single dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Pial tunggal terjadi
karena adanya 2 pasang alel gen yang resesif.
b. Kriptomeri