89
e. Evaluation Evaluasi
Pada tahap ini peneliti telah melakukan revisi terhadap RPP yng dikembangkan sesuai dengan saran dan masukkan yang diterima selama proses
implementasi. Salah satunya adalah ketidaksesuaian jumlah jam pelajaran yang tercantum dalam RPP sebagai berikut.
2. Lembar Kegiatan Siswa LKS
a. Analisis
Pada tahap analasis, peneliti telah menganalisis kebutuhan, kurikulum, serta karakteristik siswa dengan hasil sebagai berikut.
Gambar 16. Tampilan identitas dalam RPP sebelum revisi
Gambar 17. Tampilan identitas dalam RPP setelah revisi
90
1 Analisis Kebutuhan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa guru SMK YPKK 2 Sleman menggunakan buku dan LKS sebagai bahan ajar. LKS berisi
ringkasan materi dan latihan soal sebenarnya telah sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, namun belum dapat memfasilitasi siswa
untuk aktif menemukan konsep sendiri. Minimnya contoh masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari terkait materi peluang juga menjadi salah satu
kekurangan dalam LKS. Contoh masalah dalam kehidupan sehari-hari dapat mempermudah siswa untuk memahami konsep peluang. Selain itu, latihan-latihan
soal di dalam LKS juga belum mendukung siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Berdasarkan kondisi tersebut, maka peneliti
memandang perlu adanya LKS yang memfasilitasi siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah melalui pendekatan Contextual
Teaching and Learning pada materi peluang.
2 Analisis Kurikulum
Sama halnya dengan analisis kurikulum untuk pengembangan RPP, peneliti juga memperoleh hasil analisis kurikulum melalui wawancara serta pengumpulan
referensi terkait kurikulum yang digunakan SMK YPKK 2 Sleman. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B. 9 halaman 211.
3 Analisis Karakteristik Siswa
Berdasarkan hasil observasi, siswa-siswi kelas XI Akuntansi B berusia 15- 17 tahun. Berdasarkan kajian putaka yang telah diuraikan sebelumnya, pada
rentang usia tersebut siswa SMK telah mampu menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat abstrak secara logis. Melalui hasil observasi dan wawancara dengan
91
guru SMK YPKK 2 Sleman, peneliti memperoleh informasi terkait beberapa karakterisktik siswa dalam pembelajaran matematika, yakni:
a Siswa belum terbiasa menggunakan langkah-langkah pemecahan
masalah dalam menyelesaikan soal. b
Siswa terkadang hanya sekedar menghafalkan rumus tanpa memahami penggunaan rumus tersebut dalam berbagai masalah, sehingga
kemampuan pemecahan masalah siswa masih kurang. c
Siswa mampu belajar dalam sistem kelompok. d
Siswa mulai menunjukkan ketertarikan pembelajaran ketika siswa diberi soal-soal latihan.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka peneliti memandang perlu adanya perangkat pembelajaran berupa lembar kegiatan siswa lks dengan pendekatan yang
sesuai untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Selain itu, lks dapat membantu siswa memperoleh pengalaman dalam mengkronstruksi pengetahuannya
sendiri melalui masalah-masalah yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa atau yang mungkin akan dijumpai saat memasuki dunia kerja. Oleh karena itu, peneliti
memilih pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. LKS dengan pendekatan CTL diharapkan
dapat membantu siswa untuk lebih aktif dalam membangun pengetahuannya dan memudahkan siswa dalam memahami materi-materi yang bersifat abstrak, salah
satunya adalah materi peluang.
92
b. Design Perancangan