BEBAN POKOK Usaha penyebrangan

PT ASDP INDONESIA FERRY PERSERO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Per 31 Desember 2016 Dalam satuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain

30. LIABILITAS KONTINJENSI 1

Tanah Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk yang dikuasai Pemkab Jembrana seluas 5.7 Ha 2 Sertifikasi tanah Pelabuhan Penyeberangan Poka di Cabang Ambon 3 Ganti Rugi atas tanah diareal Pelabuhan Hunimua di Cabang Ambon PT. ASDP Indonesia Ferry Persero telah menerbitkan surat kuasa khusus kepada Kepala Kejaksaan Negeri Masohi untuk membantu menyelesaikan masalah ganti rugi tanah tersebut. Tim dan Kejaksaan Negeri Masohi selaku Jaksa Pengacara Negara telah melakukan rapat-rapat dan musyawarah dengan pihak-pihak yang mengaku sebagai yang berhak atas tanah yang digunakan untuk Pelabuhan Penyeberangan Hunimua yang hasilnya nihil atau gagal karena masing-masing pihak mengklaim yang paling berhak. Surat Plt. General Manager Cabang Ketapang kepada Direktur SDM Umum Nomor : UM.10314ASDP-KEN2015 tanggal 5 Mei 2015 perihal penyelesaian sengketa tanah pelabuhan penyeberangan Gilimanuk. Dalam surat tersebut diusulkan untuk menempuh jalur hukum penyelesaian permasalahan tanah penyeberangan pelabuhan Gilimanuk. Surat Direktur SDM Umum kepada General Manager Cabang Ketapang Nomor : UM.10313ASDP2015 tanggal 31 Juli 2015 perihal penjelasan tanah pelabuhan penyeberangan Gilimanuk. Dalam surat tersebut agar General Manager meminta penjelasan kepada Kepala Kantor BPN Kabupaten Jembrana mengenai besaran tanah yang tidak sesuai dengan surat rekomendasi Gubernur Nomor : 550.3317095HK dan surat permohonan hak pakai Pemimpin Cabang Ketapang.diusulkan untuk menempuh jalur hukum penyelesaian permasalahan tanah penyeberangan pelabuhan Gilimanuk. General Manager PT. ASDP Indonesia Ferry Persero Cabang Ketapang telah berkirim surat kepada Kepala Kantor BPN Kabupaten Jembrana dengan surat nomor : UM.20316ASDP-KEN2015 tanggal 18 Agustus 2015 perihal penyelesaian sertifikat tanah pelabuhan penyeberangan Gilimanuk. Surat tersebut meminta penjelasan terjadinya perbedaan luas tanah pelabuhan penyeberangan gilimanuk antara permohonan yang diajukan oleh Perum ASDP sesuai surat rekomendasi Gubernur Daerah Tingkat I Bali Nomor : 550.3317095HK tanggal 25 September 1987 dengan surat keputusan kepala BPN Nomor : 329HPBPN92 tanggal 20 Nopember 1992 tentang pemberian hak pakai atas nama Perum ASDP. Surat BPN Kabupaten Jembrana Nomor : 2069200-51.01XI2015 tanggal 2 Nopember 2015 perihal penyelesaian sertifikat tanah pelabuhan penyeberangan Gilimanuk . Surat tersebut enjelaskan apabila dioverlapkan maka nampak bidang tanah yang dikuasai oleh Perum ASDP berhimpitan dengan bidang tanah yang berada disebelah Selatan dan sebelah timur yang merupakan bidang tanah Hak Pengelolaan HPL No. 1, sehingga permohonan hak pakai yang diajukan oleh Perum ASDP tanggal 3 Mei 1991 seluas 9.8 Ha disetujui haknya seluas 4.113 Ha. Tanah PT. ASDP Indonesia Ferry Persero Cabang Ambon di Pelabuhan Penyeberangan Poka yang belum bersertifikat dan adanya klaim dari warga ahli waris atas tanah di areal pelabuhan Poka. Berdasarkan PP 15 tahun 1997, PT. ASDP menerima penambahan Penyertaan Modal Negara PMN anatara lain Pelabuhan Penyeberangan Poka. PT. ASDP Indonesia Ferry Persero namun terkendala belum dapat dipenuhinya permintaan dari BPN setempat atas bukti pelepasan hakjual dari pemilik tanah. Dan PT. ASDP Indonesia Ferry Persero Cabang Ambon telah menunjuk Notaris setempat untuk proses pensertifikasi tanah tersebut. Tanah tersebut sejak diserahkan oleh Departemen Perhubungan Cq. Ditjen. Perhubungan Darat masih terjadi sengketa antara ahli waris, dan tanah tersebut belum diberikan ganti rugi oleh Dephub. karena masih sengketa keluarga. Hingga saat ini belum ada keputusan Pengadilan NegeriPengadilan Tinggi Mahkamah Agung atas permasalahan ini, sehingga belum jelas siapa pihak yang berhak sebagai ahli waris tanah tersebut. Apabila telah ada keputusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum yang tetap, maka putusan tersebut akan ASDP Kirimkan ke Bagian Hukum Ditjendat Dep. Perhubungan untuk proses pelaksanaan perugian ganti kerugian untuk pembebasan tanah APBN. Untuk tanah Pelabuhan Waipirit tidak ada permasalahan. Saat ini direksi telah membentuk tim pengkajian atas penyelesaian permasalahan tanah pelabuhan penyeberangan HunimuaNomor : SK.607PA.105ASDP-2016 tanggal 12 April 2016 jo. SK Nomor : SK.656PA.105ASDP-2016 tanggal 22 April 2016. Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan keuangan secara keseluruhan 48 PT ASDP INDONESIA FERRY PERSERO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Per 31 Desember 2016 Dalam satuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain

30. LIABILITAS KONTINJENSI Lanjutan 3

Ganti Rugi atas tanah diareal Pelabuhan Hunimua di Cabang Ambon a. b. c. Membuat permohonan penitipan ganti kerugian kepada Ketua Pengadilan Negeri Ambon. - Nilai tanah 46.560 M2 Rp6.452.280.000 - Nilai bangunan hotel 186 M2, rumah 45 M2 Rp322.600.000 - Nilai pohon kelapa 137 pohon Rp102.750.000 4 5 Penyelesaian Tanah di Padangbai Pada tanggal 25 Agustus 2016 Kejaksaan Negeri Masohi telah menerbitkan Legal Opinion LO, yang pada intinya PT. ASDP Indonesia Ferry Persero Cabang Ambon dapat melakukan pembayaran ganti rugi dengan cara konsinyasi di Pengadilan Negeri Ambon dengan mengambil langkah-langkah: Meminta Penilai untuk melakukan penilian terhadap objek tanah yang akan digantirugikan sebagai dasar untuk melakukan musyawarah nilai ganti kerugian. Melakukan musyawarah nilai ganti kerugian dengan dasar hasil penilaian dari Penilai dan membuat berita acara hasil musyawarah tersebut. Sebagai tindak lanjut Legal Opinion LO JPN Masohi telah ditunjuk KJPP Muhammad Adlan dan Rekan untuk menilai tanah dan aset diatasnya di Pelabuhan Penyeberangan Hunimua dengan hasil penilaian dengan total Rp6.851.000.000,- sudah pembulatan dengan rinsian sebagai berikut: Penyelesaian Tanah di Pelabuhan Lembar yang berhimpitan dengan PT Pelindo III Persero dan di klaim sebagai tanah milik PT Pelindo III Persero. Terkait dengan tanah seluas 16.007 m² berlokasi di Pelabuhan Lembar, Kabupaten Lombok Barat yang belum bersertifikat dikarenakan PT Pelindo III Persero tidak bersedia menandatangani batas tanah dikarenakan menganggap tanah tersebut milik PT Pelindo III Persero, PT ASDP Indonesia Ferry Persero telah mengupayakan untuk melakukan pengurusan dan pembuatan sertifikat dengan berkoordinasi dengan BPN Lombok Barat dimana atas tanah tersebut, saat ini telah mendapatkan Sertifikat Hak Guna Bangunan No.75 seluas 7.980 m² yang diterbitkan tanggal 16 Juli 2012. Sebagai informasi, tanah tersebut bukan seluas 16.007 m². Terkait dengan tanah seluas kurang lebih 1.771 m² di Cabang Lembar Sertifikat HGB No.30 tanggal 12 Juli 1994, yang di klaim juga oleh PT Pelindo III Persero dengan Sertifikat Hak Pakai Nomor; 7 tanggal 25 April 1984, PT ASDP Indonesia Ferry Persero telah mengupayakan untuk meminta peninjauan kembali atas Sertifikat tanah tersebut kepada BPN Mataram, namun hasilnya belum ada. Untuk itu dalam waktu dekat Divisi Hukum akan bekerjasama dengan Divisi Aset dan Cabang Lembar untuk Berkoordinasi dengan BPN Mataram. Sehubungan dengan rencana perpanjangan jangka waktu sertifikat HGB No. 30 yang akan berakhir Bulan Juli 2014, Divisi Hukum bekerjasama dengan Divisi Aset dan Cabang Lembar telah berkoordinasi dengan BPN Mataram, namun sertifikat belum selesai karena BPN Mataram masih memprioritaskan sertifikat proyek nasional. Pada tanggal 7 Agustus 2014, BPN Mataram telah menyetujui perpanjangan sertifikat HGB No. 30 A.n. PT ASDP yang diajukan oleh PT ASDP Indonesia Ferry Persero, dan untuk perpanjangan sertifikat tersebut berakhir sampai dengan tahun 2034 dengan luas tanah yang masih sama yaitu 1.771 m². PT. ASDP Indonesia Ferry Persero telah mengusulkan kepada BPN setempat untuk melakukan pensertifikatan atas tanah pelabuhan tersebut, namun ada klaim dari masyarakat adat, sehingga sampai dengan saat ini BPN belum menyelesaikan pensertifikatan tanah tersebut dan diminta agar PT. ASDP Indonesia Ferry Persero menyelesaikan masalah tersebut dengan masyarakat adat. Pihak BPN juga menyarankan apabila masyarakat adat masih menghalang-halangi pensertifikatan tanah tersebut, disarankan agar pihak PT. ASDP Indonesia Ferry Persero berkoordinasi dengan Kepala Daerah Bupati Karang Asem untuk membantu menyelesaikannya. Pihak Camat, Polisi Sektor, Komando Daerah Militer setempat pada prinsipnya sudah memahami dan setuju untuk proses sertifikasi tanah Pelabuhan Padangbai milik PT. ASDP Indonesia Ferry Persero. Pada tanggal 13 sd 14 Agustus 2015 Divisi Hukum bersama dengan General Manger PT. ASDP Indonesia Ferry Persero Cabang Lembar melakukan koordinasi dengan BPN Karang Asem untuk proses lebih lanjut pensertifikasian tanah tersebut yang pada intinya BPN Karang Asem tetap meminta agar ASDP menyelesaiakn permasalahan dengan masyarakat adat Desa Pakraman Padangbai. Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan keuangan secara keseluruhan 49