siswa, 2 memiliki kriteria penilaian yang jelas Explicit Criteria, dan 3 menggambarkan pencapaian Kompetensi Dasar tertentu.
Portofolio adalah koleksi dokumen atau tugas-tugas yang diorganisasikan dan dipilih untuk mencapai tujuan dan sebagai bukti
nyata dari seseorang yang memiliki pertumbuhan dalam bidang pengetahuannya, disposisi, dan keterampilan
27
. Portofolio dapat digunakan untuk mendokumentasikan perkembangan siswa. Karena
menyadari proses belajar sangat penting untuk keberhasilan hidup, portofolio dapat digunakan oleh siswa untuk melihat kemajuan mereka
sendiri terutama dalam hal perkembangan, sikap keterampilan dan ekspresinya terhadap sesuatu. Secara umum, portofolio merupakan
kumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Portofolio dapat berbentuk
tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan guru, catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru
dengan siswa, laporan kegiatan siswa dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa.
Portofolio biasanya merupakan karya terpilih dari seorang siswa, tetapi dapat juga berupa karya terpilih dari satu kelas secara
keseluruhan yang bekerja sama secara kooperatif dalam memecahkan masalah. Karya terpilih dari portofolio yang harus menjadi kumpulan
karya siswa harus yang dapat menggambarkan usaha terbaik siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan atau kata lain
Portofolio bukanlah kumpulan bahan-bahan yang tidak relefan atau kurang signifikan dengan bahan atau topik pembelajaran.
Pembelajaran berbasis portofolio bisa juga dikatakan merupakan hal yang relatif baru dikelas tetapi, sebenarnya portofolio telah dikenal
27
Arnie Fajar, Portofolio dalam Pembelajaran IPS, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, h.48
lama. Portofolio tersebut biasanya merupakan karya utama topic utama pada berbagai diskusi presentasi
28
.
6. Landasan Pemikiran Model Pembelajaran Berbasis Portofolio
Model pembelajaran berbasis portofolio, merupakan salah satu hasil inovasi di dalam model pembelajaran yang antara lain dilandasi
pemikiran sebagai berikut: 1. Empat Pilar Pendidikan
Menurut UNESCO tahun 1999 dalam buku Tukiran Taniredja 2013, jika ingin berhasil melaksanakan tugas-tugasnya, maka
pendidikan hendaknya diatur disekitar empat jenis belajar yang fundamental sifatnya yang sepanjang kehidupan seseorang. Yang
meliputi:
29
a. Belajar mengetahui Learning to know yaitu mendapatkan instrumen atau pemahaman. Jenis belajar ini bukanlah
persoalan memperoleh
informasi yang
sudah dirinci,
dikodifikasi disusun dengan suatu sistem melainkan instrumen-instrumen itu sendiri.
b. Belajar berbuat Learning to do sehingga mampu bertindak kreatif di lingkungannya. belajar mengetahui dan belajar
berbuat sampai batas yang luas bukanlah dua hal yang tidak berhubungan, namun belajar berbuat terkait lebih dekat dengan
pertanyaan pelatihan kejuruan: bagaimana kita mengajar anak- anak untuk mempratikkan apa yang sudah dipelajarinya dan
bagaimana pendidikan dapat diadaptasikan dengan pekerjaan dimasa depan jika tidak mungkin untuk meramal dengan tepat
bagaimana pekerjaan berkembang? Berbuat untuk dapat memperoleh bukan hanya suatu kerja, tetapi juga lebih luas
sifatnya, kompetensi untuk berurusan dengan banyak situasi dan bekerja dalam regu-regu.
28
Tukiran Taniredja Dkk, Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, Bandung: Alfabeta, 2013, h.6
29
Ibid, h. 9-11
c. Belajar hidup bersama Learning to live together, sehingga mampu berperan serta dan bekerja sama dengan orang-orang
lain dalam semua kegiatan manusia. d. Belajar menjadi seseorang Learning to be suatu kemajuan
penting yang merupakan kelanjutan dari ketiga sendi diatas. Pendidikan hendaknya menyumbang perkembangan seutuhnya
dari setiap orang-jiwa dan raga, inteligensi, kepekaan, rasa estetika, tanggung jawab pribadi, dan nilai-nilai spiritual.
2. Pandangan Konstruktivisme Merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi bentukan kita sendiri. Pandangan kontruktivisme sebagai filosofi
pendidikan mutakhir menganggap semua peserta didik mulai dari usia taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki
gagasan pengetahuan ini sering kali naïf dan miskonsepsi
30
. Menurut Boediono 2002 dalm buku Tukian Taniredja 2013,
landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum bjektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran.
3. Democratic Teaching Democratic Teaching adalah suatu bentuk upaya untuk
menjadikan sekolah atau kampus sebagai pusat kehidupan demokrasi melalui proses pembelajaran yang demokratis. Dengan
kata lain Democtratic Teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oelh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap
kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta didik sebagi
insane yang harus dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan potensinya
31
.
30
Ibid, h.12
31
Ibid, h.13