pergantian manajemen, dan profitabilitas. Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perusahaan untuk melakukan pergantian KAP adalah prior audit
opinion. Berdasarkan uraian di atas tentang pergantian KAP, dalam penelitian ini
peneliti berasumsi bahwa faktor-faktor yang dapat mendorong probabilitas perusahaan untuk melakukan pergantian KAP adalah opini audit going concern
X
1
dan pergantian manajemen X
2
. Apabila ditinjau dari asal keberadaannya, opini audit going concern merupakan faktor eksternal perusahaan yang bersumber
dari hasil audit yang dilakukan akuntan publik dalam menilai seberapa besar perusahaan mampu mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Sedangkan
pergantian manajemen adalah faktor internal perusahaan yang disebabkan dari hasil kesepakatan principal atau adanya keputusan pengunduran diri sendiri.
Peneliti juga berasumsi bahwa kualitas komite audit Z dapat digunakan sebagai variabel moderasi yang mampu memperkuat atau memperlemah probabilitas
perusahaan untuk melakukan pergantian KAP yang disebabkan opini audit going concern X
1
dan pergantian manajemen X
2
.
2.3. Opini Audit Going Concern
Belkaoui 1997:271 menjelaskan going concern adalah suatu dalil yang menganggap bahwa suatu entitas bisnis akan menjalankan terus kegiatan
operasionalnya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk dapat merealisasikan proyek, komitmen, dan aktivitasnya yang berkelanjutan. Dalil ini berasumsi
bahwa entitas tersebut tidak diharapkan akan dilikuidasi di masa depan dan akan berlanjut sampai periode yang tidak dapat ditentukan.
Purba 2009:21 menerangkan asumsi going concern merupakan salah satu asumsi yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas ekonomi.
Asumsi ini mengharuskan entitas ekonomi secara operasional dan keuangan memiliki kemampuan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Merujuk pada
SPAP, terdapat lima opini yang biasanya diberikan oleh akuntan publik, yaitu: 1 wajar tanpa pengecualian, 2 wajar tanpa pengecualian dengan bahas penjelas,
3 wajar dengan pengecualian, 4 tidak wajar, dan 5 tidak memberikan pendapat. Akuntan publik selain memberikan opini atas kewajaran suatu laporan
keuangan, juga memiliki tanggungjawab untuk mengevaluasi status going concern perusahaan dalam setiap pekerjaan auditnya.
Loebbecke 1993 dalam Puspitasari dan Cahyono 2012 menjelaskan bahwa terdapat empat faktor yang menimbulkan ketidakpastian mengenai going
concern suatu perusahaan yang juga harus dipertimbangkan oleh akuntan publik. Empat faktor tersebut antara lain:
a. Kerugian usaha yang secara besar dan terus berulang kali terjadi atau kekurangan modal kerja secara terus menerus.
b. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo dalam jangka pendek. Terkait dalam hal ini perusahaan secara terus
menerus tidak dapat membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo. c. Kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak diasuransikan
seperti gempa bumi atau banjir atau masalah perburuhan yang tidak biasa.
Kehilangan pelanggan utama akan menyebabkan penjualan perusahaan menurun sehingga perusahaan akan mengalami kerugian yang cukup besar,
begitu pula dengan bencana yang terjadi dan tidak diasuransikan. Ketiga hal ini dapat menyebabkan perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar
sehingga perusahaan dinyatakan tidak dapat melanjutkan kegiatan usahanya. d. Perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sudah terjadi
yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi.
Opini audit going concern adalah laporan akuntan publik yang dimodifikasi mengenai going concern dan menunjukkan suatu indikasi bahwa
dalam penilaian akuntan publik terdapat risiko auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis Solikhah dan Kiswanto, 2010.
Dalam PSA No.30 apabila akuntan publik merasa terdapat keraguan mengenai going concern suatu perusahaan maka
akuntan publik harus melakukan beberapa hal sebagai berikut: a. Jika akuntan publik yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan
suatu usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu tertentu, maka akuntan publik harus: a Memperoleh informasi
mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak dan kondisi yang menyebabkan suatu usaha tersebut tidak dapat bertahan lama,
dan b Menganalisis apakah ada kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan oleh manajemen.
b. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang dapat digunakan untuk mengurangi dampak kondisi atau suatu peristiwa yang menyebabkan suatu
usaha tersebut dinilai tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya,
akuntan publik harus mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat disclaimer.
c. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh akuntan publik adalah menyimpulkan berdasarkan
pertimbangannya efektivitas rencana tersebut. d. Jika akuntan publik berkesimpulan rencana manajemen tersebut tidak efektif,
akuntan publik harus menyatakan tidak memberikan pendapat disclaimer. e. Jika akuntan publik mendapatkan kesimpulan bahwa rencana tersebut akan
berjalan secara efektif dan klien mengungkapkan keadaan tersebut di dalam catatan laporan keuangan, akuntan publik dapat menyatakan pendapat wajar
tanpa pengecualian unqualified opinion. f.
Jika akuntan publik berkesimpulan bahwa rencana tersebut akan dapat berjalan secara efektif namun klien tidak mengungkapkan keadaan tersebut di
dalam catatan laporan keuangan, akuntan publik dapat memberikan pendapat tidak wajar adverse opinion.
Penelitian ini merujuk definisi opini audit going concern milik Solikhah dan Kiswanto 2010, yakni laporan akuntan publik yang dimodifikasi mengenai
going concern dan menunjukkan suatu indikasi bahwa dalam penilaian akuntan publik terdapat risiko auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis. Sedangkan dalam
hal pengukuran opini audit going concern, peneliti merujuk pada metode pengukuran yang digunakan oleh Sinarwati 2010 dengan menggunakan variabel
dummy. Pengukuran tersebut sama dengan pengukuran yang dilakukan oleh Merawati dkk. 2013.
2.4. Pergantian Manajemen