Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sebagai upaya meningkatkan keterampilan sosial dan pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X SMA

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE

NUMBERED HEAD TOGETHER

(

NHT

) SEBAGAI

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN

PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN

EKONOMI KELAS X SMA

Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X5 SMA Negeri 6 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Kristin Prasetyo Dewi NIM: 091334038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEAD TOGETHER

(

NHT

) SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN

PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN

EKONOMI KELAS X SMA

Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X5 SMA Negeri 6 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Kristin Prasetyo Dewi NIM: 091334038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(3)

(4)

(5)

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

Papa Iswara Kesti D.A, S.Pd.

Mama Sugiyanti

Kakak Atpriyanto dan keluarga kecilnya

Mbak Arlinda Kristi Wibowo, S.Pd., M.Pd.

Almamaterku Universitas Sanata Dharma


(6)

MOTTO

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi

kekuatan kepadaku (Filipi 4:13)


(7)

(8)

(9)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEAD TOGETHER (NHT) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN

KETERAMPILAN SOSIAL DAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X SMA

Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X5 SMA Negeri 6 Yogyakarta

Kristin Prasetyo Dewi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan sosial dan pemahaman siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

numbered head together (NHT) pada mata pelajaran ekonomi materi indeks harga dan fungsi konsumsi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas X5 SMA Negeri 6 Yogyakarta. Komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembagian kelompok, kerja kelompok, laporan hasil kerja kelompok, tanggapan dari kelompok lain, dan kesimpulan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, tes, kuesioner dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) dapat meningkatkan keterampilan sosial dan pemahaman siswa pada materi indeks harga dan fungsi konsumsi. Peningkatan keterampilan sosial pada siklus pertama sebesar 28,1% dan siklus kedua sebesar 21,5%. Pemahaman meningkat sebesar 28,13% (87,5% siswa tuntas) pada siklus pertama dan pada siklus kedua meningkat sebesar 12,5% (100% siswa tuntas).


(10)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TYPE AS AN EFFORT TO INCREASE SOCIAL SKILL AND STUDENT’S UNDERSTANDING IN

ECONOMICS ON THE 10th CLASS OF SENIOR HIGH SCHOOL

A Classroom Action Research of the Tenth Grade Students of Six State Senior High School Yogyakarta

Kristin Prasetyo Dewi Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

The research aims to find out the improvement of social skill and student’s understanding after the implementation of cooperative learning model numbered head together (NHT) type in price index and consumption function lesson.

This research is a classroom action research. The participants of this research were students of the Tenth Grade Students of Six State Senior High School Yogyakarta. The main components of the cooperative learning NHT type were group division, team work, report of team work’s result, responses from the other groups, and conclusion. This research was done in two cycles. Each cycle consisted of four stages, they were planning, action, observation, evaluation and reflection. The data collection was done by observing, interview, test, questionnaire, and documentation methods. The data which were obtained were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

The result of this research shows that the implementation of cooperative learning model numbered head together (NHT) type can increase social skill and student’s understanding in price index and consumption function lesson. The progress of social skill in first cycle is 28,1% and in second cycle is 21,5%. Understanding improvement is 28,13% (87,5% students pass) in first cycle and in second cycle the improvement is 12,5% (100% students pass)


(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, kasih dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA.

Tanpa bantuan dan arahan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Ibu Natalina Premastuti B., S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang tidak

hanya mendampingi, memberikan saran dan arahan dalam penulisan karya ini namun juga menyampaikan petuah-petuah kehidupan bagi penulis disela kegiatan bimbingan.

5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. dan Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd. selaku dosen penguji yang berkenan memberikan kritik dan saran guna penyempurnaan karya ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan di Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan berbagai bimbingan serta pelayanan selama penulis melaksanakan studi di USD ini.


(12)

7. Dra. Hj. Dwi Aspariningsih, selaku guru mitra yang telah dengan sepenuh hati berkenan meluangkan waktu dan tenaga guna bersama merancang agar penelitian tindakan kelas ini berjalan dengan maksimal.

8. Para guru dan karyawan-karyawati SMA Negeri 6 Yogyakarta yang bersedia memberikan bantuan pada peneliti dalam melaksanakan penelitian.

9. Siswa-siswi SMA Negeri 6 Yogyakarta khususnya kelas X5. Kalian yang terbaik teman-temanku.

10.Kedua orang tuaku: Papa Iswara Kesti D.A, S.Pd. dan Mama Sugiyanti yang berkenan mendukung sepenuh hati guna penyelesaian karya ini. Terima kasih atas cinta kasih, semangat,dan doa dari Papa dan Mama.

11.Kakakku dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan doanya, sehingga karya ini dapat terselesaikan serta Simbah yang selalu dengan sepenuh hati menanti cucunya saat harus pulang malam setelah kuliah. Terima kasih untuk doa-doa dari mbah.

12.Teman-teman Prodi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi angkatan 2009 yang tidak akan terlupakan, tempat berbagi tawa, canda, serta semangat dalam perjuangan selama ini. Nawang, Fani, Putri, Indi, Katrin, Vita, terus berjuang teman-teman.

13.Teman-teman fasilitator dalam PTK ini, Riky, Priam, Vincent, Arjun, Vita, Elli, Lita, Angel, Yenika, Meyta, Yovita serta fasilitator seksi perlengkapan Nawang. Terima kasih atas tumpangan kos nya dan kesedian menemani berbelanja perlengkapan walau hujan melanda.

14.Teman-teman satu perjuangan, mahasiswa bimbingan Ibu Prem, Mas Didik, Anang, Leo, Elli, Vita, Wuni, Meyta. Tetap semangat teman-teman.

15.Sahabat berbagi semangat dan cerita kehidupan, Ocha, Lydia, Erick, Ratna, Ruri, juga Verna yang selalu memberi semangat. Terima kasih atas keceriaan dan doa dari kalian.


(13)

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Penelitian Tindakan Kelas ... 8

B. Pembelajaran Kooperatif ... 14


(15)

E. Pengertian Pemahaman ... 21

F. Karakteristik Mata Pelajaran Ekonomi ... 23

G. Kajian Penelitian yang Relevan ... 24

H. Kerangka Teoritik ... 25

I. Pertanyaan Penelitian ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 29

D. Prosedur Penelitian ... 30

E. Instrumen Penelitian ... 37

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

G. Pengukuran Variabel Keterampilan Sosial ... 43

H. Pengujian Kuesioner ... 46

I. Penyusunan Soal Tes ... 51

J. Teknik Analisis Data ... 53

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 56

A. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 56

B. Sistem Pendidikan SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 59

C. Kurikulum SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 60

D. Siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 62

E. Proses Belajar Mengajar SMA Negeri 6 Yogyakarta... 63

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 66

B. Analisis Komparasi Keterampilan Sosial dan Pemahaman Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 124


(16)

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 131

B. Keterbatasan ... 132

C. Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 134


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Opersionalisasi Variabel Keterampilan Sosial dalam Diskusi

Kelompok ... 44

Tabel 3.2 Opersionalisasi Variabel Keterampilan Sosial dalam Diskusi Kelas ... 45

Tabel 3.3 Skor Variabel Keterampilan Sosial ... 45

Tabel 3.4 Penilaian Acuan Patokan Tipe I ... 46

Tabel 3.5 Kesimpulan Uji Validitas Butir Kuesioner ... 47

Tabel 3.6 Perbaikan Kalimat Pernyataan Kuesioner ... 49

Tabel 3.7 Kesimpulan Uji Reliabilitas Butir Kuesioner ... 51

Tabel 3.8 Kisi-kisi Soal Tes Evaluasi Materi Indeks Harga ... 52

Tabel 3.9 Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test Materi Fungsi Konsumsi 53

Tabel 4.1 Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2012/2013 ... 62

Tabel 5.1 Hasil Observasi Kegiatan Guru Sebelum Penerapan NHT ... 67

Tabel 5.2 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Sebelum Penerapan NHT ... 71

Tabel 5.3 Hasil Observasi Kondisi Fisik Kelas ... 74

Tabel 5.4 Skor Kuesioner Keterampilan Sosial Siswa Sebelum Penerapan NHT ... 75

Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Kuesioner Keterampilan Sosial Berdasarkan PAP Tipe I ... 76

Tabel 5.6 Nilai Ulangan sebagai Dasar Pembentukan Kelompok ... 79

Tabel 5.7 Skor Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 88

Tabel 5.8 Skor Kuesioner Keterampilan Sosial Siswa Sesudah Penerapan NHT Siklus I ... 89

Tabel 5.9 Hasil Perhitungan Kuesioner Keterampilan Sosial Berdasarkan PAP Tipe I ... 90

Tabel 5.10 Refleksi Siswa Terhadap Komponen dan Model NHT SiklusI . 91

Tabel 5.11 Hasil Observasi Kegiatan Guru Saat Penerapan NHT Siklus I .. 93


(18)

Tabel 5.13 Skor Observasi Keterampilan osial Siswa Saat Penerapan NHT Siklus I ... 100 Tabel 5.14 Hasil Perhitungan Observasi Keterampilan Sosial Berdasarkan

PAP Tipe I ... 101 Table 5.15 Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen dan Model NHT

Siklus I ... 103 Tabel 5.16 Skor Pre Test Siswa Siklus II ... 107 Tabel 5.17 Skor Kuesioner Keterampilan Sosial Siswa Sesudah NHT

Siklus II ... 110 Tabel 5.18 Hasil Perhitungan Kuesioner Keterampilan Sosial Berdasarkan

PAP Tipe I ... 111 Tabel 5.19 Refleksi Siswa Terhadap Komponen dan Model NHT Siklus

II ... 112 Tabel 5.20 Skor Post Test Siswa Siklus II ... 114 Tabel 5.21 Hasil Observasi Kegiatan Guru Saat Penerapan NHT Siklus II 115 Tabel 5.22 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Saat Penerapan NHT Siklus II 118 Tabel 5.23 Skor Observasi Keterampilan Sosial Siswa Saat Penerapan

NHT Siklus II ... 121 Tabel 5.24 Hasil Perhitungan Observasi Keterampilan Sosial Berdasarkan

PAP Tipe I ... 122 Tabel 5.25 Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen dan Model NHT

Siklus II ... 123 Tabel 5.26 Hasil Perhiutngan Kuesioner Keterampilan Sosial Berdasarkan

PAP Tipe I ... 124 Tabel 5.27 Skor Hasil Belajar Siswa Sebelum NHT, Sesudah NHT


(19)

DAFTAR GAMBAR


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran

(Sebelum Penerapan NHT) ... 136

Lampiran 2 Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran (Sebelum Penerapan NHT) ... 138

Lampiran 3 Lembar Observasi Kondisi Fisik Kelas ... 140

Lampiran 4 Kuesioner Keterampilan Sosial (Sebelum Penerapan NHT) .. 141

Lampiran 5 Panduan wawancara Terhadap Guru Mata Pelajaran ... 145

Lampiran 6 Panduan wawancara Terhadap Siswa ... 146

Lampiran 7 Pembagian Kelompok ... 147

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 148

Lampiran 9 Papan Nama Kelompok... ... 154

Lampiran 10 Nomor Bernentuk Topi ... 155

Lampiran 11 Handout Materi Indeks Harga ... 156

Lampiran 12 Soal dan Kunci Jawaban Kerja Kelompok ... 162

Lampiran 13 Lembar Skor Kelompok ... 167

Lampiran 14 Soal dan Kunci Jawaban Tes Evaluasi ... 168

Lampiran 15 Kuesioner Keterampilan Sosial (Sesudah Penerapan NHT Siklus I) ... 173

Lampiran 16 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran NHT (Sesudah Penerapan NHT Siklus I) ... 177

Lampiran 17 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran (Saat Penerapan NHT Siklus I) ... 178

Lampiran 18 Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran (Saat Penerapan NHT Siklus I) ... 180

Lampiran 19 Lembar Observasi keterampilan Sosial Siswa dalam Aktivitas Kelompok (Saat Penerapan NHT Siklus I) ... 182

Lampiran 20 Panduan Wawancara Terhadap Siswa ... 184


(21)

Lampiran 22 Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Saat Penerapan NHT

Siklus I) ... 186

Lampiran 23 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 187

Lampiran 24 Papan Nama kelompok ... 193

Lampiran 25 Nomor Berbentuk Topi ... 194

Lampiran 26 Handout Materi Fungsi Konsumsi ... 195

Lampiran 27 Soal dan Kunci jawaban Kerja Kelompok ... 199

Lampiran 28 Lembar Skor Kelompok ... 203

Lampiran 29 Soal dan Kunci Jawaban Pre Test ... 204

Lampiran 30 Soal dan Kunci Jawaban Pre Test ... 209

Lampiran 31 Kuesioner Keterampilan Sosial (Saat Penerapan NHT Siklus II) ... 214

Lampiran 32 Refleksi Siswa Terhadap Komponen dan Model Pembelajaran NHT (Sesudah Penerapan NHT Siklus II) ... 218

Lampiran 33 Lembar Observasi kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran (Saat Penerapan NHT Siklus II) ... 219

Lampiran 34 Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran (Saat Penerapan NHT Siklus II) ... 221

Lampiran 35 Lembar Observasi Keterampilan Sosila Siswa dalam Aktivitas Kelompok (Saat Penerapan NHT Siklu II) ... 223

Lampiran 36 Panduan Wawancara Terhadap Siswa ... 225

Lampiran 37 Panduan wawancara Terhadap Guru ... 226

Lampiran 38 Lembar refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Saat Penerapan NHT Siklus II) ... 227

Lampiran 39 Output Uji Validitas Product Moment SPSS 17 ... 228

Lampiran 40 Output Reliabilitas SPSS 17 ... 230

Lampiran 41 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran (Sebelum Penerapan NHT) ... 231


(22)

Lampiran 42 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran (Sebelum Penerapan NHT) ... 233 Lampiran 43 Lembar Observasi Kondisi Fisik Kelas ... 235 Lampiran 44 Hasil Kuesioner Keterampilan Sosial Sebelum Penerapan

NHT... 236 Lampiran 45 Wawancara Terhadap Guru ... 240 Lampiran 46 Wawancara terhadap Siswa ... 241 Lampiran 47 Lembar Jawab Kelompok ... 242 Lampiran 48 Rekap Skor Kelompok Saat Pembelajaran NHT Siklus I ... 246 Lampiran 49 Post Test Siswa Siklus I ... 247 Lampiran 50 Hasil Kuesioner Keterampilan Sosial Sesudah Penerapan NHT

Siklus I ... 250 Lampiran 51 Refleksi Siswa Siklus I ... 254 Lampiran 52 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses

Pembelajaran (Saat Penerapan NHT Siklus I) ... 257 Lampiran 53 Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses

Pembelajaran (Saat Penerapan NHT Siklus I) ... 259 Lampiran 54 Hasil Observasi Keterampilan Sosial Saat Penerapan NHT

Siklus I ... 261 Lampiran 55 Wawancara Terhadap Siswa... 265 Lampiran 56 Wawancara Terhadap Guru ... 266 Lampiran 57 Refleksi Guru Siklus I ... 267 Lampiran 58 Pre Test Siswa Siklus II ... 268 Lampiran 59 Lembar Jawab Kelompok ... 271 Lampiran 60 Rekap Skor Kelompok Saat Pembelajaran NHT Siklus II ... 275 Lampiran 61 Hasil Kuesioner Keterampilan Sosial Sesudah Penerapan

NHT Siklus II ... 276 Lampiran 62 Refleksi Siswa Siklus II ... 280 Lampiran 63 Post Test Siklus II ... 283 Lampiran 64 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran


(23)

Lampiran 65 Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran (Saat Penerapan NHT Siklus II) ... 288 Lampiran 66 Hasil Observasi Keterampilan Sosial Saat Penerapan NHT

Siklus I ... 290 Lampiran 67 Wawancara Terhadap Siswa... 294 Lampiran 68 Wawancara Terhadap Guru ... 295 Lampiran 69 Refleksi Guru Siklus I ... 296 Lampiran 70 Permohonan Ijin penelitian ... 297 Lampiran 71 Surat Ijin Dinas Perijinan Kota Yogyakarta ... 298 Lampiran 72 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 299


(24)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah aktivitas bimbingan yang disengaja untuk

mencapai kepribadian yang luhur, baik yang berkaitan dengan dimensi

jiwa, rohani, maupun akal (Salahudin, 2011:21). Menurut Y.B.

Mangunwijaya (Firdaus M. Yunus, 2004:5) pendidikan di sekolah

semestinya harus terbuka dan menjadi peristiwa perjumpaan antar pribadi

yang saling mengasihi dan sebagai ajang untuk menjalin kemitraan, bukan

penjinakan terhadap siswa. Interaksi yang baik akan menumbuhkan rasa

persaudaraan yang menggembirakan. Sekolah seharusnya menjadi tempat

yang dapat membuat setiap anggota yang menjadi bagian dalam sekolah

itu merasakan adanya kebersamaan yang dapat menumbuhkan pikiran dan

sikap-sikap positif seperti merasa diakui keberadaannya, merasa diterima

dan dikasihi, dapat menerima saran, kritik dan ide orang lain, serta mau

mengasihi dan membantu orang lain.

Salah satu masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan di

Indonesia adalah kurang diselenggarakannya pembelajaran yang mampu

membuat siswa berinteraksi di dalam kelas. Memang benar bahwa salah

satu tujuan dari pendidikan adalah menjadikan siswa paham akan hal-hal

baru yang sebelumnya belum pernah dipelajari, namun ada tujuan lain


(25)

agar siswa dapat merasakan kasih, mampu bersosialisasi, dan menjadi

pribadi yang utuh baik dalam segi intelektual maupun emosional.

Contoh nyata hal-hal yang menjadikan keterampilan sosial siswa

kurang tergali yaitu, dalam pembelajaran di sekolah masih banyak proses

pembelajaran yang berlangsung satu arah atau hanya dari guru ke murid.

Hal ini membuat siswa cenderung hanya menerima pengetahuan yang

diberikan oleh guru lewat ceramah. Siswa tidak diberikan kesempatan

untuk berdiskusi dengan temannya mengenai topik bahasan sehingga

mereka tidak dapat menyatakan pendapat dan ide-idenya dalam suatu

proses pembelajaran. Sebagai akibatnya, aspek keterampilan sosial tidak

tergali.

Keadaan yang sama juga diamati oleh peneliti disalah satu sekolah

di Yogyakarta, yaitu SMA Negeri 6 Yogyakarta. Di sini, pengembangan

aspek keterampilan sosial belum banyak digali dalam pembelajaran yang

dilakukan. Kelas yang diamati adalah kelas X5 pada mata pelajaran

ekonomi. Pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan metode

ceramah. Tanya jawab juga sudah dilakukan, namun masih dilakukan

antara guru dengan siswa. Hal ini membuat kondisi antar siswa dalam

kelas tersebut tidak berinteraksi.

Untuk dapat mengembangkan aspek keterampilan sosial bagi

peserta didik, beberapa cara dapat dilakukan. Salah satunya dengan

menyelenggarakan kerja kelompok dalam pembelajaran sehingga siswa


(26)

saling bekerjasama, membantu, menghargai, dan menghormati sehingga

keterampilan sosial siswa terpupuk.

Di kelas X5 SMA N 6 Yogyakarta, beberapa siswa masih

menganggap mata pelajaran ekonomi adalah mata pelajaran yang sulit. Hal

ini diketahui dari wawancara yang dilakukan dengan beberapa siswa.

Materi ini dirasa sulit karena beberapa siswa masih sering menghafal

konsep ekonomi. Hal ini tentu membuat siswa kesulitan jika siswa lupa

akan hafalannya. Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari mengenai

perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Konsep

ekonomi seharusnya bukan untuk dihafal, melainkan dipahami. Beberapa

siswa sudah dapat dengan cepat memahami mata pelajaran ekonomi,

namun siswa yang lain masih merasa kesulitan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada 2 permasalahan

yang harus mendapat tindakan dari guru. Yakni, masalah tidak adanya

interaksi antar siswa dalam setiap pembelajaran sehingga keterampilan

sosial siswa tidak tergali dan adanya masalah kesulitan memahami materi

pada mata pelajaran ekonomi.

Pemecahan masalah yang dirasa sesuai adalah menyelenggarakan

pembelajaran dengan menerapan model pembelajaran yang mampu

meningkatkan keterampilan sosial dan pemahaman belajar siswa. Model

yang sesuai adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together (NHT). NHT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif


(27)

berinteraksi dan bekerjasama selama proses pembelajaran yang membuat

aspek keterampilan sosial akan terpupuk. Model ini juga dapat membantu

meningkatkan pemahaman siswa akan materi. Caranya, lewat diskusi

kelompok dimana setiap orang diharuskan paham akan materi yang sedang

dipelajari. Hal ini membuat tiap anggota dalam kelompok berusaha

memahami dan membuat temannya paham mengenai materi. Dalam

langkah pembelajaran, terdapat pula tahap presentasi jawaban yang

dilakukan oleh beberapa siswa secara pribadi. Siswa yang harus

berpresentasi dipilih secara acak oleh guru. Oleh karena itu, setiap siswa

harus siap jika diminta menyampaikan jawaban kelompok dan berusaha

memahami materi.

Dengan model ini, siswa akan bekerja dalam kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang. Pembagian kelompok dilakukan oleh guru

sebelum proses pembelajaran berlangsung. Pada pembagian kelompok ini,

siswa akan dibagi secara merata menurut kemampuan akademis, jenis

kelamin, bahkan suku. Dengan pembagian kemampuan akademis yang

merata, harapannya siswa yang lebih pandai dapat membantu siswa yang

kurang pandai sehingga seluruh anggota kelompok paham akan materi.

Untuk mengetahui pemahaman siswa, nantinya guru akan memanggil

siswa secara acak. Siswa yang dipanggil harus menyampaikan jawaban

kelompok di depan kelas. Hal ini membuat setiap siswa harus memahami

materi pembelajaran karena harus siap saat diminta menyampaikan


(28)

yang ada. Penerapan model ini mampu meningkatkan keterampilan sosial

serta pemahaman siswa.

Dari hasil pengamatan di kelas X5 SMA Negeri 6 Yogyakarta mata

pelajaran ekonomi, hasil yang didapat adalah kurang digalinya aspek

keterampilan sosial dalam pembelajaran yang terjadi dan kesulitan

memahami materi. Dari temuan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Head Together (NHT) sebagai Upaya Meningkatkan

Keterampilan Sosial dan Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi

Kelas X SMA”.

B. Batasan Masalah

Penerapan model pembelajaran kooperatif bisa dilakukan pada

berbagai tipe, tetapi dalam penelitian ini hanya membatasi pada

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) untuk

meningkatkan keterampilan sosial dan pemahaman siswa pada materi

indeks harga dan fungsi konsumsi mata pelajaran ekonomi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT


(29)

2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa.

2. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru dalam

menyelenggarakan pembelajaran yang mampu membuat siswa

berinteraksi maupun menggali materi secara mandiri sehingga

keterampilan sosial dan pemahaman pembelajaran siswa dapat

meningkat.

2. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi bagi guru

lainnya dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif yang

terarah pada peningkatan keterampilan sosial dan pemahaman belajar


(30)

3. Bagi Siswa

Melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT, diharapkan dapat

mengoptimalkan siswa dalam belajar sehingga meningkatkan

keterampilan sosial dan pemahaman belajar.

4. Bagi Perguruan Tinggi

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi mahasiswa

lain. Selain itu, mahasiswa lain terpacu untuk mengembangkan

penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki kualitas proses

pembelajaran.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain

tentang penelitian tindakan kelas yang dirancanganya. Peneliti

selanjutnya dapat mengkaji penelitian ini untuk melihat hal-hal yang

belum ditulis dalam rancangan penelitian ini sehingga dapat


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1. Pengertian PTK

Penelitian tindakan kelas merupakan gabungan dari tiga kata

”penelitian, tindakan, dan kelas”. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu

untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti

atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan

kualitas diberbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang

sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya

berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah

sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dan tempat yang sama

menerima pelajaran yang sama dari seorang guru yang sama. Dengan

demikian, dapat dikatakan penelitian tindakan kelas adalah suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan

(Arikunto dkk, 2006:2-3). Pengertian lain juga diungkapkan oleh

Wijaya Kesumah (2009:9) sebagai berikut, penelitian tindakan kelas

adalah penelitian yang dilakukan guru di kelasnya sendiri dengan cara


(32)

secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki

kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

2. Karakteristik PTK

Menurut Daryanto (2011:5-6) karakteristik PTK adalah sebagai

berikut:

a. Masalah yang muncul dari kesadaran pada diri guru, yang harus diperbaiki dengan prakarsa perbaikan dari guru itu sendiri, bukan oleh orang dari luar. Dengan demikian, masalah dalam PTK berasal dari permasalahan nyata dan aktual yang terjadi dalam pembelajaran di kelas dengan kata lain, PTK berfokus pada masalah praktis bukan problem teoritis.

b. PTK merupakan penelitian yang dilakukan melalui refleksi diri (self relative inquiry). Untuk melakukan refleksi, guru sebaiknya bertanya pada diri sendiri, misalnya:

- Apakah penjelasan saya terlalu cepat?

- Apakah saya sudah memberi contoh konkrit dan memadai? - Apakah hasil latihan di kelas/pekerjaan siswa sudah saya

komentari?

- Apakah bahasa yang saya gunakan dapat mudah dipahami siswa?

3. PTK dilakukan di dalam kelas. Fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran di kelas yang berupa perilaku guru dan siswa dalam berinteraksi.

4. PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan secara bertahap dan terus-menerus selama PTK dilakukan. Oleh sebab itu, dalam PTK dikenal adanya siklus tindakan yang meliputi: perencanaan – pelaksanaan – observasi – refleksi – revisi (perencanaan ulang).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik penelitian

tindakan kelas adalah munculnya kesadaran guru akan masalah yang

ada di dalam kelasnya dan adanya upaya guru untuk memperbaiki

masalah tersebut dengan kegiatan yang dilakukan.


(33)

a. Berkelanjutan. PTK merupakan upaya yang berkelanjutan secara siklutis.

b. Integral. PTK merupakan bagian integral dari konteks yang diteliti. c. Ilmiah. Diagnosis masalah berdasarkan pada kejadian nyata.

d. Motivasi dari dalam. Motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam.

e. Lingkup. Masalah tidak dibatasi pada masalah pembelajaran di dalam dan di luar kelas.

Selain itu, Hopkins menyatakan prinsip-prinsip dasar PTK adalah

sebagai berikut (Zainal Aqib, 2007:17-18):

a. Pekerjaan utama guru adalah mengajar, dan apapun metode PTK yang diterapkannya seyogianya tidak mengganggu komitmen sebagai pengajar.

b. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.

c. Metodologi yang digunakan harus reliable, sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang digunakan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakannya. d. Masalah program yang diusahakan oleh guru seharusnya

merupakan masalah yang cukup merisaukan, dan bertolak dari tanggung jawab profesional.

e. Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur yang berkaitan dengan pekerjaannya.

f. Dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan class room excerding perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu, melainkan perspektif misi sekolah secara keseluruhan.

Dari dua uraian di atas dapat ditegaskan bahwa PTK adalah kegiatan

pemecahan permasalah yang terjadi dalam pembelajaran dengan cara

ilmiah yang berkelanjutan. Guru sebagai peneliti dalam PTK juga tidak


(34)

4. Tujuan PTK

Tujuan dilakukannya PTK adalah memperbaiki layanan

kependidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran

di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan

yang dilakukan oleh guru (Zainal Aqib, 2007:18). Dengan tujuan

tersebut, PTK merupakan hal yang patut untuk dilakukan demi tujuan

yang baik dalam hal pendidikan dan pembelajaran yang nantinya akan

diupayakan untuk tercapai.

5. Manfaat PTK

Terdapat banyak sekali manfaat PTK, diantaranya sebagai berikut

(Wijaya Kesumah, 2009:14):

a. Membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran b. Meningkatkan profesionalitas guru

c. Meningkatkan rasa percaya diri guru

d. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.

Daryanto (2011:67) juga menyampaikan manfaat PTK bagi siswa,

yakni bahwa tujuan dilaksanakannya PTK adalah memperbaiki hasil

belajar siswa. Sehingga jika terdapat kesalahan dan kesulitan dalam

proses pembelajaran akan dengan cepat dianalisis. Jika kesalahan yang

terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembelajaran akan mudah

dilaksanakan, menarik, dan hasil belajar siswa akan meningkat.

6. Tahapan pelaksanaan PTK


(35)

a. Perencanaan (planning)

Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui masalah dalam pembelajaran kita.

b. Tindakan (acting)

Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan (acting) dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya.

c. Pengamatan (observing)

Selanjutnya diadakan pengamatan (observing) yang teliti terhadap proses pelaksanaannya.

d. Refleksi (reflecting)

Setelah diamati, barulah guru dapat melakukan refleksi (reflecting) dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi dalam kelasnya.

Tahap pelaksanaan PTK menurut Wina Sanjaya (2009:56) juga dapat

digambarkan dengan siklus seperti berikut :

Gambar 2.1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Dst Refleksi

Studi Pendahuluan

Perencanaan Tindakan

Implementasi 1

Observasi 1

Refleksi 1

Perencanaan Observasi 2

Refleksi 2 Implementasi 2


(36)

Empat tahap di atas merupakan suatu siklus yang akan selalu

terulang kembali. Sehingga akan terus terdapat perbaikan pada siklus

yang selanjutnya. Jika ternyata tindakan yang dilakukan belum mampu

memecahkan masalah pembelajaran yang ada, maka yang harus

dilakukan adalah merevisi rencana yang sebelumnya didahului proses

identifikasi masalah yang terjadi. Harapannya PTK dapat menjadi

solusi dari permasalahan pembelajaran yang terjadi.

7. Syarat-syarat PTK

Syarat-syarat PTK adalah sebagai berikut (Arikunto, dkk, 2006:23):

a. Penelitian tindakan kelas tertuju pada hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran.

b. Penelitian tindakan kelas menuntut dilakukannya pencermatan secara terus-menerus, objektif, dan sistematis.

c. Penelitian tindakan kelas harus dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus.

d. Penelitian tindakan kelas terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku.

e. Penelitian tindakan harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya sehingga pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan.

f. Penelitian tindakan harus benar-benar menunjukan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar.

Dengan dipenuhinya berbagai persyaratan di atas, maka PTK akan

dapat diterima sebagai penelitian tindakan kelas yang benar-benar


(37)

B. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sugiyanto (2009:37), pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus

pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Slavin

menyatakan keberhasilan belajar dalam kelompok tergantung pada

kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual

maupun secara kelompok (Etin&Raharjo, 2007:4).

Trianto (2009:56) juga menyatakan pembelajaran kooperatif

bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari

konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami

konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.

Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu

memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan

penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam

pembelajaran kooperatif.

2. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

Konsep dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut

(Etin&Raharjo, 2007:6-10):

a. Perumusan tujuan belajar harus jelas

b. Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar c. Ketergantungan yang bersifat positif

d. Interaksi yang bersifat terbuka e. Tanggung jawab individu


(38)

g. Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif h. Tindak lanjut (follow up)

i. Kepuasan dalam belajar

3. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif

Keuntungan pembelajaran kooperatif adalah (Sugiyanto, 2009:42):

a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.

c. Mempermudah siswa melakukan penyesuaian sosial.

d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.

e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.

f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.

g. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikan. h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.

i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.

j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.

k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.

4. Tipe Pembelajaran Kooperatif

Beberapa tipe pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut

(Sugiyanto, 2009:44-46,55):

a. Metode STAD (Students Teams Achivement Division)

Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan

kawan-kawan dari unversitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling

sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran


(39)

mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap

minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.

Langkahnya :

1) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah).

2) Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. 3) Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu

guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.

4) Tiap siswa dan tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu kriteria atau standar tertentu.

b. Metode Jigsaw

Langkahnya :

1) Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.

2) Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.

3) Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut „kelompok pakar’ (expert group).

4) Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota yang lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.

5) Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam „home teams’,

para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang dipelajari.

c. Metode two stay two stray Langkahnya :

1. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4 siswa.


(40)

3. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok lain.

4. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

5. Tamu mohon berdiri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan dari kelompok lain.

6. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

d. Metode NHT

Langkah-langkah model pembelajaran Numbered Head Together

adalah sebagai berikut (Suyanto, 2009:116-117):

a. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.

d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil, lalu melaporkan hasil kerjasama mereka.

e. Tanggapan dari teman/kelompok yang lain, kemudian guru melanjutkan menunjuk nomor yang lain. Demikian seterusnya. f. Kesimpulan.

C. Ruang Lingkup Number Head Together(NHT)

1. Pengertian NHT

Pembelajaran kooperatif tipe NHT atau penomoran berpikir

bersama pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk

melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup

dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi


(41)

guru memberi tugas, kemudian hanya siswa bernomor, yang berhak

menjawab (mencegah dominasi siswa tertentu). Secara sederhana,

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah

pembelajaran secara kelompok dengan menggunakan penomoran

dalam menjawab tugas diskusi dan mengecek pemahaman tiap siswa

terhadap materi yang disampaikan guna mencegah dominasi siswa

tertentu.

2. Tahap-tahap NHT

Langkah-langkah model pembelajaran Numbered Head Together

adalah sebagai berikut (Suyanto, 2009:116-117):

a. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.

d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil, lalu melaporkan hasil kerjasama mereka.

e. Tanggapan dari teman/kelompok yang lain, kemudian guru melanjutkan menunjuk nomor yang lain. Demikian seterusnya. f. Kesimpulan.

3. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe

NHT yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18),

antara lain adalah :

a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi b. Memperbaiki kehadiran

c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil


(42)

f. Pemahaman yang lebih mendalam

g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi h. Hasil belajar lebih tinggi

D. Pengertian Keterampilan Sosial

Syamsul Bachri Thalib (2010:159) mendefinisikan keterampilan

sosial adalah kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sosial dan

mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku.

Kegagalan seorang remaja dalam menguasai keterampilan sosial akan

membuat orang tersebut sulit menyesuaikan diri, merasa dikucilkan hingga

akhirnya membuatnya rendah diri. Keterampilan sosial yang penting untuk

dikuasai adalah kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan

orang lain, mendengarkan pendapat dan keluhan orang lain, menerima

kritik, dan sebagainya. Davis dan Forsythe dalam Syamsul Bachri Tahlib

(2010;159) juga menyatakan dalam kehidupan remaja terdapat delapan

aspek yang menuntut keterampilan sosial yaitu keluarga, lingkungan,

kepribadian, rekreasi, pergaulan dengan lawan jenis, pendidikan/sekolah,

persahabatan dan solidaritas, kelompok, dan lapangan kerja.

Lungdgren dalam Rusman, (2011:210) mengungkapkan bahwa

aspek keterampilan sosial yang seharusnya dimiliki siswa, terbagi dalam

tiga dimensi sebagai berikut:

3. Keterampilan tingkat awal:

a) Menggunakan kesepakatan


(43)

d) Berada dalam kelompok

e) Berada dalam tugas

f) Mendorong partisipasi

g) Mengundang orang lain untuk berbicara

h) Menyelesaikan tugas pada waktunya

i) Menghormati perbedaan individu

4. Keterampilan tingkat menengah:

a) Menunjukan penghargaan dan simpati

b) Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima

c) Mendengarkan dengan aktif

d) Bertanya

e) Membuat ringkasan

f) Menafsirkan

g) Mengatur dan mengorganisir

h) Menerima tanggung jawab

i) Mengurangi ketegangan

5. Keterampilan tingkat mahir:

a) Mengelaborasi

b) Memeriksa dengan cermat

c) Menanyakan kebenaran

d) Menetapkan tujuan


(44)

Ketiga dimensi keterampilan sosial di atas seharusnya dimiliki oleh siswa

dalam berinteraksi selama proses pembelajaran. Dengan dimilikinya

aspek-aspek di atas, siswa dikatakan mampu berinteraksi dengan baik.

Keterampilan sosial juga membuat seseorang menjadi merasa

percaya diri ketika harus tampil dimuka umum. Kemampuan untuk

mengurangi ketegangan, menafsirkan suatu makna, serta kebiasaan

seseorang berinteraksi dengan orang lain akan membuat dirinya berani

menyampaikan suatu hal di hadapan banyak orang. Rasa percaya diri

siswa ketika mengemukakan hal di depan orang lain dapat dipupuk sejak

siswa melakukan pembelajaran di kelas.

Dalam proses belajar aktif, aspek keterampilan sosial akan terasah.

Paul D. Dierich dalam Yamin (2007:85) mengemukakan bahwa yang

termasuk dalam kegiatan belajar aktif adalah kegiatan-kegiatan lisan

seperti mengemukakan fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan,

mengajukan suatu pertanyan, memberi saran, mengemukakan pendapat,

wawancara, disukusi, dan interupsi. Selain itu, terdapat pula

kegiatan-kegiatan mendengarkan yang meliputi mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu

permainan, dan mendengarkan radio.

E. Pengertian Pemahaman

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) susunan W.J.S,


(45)

memahami berarti mengerti benar, mengetahui benar. Menurut Yatim

Riyanto (2009:129) belajar dengan pemahaman lebih baik daripada

dengan hafalan tanpa pengertian. Sesuatu yang baru harus sesuai dengan

apa yang diketahui siswa sebelumnya. Tugas guru adalah menunjukan

hubungan antara apa yang akan dipelajari siswa dengan apa yang diketahui

siswa sebelumnya. Sri Esti Wuryani (2006:162) menyatakan bahwa

metode terbaik untuk membantu siswa memahami pelajaran dan

mengkombinasikan pengetahuan yang telah ada dengan pengetahuan baru

adalah dengan membuat setiap pelajaran sedapat mungkin bermakna.

Dengan demikian, menjadi tugas guru untuk menciptakan suatu

pembelajaran yang bermakna, yakni dengan melibatkan siswa dalam

setiap proses pembelajaran.

Dalam penelitian ini, pemahaman dipersempit dalam arti

pemahaman siswa terhadap hal-hal yang dipelajarinya selama proses

pembelajaran. Dalam setiap proses pembelajaran siswa akan diberikan

pengetahuan atau ilmu baru. Pengetahuan tersebut diharapkan mampu

menjadi bekal bagi diri siswa. Akan tetapi, oleh karena keterbatasan

sesorang dalam menangkap setiap ilmu baru siswa mungkin lupa akan

ilmu yang baru saja dia terima. Salah satu hal yang membuat siswa dapat

mengingat pengetahuan baru adalah dengan memahami pengetahuan yang

diberikan itu. Jika siswa memahami, ilmu tersebut akan terus melekat


(46)

Pemahaman dapat terjadi jika siswa dilibatkan dalam suatu proses

pembelajaran yang proaktif. Hal ini membuat siswa dapat mengalami

sendiri maksud dari ilmu tersebut. Kenyataan ini sesuai dengan kata-kata

mutiara yang diberikan oleh seorang filosof dari China :

Apa yang saya dengar, saya lupa Apa yang saya lihat, saya ingat Apa yang saya lakukan, saya paham.

Oleh sebab itu, diperlukan kegiatan pembelajaran yang dapat

menumbuhkan tingkat pemahaman dalam diri siswa.

F. Karakteristik Mata Pelajaran Ekonomi

Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari mengenai perilaku manusia

dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Dengan mempelajari ilmu

ekonomi, seseorang diharapkan dapat mengetahui berbagai permasalahan

ekonomi serta dapat lebih efektif dan efisien dalam berbagai kegiatan

ekonomi. Di Sekolah Menengah Atas, ilmu ekonomi penting untuk

dipelajari karena siswa sebagai lulusan yang akan menjadi bagian dari

masyarakat diharapkan mampu menjadi masyarakat yang cerdas dalam

menghadapi berbagai masalah ekonomi yang ada serta dalam menentukan

pilihan-pilihan pemenuhan kebutuhannya. Selain itu, ilmu ekonomi juga

membantu manusia dalam mencoba memecahkan masalah ekonomi yang


(47)

inflasi, dan lain-lain. Ilmu ekonomi mencoba menwarkan alternatif solusi

pemecahan masalah yang ada.

G. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Djoko Dwi Kusumojanto

bersama dengan Popy Herawati dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) untuk meningkatkan Hasil

Belajar Siswa pada Mata Diklat Manajemen Perkantoran Kelas X APK di

SMK Ardjuna 01 Malang”. Penelitian tersebut dilakukan pada bulan Oktober 2008. Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa

dengan model pembelajaran NHT hasil belajar siswa yang diamati dari

hasil pre test dan post test dapat meningkat. Pada siklus I rata-rata nilai

meningkat dari 42,27 menjadi 65,54. Pada siklus II rata-rata nilai

meningkat dari 70,45 menjadi 79,54. Peneliti juga mengobservasi proses

aktivitas belajar siswa saat dilakukannya pembelajaran kooperatif tipe

NHT dengan membuat 4 indikator pengamatan, yakni (1) saling

ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3) akuntabilitas

individual, (4) keterampilan antar personal yang diamati oleh observer.

Dari kedua siklus yang dilakukan terdapat peningkatan dan perbaikan dari

siklus pertama ke siklus kedua pada keempat indikator tersebut. Aspek

saling ketergantungan positif mengalami peningkatan 9,39%, aspek

interaksi tatap muka mengalami peningkatan sebesar 9,09%. Aspek


(48)

antar personal mengalami peningkatan sebesar 4,55%. Dari hasil

penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa model NHT dapat mengatasi

masalah pembelajaran yang ada. Dengan model ini, hasil belajar siswa

dapat meningkat. Selain itu, kemampuan berinteraksi siswa di dalam kelas

juga semakin baik.

H. Kerangka Teoritik

Peneliti akan meneliti mengenai peningkatan keterampilan sosial dan

pemahaman belajar siswa setelah penerapan model kooperatif tipe

Numbered Head Together. Maka terlebih dahulu akan didefinisikan

hal-hal sebagi berikut:

1. Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial adalah kemampuan berinteraksi dengan

lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan

dan norma yang berlaku (Syamsul Bachri Thalib,2010:159). Aspek

yang seharusnya digali dalam suatu pembelajaran, selain membuat

siswa tahu akan hal-hal yang sebelumnya belum diketahui adalah

menggali aspek keterampilan sosial. Hal ini dikarenakan siswa sebagai

makhluk sosial akan hidup dalam masyarakat. Dengan demikian,

diperlukan pengolahan kemampuan berinteraksi dengan orang lain.

Hal ini akan membatu siswa dalam kehidupan sehari-hari ditengah


(49)

lingkungannya jika siswa mampu bersikap dengan baik sebagai

seorang makhluk sosial.

Model pembelajaran NHT dirasa sesuai untuk membantu

mengembangkan aspek keterampilan sosial siswa di kelas. Dalam

model pembelajaran ini terdapat tahapan diskusi kelompk. Dengan

diskusi kelompok, siswa akan saling berinteraksi baik itu bertanya,

menjelaskan, memberi arahan, memotivasi, dan sebagainya. Mereka

akan berusaha menghormati, menghargai, dan membantu satu sama

lain. Sehingga lewat kerja kelompok tersebut, keterampilan sosial

dapat terpupuk.

2. Pemahaman

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) susunan W.J.S,

Poerwadarminta (1976:694) paham berarti pengertian sedangkan

memahami berarti mengerti benar, mengetahui benar. Pemahaman

siswa adalah salah satu tujuan pembelajaran dilakukan. Siswa

diharapkan mampu memahami suatu pokok bahasan tertentu.

Pemahaman siswa dapat tercapai jika pembelajaran yang dilakukan

oleh siswa kondusif untuk siswa mampu memahami materi. Oleh

karena itu, perlu dirancang suatu pembelajaran yang kondusif dan

sesuai agar siswa mampu memahami materi yang dipelajari.

Model pembelajaran NHT dirasa mampu menjadi model

pembelajaran yang sesuai diterapkan untuk mencapai pemahaman


(50)

teman satu kelompoknya untuk dapat memahami materi yang

dipelajari. Hal ini terjadi karena nantinya guru akan meminta

pertanggungjawaban siswa seraca pribadi untuk melaporkan hasil kerja

kelompok. Maka akan muncul tanggung jawab pribadi untuk

memahami materi dan kemauan dari siswa yang belum paham untuk

memahami dan siswa yang telah paham untuk membantu temannya

yang belum paham.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini merupakan

salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan

nyata, yakni bahwa model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

akan mampu meningkatkan keterampilan sosial dan pemahaman belajar

siswa.

I. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian untuk penelitian ini adalah :

1. a. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor pre-test di atas 75 pada

siklus I?

b. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor post-test di atas 75 pada

siklus I?

c. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor awal keterampilan sosial

yang termasuk dalam kategori baik pada siklus I?

d. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor akhir keterampilan sosial


(51)

2. a. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor pre-test di atas 75 pada

sikuls II?

b. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor post-test di atas 75 pada

siklus II?

c. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor awal keterampilan sosial

yang termasuk dalam kategori baik pada siklus II?

d. Berapa jumlah siswa yang memiliki skor akhir keterampilan sosial


(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas.

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan guru di

kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3)

merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan

memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat

meningkat (Wijaya Kesumah, 2009:9).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA N 6 Yogyakarta, Jl C. Simanjutak No. 2.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei tahun 2013.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek Penelitian adalah siswa-siswi kelas X5 SMA N 6 Yogyakarta

Tahun pelajaran 2012/2013.

2. Objek Penelitian


(53)

sosial dan pemahaman belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi

materi indeks harga dan fungsi konsumsi dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

D. Prosedur Penelitian

1. Kegiatan Pra Penelitian

Sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu diadakan

observasi. Observasi yang dilaksanakan menghasilkan gambaran

umum mengenai guru, siswa, dan kondisi fisik kelas.

a. Observasi kegiatan guru

Obsevasi terhadap guru bertujuan untuk mengetahui cara guru

melakukan pembelajaran di kelas, meliputi membuka

pembelajaran, metode yang digunakan, penguasaan materi,

pengelolaan kelas, serta menutup pembelajaran. Melalui kegiatan

ini, peneliti dapat melihat apa yang masih harus diperbaiki dari

pelaksanaan pembelajaran.

b. Observasi kegiatan siswa

Observasi awal terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui

kondisi siswa selama mengikuti pembelajaran meliputi kesiapan

siswa mengikuti proses pembelajaran, tanggapan siswa terhadap

pembahasan materi, dan interaksi yang terjadi antar siswa. Dengan

demikian, dapat dilihat hal-hal yang masih harus diperbaiki serta


(54)

c. Observasi kondisi fisik kelas

Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik kelas

tempat dilakukannya pembelajaran. Hal ini penting dilakukan

untuk menyesuaikan rancangan desain penataan kelas saat

pelaksanaan tindakan. Selain itu, peneliti dapat menambah

kelengkapan media di kelas jika media yang diperlukan dalam

pelaksanaan tindakan belum tersedia.

d. Kuesioner keterampilan sosial siswa

Siswa juga diminta mengisi kuesioner keterampilan sosial untuk

mengetahui keterampilan sosial awal siswa guna menentukan

target peningkatan keterampilan sosial.

e. Wawancara pada guru

Wawancara pada guru dilakukan untuk mengetahui metode

pembelajaran yang biasa digunakan guru, alasan guru

menggunakan metode tersebut, serta tingkat keberhasilan dengan

metode tersebut. Selain itu, digali pula masalah-masalah yang

sering muncul di kelas

f. Wawancara pada siswa

Wawancara pada siswa dilakukan untuk mengetahui tanggapan

siswa terhadap metode pembelajaran yang sering digunakan guru,

tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dengan

metode yang diterapkan, serta mengetahui keinginan siswa


(55)

2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersiklus. Satu siklus terdiri

dari empat langkah. Berikut rancangan prosedur untuk setiap siklus:

a. Siklus Pertama

1) Perencanaan

Hasil observasi awal yang didapat kemudian dianalisis. Hasil

analisis tersebut digunakan untuk menyusun rancangan

tindakan pembelajaran yang tepat untuk mengurangi persoalan

pembelajaran yang ditemukan. Selanjutnya peneliti dan guru

mitra menyusun rumusan rancangan implementasi

pembelajaran model NHT sebagai berikut:

a) Pembagian kelompok

Peneliti dan guru mitra menggali karakteristik siswa lalu

mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuannya dan

membagi siswa secara heterogen menjadi

kelompok-kelompok yang beranggotakan 4 orang siswa. Pembagian

kelompok didasarkan pada hasil ujian materi sebelumnya.

b) Menyusun perangkat pembelajaran

Beberapa perangkat yang disiapkan pada tahap ini adalah

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT, handout materi,

soal-soal untuk dikerjakan dalam kerja kelompok dan lembar


(56)

c) Menyusun instrumen pengumpulan data

Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi:

(1) Lembar observasi kegiatan guru

(2) Lembar observasi kegiatan siswa

(3) Lembar observasi keterampilan sosial siswa

(4) Kuesioner keterampilan sosial siswa

(5) Soal tes

(6) Lembar skor kelompok

(7) Lembar refleksi siswa dan guru

(8) Panduan wawancara siswa dan guru

2) Tindakan

Pada tahap ini rencana tindakan pembelajaran kooperatif tipe

NHT diimplementasikan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a) Kegiatan awal

(1) Guru menyampaikan apersepsi.

(2) Guru menyampaikan kompetensi dasar, standar

kompetensi, dan indikator pembelajaran.

b) Kegiatan inti

(1) Guru menjelaskan mekanisme pembelajaran dengan

model kooperatif tipe NHT.

(2) Siswa masuk ke dalam kelompok dan melakukan


(57)

kelompok untuk mengerjakan tugas. Kelompok

harus memastikan seluruh anggota kelompok paham

akan jawaban dari tugas mereka, karena setelah

selesai mengerjakan tugas, guru akan memanggil

siswa secara acak untuk maju ke depan dan

mempresentasikan jawaban kelompok.

(3) Guru memanggil satu persatu siswa secara acak

untuk mempresentasikan jawaban tugas yang

diberikan dilanjutkan tanggapan dari siswa lain.

c) Kegiatan penutup

(1) Siswa mengerjakan soal-soal tes evaluasi secara

individu dan tertutup.

(2) Guru membimbing siswa menarik kesimpulan

pembelajaran.

(3) Siswa mengisi kuesioner keterampilan sosial dan

lembar refleksi.

(4) Siswa diminta guru mengutarakan kesan dan

tanggapan terhadap pembelajaran secara lisan.

3) Observasi

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan tindakan

kelas dilakukan. Observasi dilakukan terhadap guru dan siswa

yang secara garis besar akan dijelaskan sebagai berikut :


(58)

Observasi terhadap guru dilakukan untuk mengetahui

apakah pada saat pembelajaran berlangsung guru

benar-benar melaksanakan tugasnya dengan baik. Tugas guru di

dalam kelas meliputi, memimpin pelaksanaan skenario

pembelajaran, memimpin jalannya diskusi yang dilakukan

oleh seluruh anggota kelas, dan melaksanakan pengelolaan

kelas. Pada saat pembelajaran berlangsung dapat dilihat

apakah guru melaksanakan tindakan-tindakan tersebut atau

tidak.

b) Observasi kegiatan siswa

Observasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui

apakah selama pembelajaran berlangsung siswa melakukan

pembelajaran yang dirancang dengan model kooperatif tipe

NHT dengan baik atau tidak. Siswa dikatakan melakukan

pembelajaran dengan baik jika siswa melakukan kerja

kelompok dengan antusias dan bersungguh-sungguh. Siswa

mau berupaya secara maksimal dalam mengerjakan

tugas-tugas di dalam kelompok. Selain itu siswa juga harus

memahami inti materi yang dibahas.

c) Observasi keterampilan sosial siswa

Observasi keterampilan sosial siswa dilakukan untuk

mengetahui interaksi siswa dalam kelompok selama proses


(59)

berinteraksi dengan baik jika siswa mau bekerja sama

dalam mengerjakan tugas dan mau saling mambantu dalam

memahami materi. Siswa tidak mengerjakan tugas secara

individual dan tidak keberatan untuk mambantu teman yang

kesulitan.

4) Evaluasi dan Refleksi

a) Evaluasi

Tindakan evaluasi dilakukan dengan melakukan

wawancara pada guru dan siswa. Wawancara dilakukan

berdasarkan panduan wawancara yang telah dibuat. Guru

dan siswa juga memberikan saran guna perbaikan pada

siklus berikutnya.

b) Refleksi

Pada tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan dan

penyimpulan hasil observasi. Refleksi dilakukan segera

setelah suatu pertemuan berakhir. Guna keperluan refleksi,

siswa dan guru diminta mengisi lembar refleksi. Hal ini

digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan

dalam pembelajaran dan pemecahannya untuk perbaikan

dalam pertemuan berikutnya. Peneliti melakukan refleksi

dan diskusi bersama guru untuk penyempurnaan tindakan


(60)

b. Siklus Kedua

Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada

dasarnya sama dengan siklus pertama, hanya yang

membedakan adalah tindakannya. Pada siklus kedua, tindakan

ditentukan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama.

E. Instrumen Penelitian

1. Kegiatan pra penelitian

a. Lembar observasi kegiatan guru (lampiran 1, halaman 136)

b. Lembar observasi kegiatan siswa (lampiran 2, halaman 138)

c. Lembar observasi kondisi fisik kelas (lampiran 3, halaman 140)

d. Kuesioner keterampilan sosial siswa (lampiran 4, halaman 141)

e. Panduan wawancara terhadap guru (lampiran 5, halaman 145)

f. Panduan wawancara terhadap siswa (lampiran 6, halaman 146)

2. Kegiatan pelaksanaan tindakan siklus pertama

a. Tahap perencanaan

1) Pembagian kelompok (lampiran 7, halaman 147)

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP dirancang untuk satu kali pertemuan (2x45 menit). RPP

berisi tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,

tujuan pembelajaran, materi, metode pembelajaran,

langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber dan media


(61)

b. Tahap tindakan

1) Papan nama (lampiran 9, halaman 154)

2) Nomor siswa (lampiran 10, halaman 155)

3) Handout materi pembelajaran (lampiran 11, halaman 156)

4) Soal kerja kelompok (lampiran 12, halaman 162)

5) Lembar skor kelompok (lampiran 13, halaman 167)

6) Soaltes evaluasi (lampiran 14, halaman 168)

7) Kuesioner keterampilan sosial (lampiran 15, halaman 173)

8) Lembar refleksi siswa (lampiran 16, halaman 177)

c. Tahap Observasi

1) Lembar observasi kegiatan guru (lampiran 17, halaman 178)

2) Lembar observasi kegiatan siswa (lampiran 18, halaman 180)

3) Lembar observasi keterampilan sosial siswa (lampiran 19,

halaman 182)

d. Tahap Evaluasi dan Refleksi

1) Evaluasi

a) Panduan wawancara siswa (lampiran 20, halaman 184)

b) Panduan wawancara guru (lampiran 21, halaman 185)

2) Refleksi

a) Lembar refleksi guru (lampiran 22, halaman 186)

3. Instrumen kegiatan pelaksanaan tindakan siklus kedua

a. Tahap perencanaan


(62)

RPP dirancang untuk satu kali pertemuan (2x45 menit). RPP

berisi tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,

tujuan pembelajaran, materi, metode pembelajaran,

langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber dan media

pembelajaran, serta penilaian. (lampiran 23, halaman 187)

b. Tahap tindakan

1)Papan nama (lampiran 24, halaman 193)

2) Nomor siswa (lampiran 25, halaman 194)

3) Handout materi pembelajaran (lampiran 26, halaman 195)

4) Soal kerja kelompok (lampiran 27, halaman 199)

5) Lembar skor kelompok (lampiran 28, halaman 203)

6) Soal pre test (lampiran 29, halaman 204)

7) Soal post test (lampiran 30, halaman 209)

8) Kuesioner keterampilan sosial (lampiran 31, halaman 214)

9) Lembar refleksi siswa (lampiran 32, halaman 218)

c. Tahap Observasi

1) Lembar observasi kegiatan guru (lampiran 33, halaman 219)

2) Lembar observasi kegiatan siswa (lampiran 34, halaman 221)

3) Lembar observasi keterampilan sosial siswa (lampiran 35,

halaman 223)

d. Tahap Evaluasi dan Refleksi

1) Evaluasi


(63)

b) Panduan wawancara guru (lampiran 37, halaman 226)

2) Refleksi

a) Lembar refleksi guru (lampiran 38, halaman 227)

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan partisipatif yang dilakukan oleh

orang yang terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan.

Pengamatan ini dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan

format, daftar, cek, catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas

di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, alat perekam elektronik,

atau pemetaan kelas (cf. Mills, 2004:19 dalam Wijaya Kusumah,

2009:52). Peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data

observasi untuk mengetahui data proses pelaksanaan pembelajaran

serta data keterampilan sosial siswa selama proses pembelajaran

menggunakan model kooperatif tipe NHT.

Observasi kegiatan guru dan siswa menggunakan alat observasi

jenis chek list dengan menyediakan ruang kosong untuk menambah

komentar. Chek list dimaksudkan untuk mensistematikakan catatan

observasi. Observasi keterampilan sosial siswa menggunakan alat

observasi rating scale. Rating scale adalah pencatatan gejala menurut


(64)

bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan subyek

menurut tingkat-tingkatannya.

2. Wawancara

Zuriah (2005:179) menyatakan wawancara ialah alat pengumpul

informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan lisan untuk

dijawab secara lisan pula. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan

kepada siswa dan guru sebelum dan setelah tindakan. Sebelum

tindakan, hal ini dilakukan untuk mengetahui pendapat siswa

mengenai pembelajaran yang biasanya dilaksanakan serta

kesulitan-kesulitan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Setelah tindakan,

wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang

lebih rinci.

3. Tes

Tes adalah salah satu wahana program penilaian pendidikan. Tes

adalah kumpulan butir soal yang jawabannya dapat dinyatakan dengan

benar-salah (Mudjijo, 1995:1). Tes dilakukan untuk mengukur tingkat

pemahaman siswa. Soal-soal tes yang digunakan telah dipersiapkan

sebelumnya. Tes juga dirancang sedemikian rupa sehingga telah

mencakup indikator yang dapat menunjukan kemampuan siswa.

Soal-soal tes dibuat berdasarkan indikator-indikator yang harus dikuasai

pada pokok bahasan tersebut.


(65)

Kuesioner sering pula disebut skala. Skala adalah alat yang

digunakan untuk menilai keadaan pribadi orang lain atau mengenai

sesuatu hal tertentu (Syamsul Bachri Thalib, 2010:287). Kuesioner

akan digunakan untuk mengukur tingkat keterampilan sosial siswa.

Siswa diminta mengisi butir-butir kuesioner yang telah ditetapkan oleh

peneliti untuk kemudian dianalisis. Adapun indikator kuesioner akan

berpatokan pada pendapat Lungdgren dalam Rusman (2011:210)

mengenai aspek-aspek keterampilan sosial yang dimiliki siswa.

5. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data melalui

peninggalan tertulis, seperti arsip, pendapat, dalil atau hukum, dan

lain-lain (Zuriah, 2005:191). Dokumentasi digunakan untuk

memperoleh data sekolah, data siswa, hasil belajar siswa serta

rekaman proses tindakan penelitian.

Dokumentasi juga dilakukan untuk mengamati kegiatan yang

terjadi selama proses pembelajaran dengan rekaman video. Hal ini

dilakukan agar peneliti dapat melihat kembali hal-hal yang terjadi

selama proses pembelajaran berlangsung. Jika masih ditemukan

penyimpangan yang tidak sesuai dengan prosedur, dapat menjadi


(66)

G. Pengukuran Variabel Keterampilan Sosial

Dalam penelitian kualitatif, penting adanya teknik trianggulasi.

Teknik ini bertujuan meningkatkan keautentikan data-data yang diperoleh.

Trianggulasi adalah penggunaan dua atau lebih sumber untuk

mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang suatu fenomena yang

akan diteliti (Herdiansyah, 2009:201). Maka, pengukuran variabel

keterampilan sosial ini dilakukan dengan dua metode pengumpulan data,

yaitu observasi dan kuesioner. Teknik trianggulasi yang digunakan adalah

trianggulasi data, yaitu penggunaan lebih dari satu metode pengumpulan

data dalam kasus tunggal (Herdiansyah, 2010:202). Hal ini dilakukan agar

hasil temuan dalam penelitian memiliki intepretasi yang dapat

dipertanggungjawabkan. Pada penelitian ini, keterampilan sosial dilihat

dari kuesioner dan observasi sebagai berikut:

1. Kuesioner

Pada tahap pra penelitian, siswa diminta mengisi lembar kuesioner.

Dari hasil observasi tersebut, dilihat tingkat keterampilan sosial siswa

di kelas tersebut. Setelah penelitian, diharapkan target kemampuan

keterampilan sosial di kelas tersebut dapat tercapai. Berikut

operasionalisasi variabel keterampilan sosial yang dibuat

menggunakan indikator keterampilan sosial menurut Lungdgren dalam


(67)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Keterampilan Sosial dalam Diskusi Kelompok

Dimensi Indikator No. Item Positif Negatif

1. keterampilan kooperatif tingkat awal 2. Keterampilan kooperatif tingkat menengah 3.keterampilan kooperatif tingkat mahir

a. Menggunakan kesepakatan b. Menghargai kontribusi c. Mengambil giliran dan berbagi

tugas

d. Berada dalam kelompok e. Berada dalam tugas f. Mendorong partisipasi g. Mengundang orang lain untuk

berbicara

h. Menyelesaikan tugas pada waktunya

i. Menghormati perbedaan individu a.Menunjukan penghargaan dan

simpati

b.Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima c.Mendengarkan dengan aktif d.Bertanya

e.Membuat ringkasan f.Menafsirkan

g.Mengatur dan mengorganisir h. Menerima tanggung jawab i. Mengurangi ketegangan a. Mengelaborasi

b. Memeriksa dengan cermat c. Menanyakan kebenaran d. Menetapkan tujua e. Berkompromi 1 3,4 5 8 9 10 11,12 14 15 20 22 23 24 2 6 7 13 16 17 18 19 21 25

Selain keterampilan sosial pada ketiga tingkat di atas, peneliti

juga akan menggali data mengenai siswa saat ada di depan kelas

untuk menyampaikan hasil kerja kelompok ataupun mengenai siswa

yang tidak maju dalam menanggapi teman lain yang sedang ada di


(68)

berpatokan pada pendapat Lungdgren (Rusman, 2011:210) sebagai

berikut :

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Keterampilan Sosial dalam Diskusi Kelas

Dimensi Indikator No. Item Positif Negatif

1.Keterampilan menyampaikan di depan umum 2. Keterampilan mendengarkan dan menanggapi teman yang maju mewakili kelompok

a.Menerima tanggung jawab b.Menghormati perbedaan

individu

a. Mendengarkan dengan aktif b. Menunjukan penghargaan dan

simpati

c. Menanyakan kebenaran d. Mengungkapkan

ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima

26,27 31 28 29 30 32

Skala pengukuran yang digunakan untuk indikator-indikator

keterampilan sosial adalah skala Likert, yaitu skala yang digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

kelompok orang tentang fenomena sosial. Skala pengukuran untuk

setiap item pernyataan dinyatakan lima skala pendapat dan

dilakukan dengan penentuan skala sebagai berikut: Sangat setuju

(SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak setuju (TS), Sangat tidak

setuju (STS), sebagai berikut:

Tabel 3.3

Skor Variabel Keterampilan Sosial

Jawaban Pernyataan

Positif Negatif

Sangat setuju 5 1

Setuju 4 2

Ragu-ragu 3 3


(69)

Dalam penelitian ini, keterampilan sosial siswa diukur dengan

membandingkan skor kuesioner dan observasi siswa sebelum

penerapan NHT dengan skor kuesioner dan observasi setelah

penerapan NHT. Skor tersebut akan dikonversikan menggunakan

pendekatan PAP tipe I sebagai berikut:

Tabel 3.4

Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I

Interval Skor Kriteria

90% - 100 % Sangat baik

80% - 89% Baik

65% - 79% Cukup

55% - 64% Kurang baik Dibawah 55% Sangat kurang baik

2. Observasi

Observasi dilakukan selama siswa melaksanakan pembelajaran

dengan model kooperatif tipe NHT menggunakan jenis observasi

rating scale. Observasi dilakukan oleh observer yang adalah

rekan-rekan peneliti. Butir pernyataan observasi sama seperti butir kuesioner.

H. Pengujian Kuesioner

Kuesioner yang akan digunakan, terlebih dahulu diuji validitas dan

reliabilitasnya sebagai berikut :

1. Pengujian Validitas

Validitas ialah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat

pengukuran betul-betul mengukur apa yang perlu diukur (Syamsul


(70)

butir pertanyaan dalam kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu

yang akan diukur. Pengujian validitas instrumen dalam penelitian

menggunakan teknik korelasi Product Moment sebagai berikut:

r =

untuk mengurangi resiko kesalahan penghitungan, uji validitas

dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for windows.

Dengan SPSS 17 for windows, seluruh jawaban kuesioner uji validitas

dientry. Data tersebut kemudian diolah sehingga menghasilkan output

CORRECTED ITEM TOTAL CORRELATION. Corrected item

total correlation pada output tersebut merupakan rhitung yang akan

dibandingkan dengan rtabel (lampiran 39, halaman 228).

Sementara itu, rtabel didapat dengan cara melihat tabel r dengan

taraf signifikansi 5% pada n sesuai dengan jumlah data. Selanjutnya

rhitung dibandingkan dengan rtabel, jika rhitung lebih besar dari rtabel, maka

item kuesioner tersebut valid. Sebaliknya, jika rhitung kurang dari rtabel

maka item kuesioner tersebut dikatakan tidak valid. Nilai rtabel pada

tabel r dengan jumlah data (n) sebanyak 32 adalah 0,349. Berikut data

perbandingannya:

Tabel 3.5

Kesimpulan Uji Validitas Butir Kuesioner

No item rhitung rtabel Keterangan

Item 1 0,515 0,349 Valid

Item 2 0,367 0,349 Valid


(71)

No item rhitung rtabel Keterangan

Item 5 0,235 0,349 Tidak Vallid

Item 6 0,418 0,349 Valid

Item 7 0.479 0,349 Valid

Item 8 0,566 0,349 Valid

Item 9 0,470 0,349 Valid

Item 10 0,520 0,349 Valid

Item 11 0,528 0,349 Valid

Item 12 0,519 0,349 Valid

Item 13 0,450 0,349 Valid

Item 14 0,310 0,349 Tidak Valid

Item 15 0,321 0,349 Tidak Valid

Item 16 0,508 0,349 Valid

Item 17 0,359 0,349 Valid

Item 18 0,291 0,349 Tidak Valid

Item 19 0,642 0,349 Valid

Item 20 0,632 0,349 Valid

Item 21 0,626 0,349 Valid

Item 22 0,471 0,349 Valid

Item 23 0,383 0,349 Valid

Item 24 0,514 0,349 Valid

Item 25 0,230 0,349 Tidak Valid

Item 26 0,533 0,349 Valid

Item 27 0,656 0,349 Valid

Item 28 0,570 0,349 Valid

Item 29 0,306 0,349 Tidak Valid

Item 30 0,351 0,349 Valid

Item 31 0,474 0,349 Valid

Item 32 -0,135 0,349 Tidak valid

Dari hasil tersebut dapat dilihat ada 8 item pernyataan kuesioner

yang tidak valid. Hal ini mungkin dikarenakan kalimat pernyataan

yang masih rancu atau responden yang tidak sungguh-sungguh dalam

mengisi kuesioner.

Dikarenakan setiap item pernyataan tersebut telah mewakili satu

indikator keterampilan sosial, maka pernyataan yang tidak valid, tidak


(1)

Wawancara Terhadap Siswa

Peneliti : Bagaimana kesan dan pesan setelah mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT?

Siswa : Menyenangkan. Pembelajaran menjadi tidak monoton. Kami berminat mengikuti pembelajaran dengan model ini di lain waktu. Peneliti : Apakah dalam pembelajaran kalian dapat bekerja sama?

Siswa : Ya. Kami saling berdiskusi dan bekerja sama

Peneliti : Apakah setelah pembelajaran, pemahaman terhadap materi dapat meningkat?

Siswa : Ya, kami dapat memahami mengenai fungsi konsumsi dengan cepat Peneliti : Apa saran-saran untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan

model kooperatif tipe NHT ini?


(2)

Wawancara Terhadap Guru

Peneliti :Bagaimana kesan dan pesan Ibu setelah melaksanakan pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT?

Guru mitra : Model ini mampu menambah variasi model pembelajaran yang biasanya dilakukan.

Peneliti : Apakah model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat membantu meningkatkan keterampilan sosial dan pemahaman belajar siswa?

Guru mitra : untuk keterampilan sosial sudah berhasil, namun untuk pemahaman karena waktu yang singkat, dapat ditambah penugasan pada siswa untuk belajar mandiri terlebih dahulu.

Peneliti :Menurut Ibu, apa hambatan untuk melaksanakan model pembelajaran ini?

Guru mitra : Persiapan yang menyita banyak waktu

Peneliti :Apa saran-saran untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT ini?


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) BERBANTUAN MODUL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA

0 12 238

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Mol Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Di Kelas X-6 SMAN 8 Kota Tangerang Selatan

0 3 8

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK.

0 0 33

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SISTEM REFRIGERASI.

0 0 32

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (nht) untuk meningkatkan partisipasi belajar dan hasil belajar siswa kelas x SMA Negeri 2 Klaten pada mata pelajaran ekonomi.

0 0 2

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sebagai upaya meningkatkan keterampilan sosial dan pemahaman siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X SMA : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X5 SMA Negeri 6 Yogyakarta.

0 1 324