Pentingnya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal

122 penelitian dalam bab III, penulis menyusun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal guru Pendidikan Agama Katolik supaya dapat memotivasi siswa-siswinya untuk mempelajari Pendidikan Agama Katolik. Penulis akan membagi bab IV ini ke dalam tiga bagian. Pertama, pentingnya meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal guru Pendidikan Agama Katolik dalam rangka meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama Katolik para siswa. Kedua, usulan program lokakarya untuk para guru MGMP Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Kabupaten Bantul. Ketiga,berisi rincian usulan program lokakarya.

A. Pentingnya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal

Guru Pendidikan Agama Katolik dalam Rangka Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Katolik Para Siswa Hasil penelitian melalui wawancara, observasi, dan kuesioner menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik di SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu sudah mengetahui pentingnya meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonalnya. Guru Pendidikan Agama Katolik di SMP Pangudi Luhur St. Vicentius Sedayu sudah dapat melakukan komunikasi interpersonal dengan siswa- siswinya, baik itu untuk mengenal nama maupun sifat siswa, sering melakukan dialog baik itu pada saat jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran, guru juga sudah melakukan sharing pengalaman hidup, melakukan komunikasi interpersonal dengan pendekatan persuasif, dan sudah menunjukkan sikap yang mendukung terjadinya komunikasi interpersonal antara pribadi guru dengan pribadi setiap siswanya. 123 Guru Pendidikan Agama Katolik sudah memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi interpersonal dengan siswanya, namun harus lebih ditingkatkan lagi supaya guru Pendidikan Agama Katolik semakin mengenal siswanya secara mendalam, mampu menjalin komunikasi yang akrab dan nyaman, dan tentunya dari komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh guru dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat. Jika dilihat dari hasil penelitian pada siswa kelas VII di SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu, sebagian besar siswa sudah memiliki motivasi belajar intrinsik yang cukup baik, namun belum seluruh siswa memiliki motivasi belajar intrinsik maka di sinilah peran guru Pendidikan Agama Katolik sebagai motivator bagi para siswanya supaya seluruh siswa termotivasi untuk belajar. Guru dalam membimbing siswa terletak pada nuraninya karena menurut Parker J. Palmer 2009: xvi bekerja menurut hati nurani membantu guru dapat terhubung dengan siswa. Bekerja dengan hati nurani membuat guru dapat menjembatani dan membantu siswa dalam proses pembelajaran. Guru yang bekerja dari hati nurani juga dapat menguatkan guru agar guru tidak mudah menyerah ataupun putus asa ketika menghadapi masalah maupun kesulitan. Salah satu tugas guru adalah membimbing siswanya untuk menghayati dan memperjuangkan nilai keutamaan hidup agar hidup setiap siswa memiliki kelimpahan berkat dan dapat meraih kebahagiaan. Guru haruslah memiliki komitmen untuk belajar bersama-sama dengan siswa dalam menghayati nilai-nilai keutamaan hidup. Penulis memahami guru Pendidikan Agama Katolik adalah orang yang beriman Kristiani, yang mengkomunikasikan kepada para siswanya 124 mengenai pengetahuan iman, hidupnya sendiri, kebaikan, kebenaran, dan kerohanian yang diteladaninya berlandaskan pada Yesus Kristus. Guru Pendidikan Agama Katolik memiliki tanggung jawab untuk membimbing siswa menjadi semakin mengenal dan semakin beriman kepada Yesus. Guru Pendidikan Agama Katolik dalam melakukan komunikasi interpersonal dengan siswanya hendaknya menerima dan memandang siswa sebagai pribadi sehingga siswa bukan objek dalam pembelajaran, melainkan siswa adalah subjek dalam kegiatan belajar mengajar yang harus dikasihi, dihormati, dan dipercaya. Guru menerima siswa sebagai anugerah dari Tuhan yang harus dihargai dan dikasihi yang didasari dengan sikap terbuka. Maka dalam proses berkomunikasi, guru memandang siswa sebagai subjek sehingga tercipta komunikasi yang saling menerima, terbuka, dan menghargai. Guru Pendidikan Agama Katolik dalam melakukan komunikasi hendaknya menjadikan Yesus Kristus sebagai sumber inspirasi karena Yesus Kristus dapat membimbing murid-muridNya dan orang- orang yang mendengar pewartaan Yesus berubah menjadi pribadi yang penuh kasih. Komunikasi interpersonal yang dilakukan guru Pendidikan Agama Katolik dengan siswanya sebagai sebuah pelayanan untuk memberikan perhatian dan cinta kasih. Ketika guru Pendidikan Agama Katolik mampu melakukan komunikasi interpersonal dengan siswanya, ia dapat memahami harapan, kekhawatiran, dan pribadi siswanya dengan lebih baik sehingga pelajaran yang ia bawakan bukan semata-mata teori-teori yang tidak menyentuh ataupun menjawab kebutuhan siswanya. 125

B. Usulan Program Lokakarya untuk MGMP Pendidikan Agama Katolik