136
J. Palmer 2009: 3 mengatakan ketika guru tidak mengenal dirinya maka ia tidak mampu mengenal siswanya. Maka, sangat penting bagi guru Pendidikan Agama
Katolik untuk mengenali dirinya sendiri terlebih dahulu kemudian ia dapat mengenal siswanya secara mendalam. Apabila guru Pendidikan Agama Katolik
dapat mengenal siswanya secara mendalam maka guru dapat memulai pelajaran berdasarkan pengalaman siswanya dan hati nurani diolah karena tidak mungkin
seorang guru dapat membantu siswanya mengolah hati nurani jika ia tidak mengenal siswanya secara mendalam. Ketika guru dan siswa berkomunikasi
secara interpersonal dengan membagikan pengalaman hidupnya maka sudah terjadi komunikasi yang diwarnai kepercayaan.
3 Refleksi:
a Apakah saya sudah mampu menjalin relasi yang baik dengan Tuhan?
b Apakah saya sudah mengenal diri saya secara mendalam?
c Sejauh mana saya dapat mengenal siswa-siswi saya?
4 Pendamping meminta peserta untuk mensharingkan hasil refleksinya.
3. Sesi II: Motivasi Belajar Pendidikan Agama Katolik Para Siswa
a. Tujuan: Peserta bersama pendamping dapat menyadari sejauh mana motivasi
belajar Pendidikan Agama Katolik para siswa. b.
Langkah-langkah: 1
Pengantar: Kita telah sama-sama merefleksikan tugas kita sebagai guru Pendidikan
Agama Katolik dan juga kita telah sama-sama untuk memahami pentingnya
137
komunikasi interpersonal guru Pendidikan Agama Katolik dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Sekarang, kita akan membahas mengenai motivasi
belajar Pendidikan Agama Katolik para siswa. 2
Isi: Motivasi belajar sangat diperlukan setiap siswa yang sedang berkegiatan
belajar karena tanpa adanya motivasi belajar, maka siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar. Samana 1994: 70 menjelaskan arti motivasi belajar sebagai
“alasan, pertimbangan, dan dorongan yang menjadikan seseorang berkegiatan belajar.” Lebih lanjut, Heinz 1979: 69 menjelaskan motivasi belajar memiliki
peranan dalam mengembangkan keinginan siswa untuk belajar. Jadi, motivasi belajar adalah keinginan, dorongan, pertimbangan, dan alasan yang membuat
siswa tekun belajar. Setiap siswa yang sedang mempelajari Pendidikan Agama Katolik juga
membutuhkan motivasi belajar supaya siswa memiliki keinginan maupun dorongan untuk tekun dalam mempelajari Pendidikan Agama Katolik. Motivasi
belajar terdiri dari dua jenis berdasarkan sifatnya, yaitu: motivasi belajar intrinsik dan motivasi belajar ekstrinsik.
Motivasi belajar intrinsik menurut Moh. Uzer 1989: 24 berarti dorongan untuk belajar yang muncul dari dalam diri sendiri tanpa paksaan dan dorongan
dari orang lain. Ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar intrinsik adalah seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar berdasarkan kemauannya sendiri
bukan karena imbalan. Siswa akan menjadi lebih termotivasi bukan karena ingin mendapat hadiah atau imbalan, melainkan karena siswa memiliki peluang dan
138
pilihan untuk mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran mereka. Maka, ketika siswa memiliki motivasi belajar intrinsik pada pelajaran Pendidikan
Agama Katolik ditandai dengan siswa belajar karena ia menyadari tanggung jawabnya untuk mengembangkan pengetahuannya dan mengembangkan imannya
dan bukan belajar karena ingin mendapatkan hadiah dari guru ataupun belajar karena apabila tidak belajar takut dihukum oleh guru.
Motivasi ekstrinsik menurut Heinz 1979: 70 adalah dorongan siswa untuk belajar supaya mendapatkan imbalan nilai yang baik dan menghindari hukuman
dari guru, siswa juga belajar untuk menyenangkan orang tua, guru, ataupun temannya. Heinz 1979: 71 mengungkapkan bahwa motivasi ekstrinsik itu
penting karena setiap orang memerlukan dorongan dari luar untuk mencapai tujuan apapun. Lebih lanjut ia mengatakan, jika orang dewasa masih memerlukan
motivasi ekstrinsik, maka siswa sebagai pribadi yang sedang berkembang juga sangat membutuhkannya. Menurut Heinz, motivasi intrinsik lebih berharga
dibanding motivasi eksrinsik karena dengan motivasi intrinsik berarti keinginan belajar berasal dari dalam diri sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain.
Motivasi belajar ekstrinsik siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik ditandai dengan keinginan siswa untuk belajar karena takut dihukum oleh
guru apabila ia tidak belajar, kemudian belajar dengan tujuan untuk mendapatkan hadiah, dan belajar untuk menyenangkan hati orang tua, guru, atau teman bukan
karena siswa memang memiliki tanggung jawab secara pribadi untuk mengembangkan pengetahuan dan imannya. Bagi guru Pendidikan Agama
Katolik sangat perlu untuk memotivasi siswa secara ekstrinsik karena motivasi
139
belajar siswa tidak stabil setiap waktu artinya bahwa motivasi belajar siswa sering mengalami peningkatan dan penurunan keinginan untuk belajar maka dibutuhkan
dorongan semangat dari guru Pendidikan Agama Katolik untuk memotivasi siswanya yang belum memiliki motivasi belajar supaya siswa tetap mau untuk
melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar siswa juga memiliki beberapa fungsi yaitu untuk 1
membantu siswa supaya tidak mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan dalam belajar. 2 Motivasi belajar juga menentukan ketekunan siswa dalam
belajar artinya bahwa siswa tidak akan tahan lama dalam belajar apabila ia tidak termotivasi dan siswa akan memilih kegiatan lain dan meninggalkan apa yang
sedag dipelajarinya. 3 Motivasi juga membuat siswa belajar dengan sepenuh hati melalui usaha yang jujur tanpa mencontekberbuat curang, motivasi juga
memperjelas tujuan belajar. 4 Siswa yang memiliki motivasi akan mengetahui untuk apa ia belajar. Maka, motivasi sangatlah penting fungsinya dalam proses
belajar siswa karena motivasi sangat berpengaruh pada kesuksesan pencapaian tujuan belajar siswa.
4. Sesi III: Merefleksikan komunikasi interpersonal yang sudah dilakukan