Latar Belakang Penelitian Penelitian tentang Komunikasi Interpersonal Guru Pendidikan Agama

62 mengembangkan bakat yang dimiliki dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler yang terdiri dari basket, sepak bola, paduan suara, membatik, dan pramuka. Siswa di SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu bekewajiban disiplin dalam menaati seluruh peraturan yang ada di sekolah. Cara yang diterapkan di SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu untuk menerapkan kedisiplinan pada siswa adalah dengan: mensosialisasikan peraturan yang berlaku di sekolah kepada anak dan orang tua, memiliki buku yang berisi tata tertib siswa, dan setiap wali kelas bertugas untuk mengadakan review dengan siswa untuk membahas berbagai kegiatan yang sudah berlangsung dan membahas berbagai pelanggaran maupun kesulitan belajar siswa.

B. Penelitian tentang Komunikasi Interpersonal Guru Pendidikan Agama

Katolik dan Pengaruhnya bagi Motivasi Belajar Pendidikan Agama Katolik Siswa-siswi di SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu

1. Latar Belakang Penelitian

Tugas guru Pendidikan Agama Katolik adalah mewartakan Yesus Kristus kepada siswanya, maka guru harus memiliki kecakapan yang memadai dalam menyampaikan pewartaannya. Samana 1994: 31 mengungkapkan dasar seluruh kecakapan keguruan adalah kecakapan untuk melakukan komunikasi antara pribadi guru dengan pribadi siswa. Inilah yang disebut sebagai komunikasi interpersonal antara guru dengan siswa, karena komunikasi interpersonal menurut Suranto 2011: 3 diartikan sebagai komunikasi antar pribadi yang dilakukan secara tatap muka mengungkapkan pesan secara verbal ataupun non verbal dan dilakukan dua arah. Maka, kemampuan komunikasi interpersonal seorang guru 63 Pendidikan Agama Katolik juga sangat berpengaruh pada pewartaan yang ia sampaikan dan berdampak pada motivasi belajar siswa. Guru Pendidikan Agama Katolik pada kenyataannya sering mengalami banyak tantangan untuk melakukan komunikasi interpersonal dengan siswa sehingga pelajaran agama sering kali jatuh pada suasana yang diam bahkan terkesan membosankan. Hal ini sebagai salah satu contoh tantangan dalam berkomunikasi yang sering kali dialami seorang guru. Melalui komunikasi interpersonal, guru Pendidikan Agama Katolik akan dapat memahami keinginan dan kebutuhan siswanya karena ia mengenal siswanya secara mendalam. Komunikasi interpersonal sangat berpengaruh untuk mendorong siswa aktif dalam proses belajar mengajar karena bersifat dua arah yang berarti tercipta rasa saling diterima, suasana saling terbuka, saling menghargai, dan saling mendengarkan. Kedudukan yang sama akan menciptakan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang aktif dengan dialog dan sharing akan membuat siswa termotivasi mengungkapkan berbagai pengalaman maupun gagasannya dalam terang iman. Komunikasi interpersonal dengan pendekatan persuasif guru Pendidikan Agama Katolik akan memotivasi siswa yang belum bersemangat dalam belajar melalui dorongan supaya siswa bersemangat dalam belajar. Suranto 2011: 82-84 mengungkapkan pandangan Devito yang menyebutkan dan menjelaskan mengenai 5 sikap yang mendukung kesuksesan komunikasi interpersonal yaitu: sikap keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif, dan kesetaraan. 64 Sikap pertama yang harus dimiliki guru Pendidikan Agama Katolik dalam memotivasi siswanya yaitu menunjukkan sikap terbuka ditandai dengan bersikap apa adanya dan jujur untuk mendengarkan setiap pengalaman hidup, maupun suka duka, ataupun berbagai harapan yang diungkapkan oleh siswanya. Sikap kedua yang harus dimiliki seorang guru Pendidikan Agama Katolik adalah sikap empati atau ikut merasakan apa yang dirasakan oleh siswanya dengan memahami perasaan siswa. Dalam hal ini seorang guru haruslah mampu untuk mendengarkan siswanya dan memahami apa yang dirasakan oleh siswanya. Sikap yang ketiga yang harus dimiliki guru dalam berkomunikasi interpersonal adalah dukungan sebagai tindakan yang tidak mengevaluasi siswa sehingga siswa dapat bebas dan tidak merasa malu dalam mengungkapkan perasaannya. Guru Pendidikan Agama Katolik hendaknya mampu berkomunikasi spontan artinya menjadi guru yang komunikatif dan mampu menerima pandangan dari siswanya untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Guru Pendidikan Agama Katolik juga memiliki sikap yang keempat yaitu sikap positif diartikan sebagai sikap menerima siswa sebagai anugerah Tuhan sehingga harus dihargai. Guru Pendidikan Agama Katolik dapat memberikan apresiasi kepada siswanya dan berkomitmen untuk menjalin kerja sama dengan siswanya. Sikap kelima yang harus dimiliki guru Pendidikan Agama Katolik adalah kesetaraan atau menerima siswa sebagai subjek sehingga komunikasi yang terjadi adalah komunikasi antar pribadi yang bersifat dua arah dengan menunjukkan kerendahan hati, tidak memaksakan kehendak, dan akan tercipta komunikasi yang dekat, nyaman, dan mendalam. 65 Guru Pendidikan Agama Katolik akan dapat memotivasi siswa maupun meningkatkan motivasi siswa dalam belajar apabila ia mampu menjalin komunikasi interpersonal sebagai komunikasi yang dekat dan mendalam dengan siswanya. Motivasi mempelajari Pendidikan Agama Katolik hendaknya membuat siswa bersemangat untuk terus memperkembangkan imannya. Apabila guru Pendidikan Agama Katolik mampu melakukan komunikasi interpersonal dengan seluruh siswanya maka motivasi belajar akan tumbuh dari dalam diri siswa sendiri melalui keteladanan yang diberikan oleh guru. Siswa akan belajar Pendidikan Agama Katolik dengan sepenuh hati bukan karena takut dihukum. Kesuksesan yang akan dirasakan siswa apabila ia termotivasi untuk memperlajari Pendidikan Agama Katolik adalah ia akan menjadi orang beriman Kristiani yang imannya akan terus berkembang menuju pada keutuhan pribadi. Maka, diharapkan apabila guru Pendidikan Agama Katolik dapat melakukan komunikasi interpersonal dengan siswanya sehingga dapat memotivasi siswanya untuk belajar Pendidikan Agama Katolik.

2. Variabel Penelitian