Laporan Hasil Kuesioner Laporan Penelitian Kemampuan Komunikasi Interpersonal Guru

96 2 Motivasi Belajar Pendidikan Agama Katolik Siswa Kelas VII A Observasi pada hari Senin, 23 Januari 2017 ini masih dilakukan dengan menggunakan metode behavioral checklist. Sepanjang proses kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Katolik, siswa kelas VII A menunjukkan keinginan untuk berhasil dalam belajar ditandai dengan bersemangat dan bersungguh- sungguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa juga memperhatikan dan mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Siswa aktif terlibat dalam proses belajar mengajar dengan bertanya apa yang tidak ia ketahui. Siswa kelas VII A menunjukkan sikap disiplin ditandai dengan seluruh siswa membawa buku pelajaran. Situasi kelas juga lebih kondusif dibandingkan dengan kelas VII C. Seluruh siswa menunjukkan sikap sopan dan tercermin dari bahasa dan nada bicaranya halus. Dari hasil observasi ini menunjukkan bahwa siswa kelas VII A memiliki motivasi belajar yang tinggi.

3. Laporan Hasil Kuesioner

Peneliti menyebarkan kuesioner yang terdiri dari 2 pokok pembahasan yang dilaporkan dalam bentuk tabel. Tabel pertama berisi kuesioner I yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal guru Pendidikan Agama Katolik di SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu dan tabel kedua berisi kuesioner II yang berkaitan dengan motivasi belajar Pendidikan siswa kelas VII A, VII B, maupun VII C di SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu. 97 Jumlah siswa kelas VII A seharunya 26, namun Sabtu 21 Januari 2017 tidak masuk 3 orang sehingga kuesioner yang terisi 23 orang. Jumlah siswa kelas VII B seharusnya 26, namun Sabtu 21 Januari 2017 juga tidak masuk 3 orang sehingga kuesioner yang terisi 23 orang. Jumlah siswa kelas VII C seharusnya 27 orang, namun Sabtu 21 Janu sehari 2017 tidak masuk 3 orang sehingga kuesioner yang terisi 24 orang. Jadi, total seluruh responden kelas VII A, kelas VII B, dan kelas VII C yang mengisi kuesioner sebanyak 70 orang. Kuesioner I terdiri dari 21 pertanyaan yang harus dijawab siswa dengan memberikan penilaian pada komunikasi interpersonal yang sudah dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Katolik. Siswa diminta untuk memberi tanda centang √ pada kolom SS sangat sering, S sering, N Netral, K Kadang-kadang, dan TP tidak pernah. Contoh pada pertanyaan nomor 1 mengenai guru Pendidikan Agama Katolik dapat berdialog dengan setiap siswa secara bebas, terdapat: 47 siswa menjawab sangat sering, 16 siswa menjawab sering, 7 siswa menjawab netral keadaan yang menunjukkan titik sedang dengan intensitas belum mencapai titik sering dan tidak kadang-kadang Tabel 4 Kuesioner I: Hasil Komunikasi Interpersonal Guru Pendidikan Agama Katolik N = 70 No Pertanyaan SS 5 S 4 N 3 K 2 TP 1 1. Guru Pendidikan Agama Katolik dapat berdialog dengan setiap siswa secara bebas. 47 67 16 23 7 10 98 2. Guru Pendidikan Agama Katolik memberikan kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan gagasannya. 41 59 19 27 6 9 3 4 1 1 3. Guru Pendidikan Agama Katolik menyapa siswa baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. 44 63 15 21 7 10 4 6 4. Guru Pendidikan Agama Katolik berbagi pengalaman hidupnya. 48 69 14 20 8 11 5. Ketika siswa tidak mau mengerjakan tugas, guru Pendidikan Agama Katolik mendorong siswanya supaya mau mengerjakan tugas. 46 65 20 29 2 3 2 3 6. Ketika siswa menghadapi masalah, guru Pendidikan Agama Katolik mengemukakan solusi yang masuk akal. 36 50 16 23 11 15 6 9 2 3 7. Guru Pendidikan Agama Katolik bersikap terbuka menerima masukan dari para siswa. 45 64 15 22 10 14 8. Guru Pendidikan Agama Katolik menunjukkan sikap jujur dalam segala hal. 45 64 18 26 4 6 3 4 9. Guru Pendidikan Agama Katolik bersikap adil kepada seluruh siswa. 38 54 17 24 11 16 4 6 10. Guru Pendidikan Agama Katolik dapat diterima baik oleh seluruh siswa. 38 54 16 23 11 16 4 6 1 1 11. Guru Pendidikan Agama Katolik 34 23 11 2 99 dapat dipercaya dalam segala hal. 49 33 15 3 12. Ketika ada siswa yang menceritakan keluh kesahnya, guru Pendidikan Agama Katolik ikut merasakannya. 35 50 17 24 13 19 3 4 2 3 13. Guru Pendidikan Agama Katolik tidak mudah menyalahkan siswa. 39 56 13 18 14 20 2 3 2 3 14. Ketika siswa memberi saran, guru Pendidikan Agama Katolik bersedia untuk mengubah sikapnya. 34 49 15 21 13 19 3 4 5 7 15. Ketika siswa berhasil menjawab pertanyaan, guru Pendidikan Agama Katolik memberikan pujian kepada siswa. 44 63 21 30 4 6 1 1 16. Guru Pendidikan Agama Katolik menunjukkan komitmen untuk bekerja sama dengan siswa. 42 60 19 27 8 12 1 1 17 Guru Pendidikan Agama Katolik mampu menghormati setiap siswanya. 42 60 19 27 9 13 18. Guru Pendidikan Agama Katolik menunjukkan kerendahan hati. 38 54 22 31 6 9 4 6 19. Guru Pendidikan Agama Katolik tidak memaksakan pendapatnya kepada siswa. 41 58 18 26 6 9 2 3 3 4 20. Guru Pendidikan Agama Katolik bersedia meminta bantuan siswa. 32 46 27 39 6 9 5 6 21. Guru Pendidikan Agama Katolik mampu menciptakan komunikasi yang akrab dengan setiap siswa. 39 56 14 20 14 20 3 4 100 Dalam kisi-kisi terdapat 9 indikator yang ingin diketahui melalui pernyataan berikut. Indikator pertama adalah guru berkomunikasi dialogis dengan siswanya secara bebas dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengungkapkan gagasannya. Berdasarkan hasil penelitian nomor 1 dan nomor 2 diperoleh hasil rata-rata yaitu 96 atau setara dengan 68 siswa menjawab sangat sering sampai dengan netral dan 4 atau setara dengan 3 siswa menjawab kadang hingga tidak pernah. Dari hasil ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik sudah mampu untuk melakukan komunikasi dialogis yang bebas dan bersifat dua arah sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan gagasannya. Indikator kedua adalah guru berkomunikasi dengan tujuan untuk menyapa dan berbagi pengalaman hidup yang mengungkapkan hidupnya terdapat pada kuesioner nomor 3 dan 4. Berdasarkan hasil penelitian nomor 3 dan nomor 4 diperoleh hasil rata-rata yaitu 98 atau setara dengan 68 siswa menjawab sangat sering sampai dengan netral dan 2 atau setara dengan 2 siswa menjawab kadang. Dari hasil ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik sudah menjalin komunikasi yang baik dengan siswa melalui menyapa dan berbagi pengalaman hidup. Indikator ketiga adalah guru mendorong siswanya untuk belajar dan memberikan solusi yang masuk akal terdapat pada nomor 5 dan 6 dalam kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian nomor 5 dan nomor 6 diperoleh hasil rata- rata terdapat 93 atau setara dengan 65 siswa menjawab sangat sering, sering, dan netral. Sedangkan, 7 atau setara dengan 5 siswa menjawab kadang-kadang 101 dan tidak pernah. Dari hasil ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik dapat mendorong siswanya untuk belajar dan sudah berusaha untuk memberikan solusi yang masuk akal. Indikator keempat adalah guru dalam berkomunikasi interpersonal menunjukkan sikap terbuka menerima masukan dan jujur. Berdasarkan hasil penelitian nomor 7 dan nomor 8 diperoleh hasil rata-rata terdapat 98 atau setara dengan 69 siswa menjawab sangat sering, sering, dan netral. Sedangkan, 2 atau setara dengan 2 siswa menjawab kadang-kadang dan tidak pernah. Dari hasil ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik dalam berkomunikasi interpersonal menunjukkan sikap terbuka untuk menerima masukan dari para siswa dan guru sudah bersikap jujur dalam segala hal. Indikator kelima adalah sikap keterbukaan yang diwujudkan guru ditandai dengan: adil, dapat diterima semua pihak, dan dapat dipercaya. Berdasarkan hasil penelitian nomor 9, nomor 10, dan nomor 11 diperoleh hasil rata-rata terdapat 95 atau setara dengan 66 siswa menjawab sangat sering, sering, dan netral. Sedangkan, 5 atau setara dengan 3 siswa menjawab kadang-kadang dan tidak pernah. Dari hasil ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik sudah menunjukkan sikap keterbukaan yang diwujudkan dengan bersikap adil, guru juga dapat diterima baik oleh semua siswa, dan guru dapat dipercaya dalam segala hal. Indikator keenam adalah guru menunjukkan sikap empati dengan cara: mendengarkan keluh kesah kemudian ikut merasakan dan juga guru tidak mudah untuk menyalahkan siswa. Berdasarkan hasil penelitian nomor 12 dan nomor 13 diperoleh hasil rata-rata sebanyak 94 atau setara dengan 66 siswa menjawab 102 sangat sering, sering, dan netral. Sedangkan, 6 siswa menjawab kadang-kadang dan tidak pernah. Dari hasil ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik sudah menunjukkan sikap empati dengan cara: guru mampu mendengarkan keluh kesah kemudian ikut merasakan dan juga guru tidak mudah untuk menyalahkan siswa.. Indikator ketujuh adalah guru menunjukkan sikap mendukung dengan cara: menerima saran, mampu memberikan pujian, dan berkomitmen untuk menjalin kerja sama. Berdasarkan hasil penelitian nomor 14, nomor 15, dan nomor 16 diperoleh hasil rata-rata sebanyak 95 atau setara dengan 67 siswa menjawab sangat sering, sering, dan netral. Sedangkan, 5 atau setara dengan 3 siswa menjawab kadang-kadang dan tidak pernah. Dari hasil ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik sudah menunjukkan sikap mendukung siswa diwujudkan bersedia menerima saran kemudian mengubah sikapnya, ketika siswa berhasil maka guru memberikan pujian, dan guru berkomitmen untuk menjalin kerja sama dengan siswa. Indikator kedelapan adalah guru menunjukkan sikap positif yang diwujudkan dengan menghormati siswanya. Berdasarkan hasil penelitian nomor 17 diperoleh hasil 100 atau 70 siswa menjawab sangat sering, sering, dan netral. Dari hasil ini tentu sangat memuaskan karena seluruh siswa menjawab bahwa guru Pendidikan Agama Katolik sudah menunjukkan sikap menghormati seluruh siswanya tanpa terkecuali. Indikator kesembilan adalah guru menunjukkan kesetaraan dalam berkomunikasi dengan siswa yang ditandai dengan: bersikap rendah hati, tidak 103 memaksakan pendapatnya, guru merasa memerlukan siswa, dan guru berkomunikasi akrab dengan siswa. Berdasarkan hasil penelitian nomor 18, nomor 19, nomor 20, dan nomor 21 diperoleh hasil rata-rata sebanyak 94 atau 66 siswa menjawab sangat sering, sering, dan netral. Sedangkan, 6 atau 5 siswa menjawab kadang-kadang dan tidak pernah. Dari hasil ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik sudah menunjukkan kesetaraan dalam berkomunikasi dengan semua siswanya yang diwujudkan dengan guru bersikap rendah hati, guru tidak memaksakan pendapatnya, guru bersedia meminta bantuan siswa, dan guru mampu menciptakan komunikasi yang akrab dengan setiap siswa. Tabel kedua berisi kuesioner II yang berkaitan dengan motivasi belajar Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi kelas VII di SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu. Kuesioner II terdiri dari 19 pertanyaan yang harus dijawab siswa dengan memberikan penilaian mengenai motivasi belajar Pendidikan Agama Katolik siswa. Siswa diminta untuk memberi tanda centang √ pada kolom SS sangat sering, S sering, N Netral, K Kadang-kadang, dan TP tidak pernah. Contoh pada pertanyaan nomor 22 mengenai siswa memiliki keinginan untuk berhasil dalam mempelajari Pendidikan Agama Katolik., terdapat: 48 siswa menjawab sangat sering, 15 siswa menjawab sering, 6 siswa menjawab netral keadaan yang menunjukkan titik sedang dengan intensitas belum mencapai titik sering dan tidak kadang-kadang, dan 1 orang siswa menjawab kadang-kadang. 104 Tabel 5 Kuesioner II: Hasil Motivasi Belajar Pendidikan Agama Katolik N = 70 No Pertanyaan SS S N K TP 22. Semangat untuk mempelajari Pendidikan Agama Katolik muncul dari dalam diri saya sendiri. 48 69 15 21 6 9 1 1 23. Saya memiliki keinginan untuk berhasil dalam mempelajari Pendidikan Agama Katolik. 40 57 26 38 4 6 24. Saya merasa bertanggungjawab untuk mempelajari Pendidikan Agama Katolik karena saya orang Katolik sejati. 49 70 15 22 5 7 1 1 25. Saya mempelajari Pendidikan Agama Katolik dengan sepenuh hati. 43 61 17 24 7 10 2 3 1 1 26. Saya memiliki motivasi belajar Pendidikan Agama Katolik sehingga saya tidak gaduh saat di kelas. 32 46 21 30 9 13 7 10 1 1 27. Saya belajar Pendidikan Agama Katolik karena disemangati oleh guru. 32 46 14 20 15 21 5 7 4 6 28. Saya belajar Pendidikan Agama Katolik supaya mendapatkan hadiah dari guru. 2 3 9 13 14 20 10 14 35 50 29. Guru Pendidikan Agama Katolik yang mampu berkomunikasi dekat dengan saya dapat memotivasi saya 41 59 11 16 12 17 5 7 1 1 105 No Pertanyaan SS S N K TP untuk giat belajar. 30. Saya menyadari fungsi motivasi belajar untuk menentukan ketekunan saya dalam mempelajari Pendidikan Agama Katolik. 44 63 19 27 3 4 2 3 2 3 31. Saya menyadari fungsi motivasi belajar menumbuhkan keinginan saya untuk berprestasi disemua mata pelajaran termasuk Pendidikan Agama Katolik. 50 71 11 16 5 7 2 3 2 3 32. Saya menyadari fungsi motivasi belajar membuat saya tidak mudah menyerah ketika mengalami kesulitan dalam mempelajari mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik. 45 64 18 26 5 8 1 1 1 1 33. Saya menyadari fungsi motivasi belajar dapat mendorong saya untuk melakukan usaha yang jujur dalam mempelajari Pendidikan Agama Katolik. 43 61 17 24 6 10 1 1 3 4 34. Setelah mempelajari Pendidikan Agama Katolik, saya memiliki cita- cita supaya hidup saya menjadi semakin berguna bagi banyak orang. 45 64 17 24 6 9 2 3 35. Setelah mempelajari Pendidikan Agama Katolik, saya lebih berhati- hati supaya tidak mudah terjatuh 39 56 21 30 6 8 2 3 2 3 106 No Pertanyaan SS S N K TP dalam dosa. 36. Setelah mempelajari Pendidikan Agama Katolik supaya saya semakin dapat mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan. 46 66 20 29 3 4 1 1 37. Setelah mempelajari Pendidikan Agama Katolik, saya semakin dapat mengasihi sesama manusia seperti diri saya sendiri. 36 51 20 29 12 17 2 3 38. Melalui pelajaran Pendidikan Agama Katolik, saya tidak mudah putus asa ketika menghadapi masalah dan semakin berserah diri kepada Tuhan. 30 43 24 34 11 16 4 6 1 1 39. Setelah mempelajari Pendidikan Agama Katolik, saya semakin termotivasi untuk aktif dalam kegiatan menggereja. 31 44 24 34 8 12 3 4 4 6 40. Saya belajar Pendidikan Agama Katolik supaya dapat memperteguh keyakinan saya pada Yesus Kristus. 43 61 18 26 5 8 1 1 3 4 Kuesioner II yang memaparkan mengenai motivasi belajar Pendidikan Agama Katolik siswa diuraikan dalam kisi-kisi menjadi 4 indikator dengan total 19 pertanyaan. Indikator pertama mengenai motivasi intrinsik siswa ditandai dengan: semangat untuk belajar muncul dari dalam diri sendiri, memiliki keinginan untuk berhasil dalam belajar, memiliki rasa tanggung jawab, belajar 107 dilakukan dengan sepenuh hati, dan ikut mendukung situasi belajar yang kondusif. Berdasarkan hasil penelitian nomor 22, nomor 23, nomor 24, nomor 25, dan nomor 26 diperoleh hasil rata-rata sebanyak 96 atau setara dengan 67 siswa menjawab sangat sering, sering, dan netral. Sedangkan, 4 atau setara dengan 2 siswa menjawab kadang-kadang dan tidak pernah. Dari hasil ini menunjukkan bahwa siswa belajar karena adanya motivasi intrinsik yang ditandai dengan keinginan siswa untuk belajar berasal dari dalam dirinya sendiri, siswa memiliki keinginan untuk berhasil, siswa juga memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, belajar juga dilakukan dengan sepenuh hati, dan juga siswa mendukung guru dalam menciptakan situasi belajar yang kondusif dengan tidak ramai saat di kelas. Indikator kedua mengenai motivasi ekstrinsik siswa yang ditandai dengan: belajar karena disemangati oleh guru, belajar bertujuan untuk mendapatkan hadiah, dan keinginan belajar muncul karena tertarik dengan kemampuan guru dalam menjalin komunikasi yang dekat dengan siswanya. Berdasarkan hasil penelitian nomor 27, nomor 28, dan nomor 29 diperoleh hasil rata-rata sebanyak 71 atau setara dengan 50 siswa menjawab sangat sering, sering, dan netral. Sedangkan, 29 atau setara dengan 20 siswa menjawab kadang-kadang dan tidak pernah. Dari hasil ini menunjukkan bahwa persentase motivasi belajar ekstrinsik siswa lebih rendah hasilnya jika dibandingkan dengan persentase motivasi belajar siswa secara intrinsik maka siswa memang sudah memiliki keinginan belajar dari dalam diri sehingga perlu bagi guru Pendidikan Agama Katolik untuk dapat terus membimbing siswa dalam belajar terlebih bagi siswa yang belum memiliki keinginan untuk belajar. 108 Indikator ketiga mengenai fungsi motivasi belajar dalam proses belajar mengajar bagi siswa akan menentukan ketekunan siswa dalam belajar, motivasi dapat menumbuhkan semangat untuk berprestasi, motivasi belajar menumbuhkan semangat untuk dapat mengatasi berbagai kesulitan yang dihadapi, dan motivasi belajar mendorong siswa belajar dengan jujur. Berdasarkan hasil penelitian nomor 30, nomor 31, nomor 32, dan nomor 33 diperoleh hasil rata-rata sebanyak 95 atau setara dengan 66 siswa menjawab sangat sering, sering, dan netral. Sedangkan, 5 atau setara dengan 4 siswa menjawab kadang-kadang dan tidak pernah. Dari hasil ini menunjukkan bahwa kebanyakan dari siswa sudah menyadari fungsi dari motivasi belajar menentukan ketekunan, menumbuhkan keinginan untuk berprestasi, menumbuhkan semangat untuk bisa mengatasi kesulitan yang dihadapi, dan juga motivasi berfungsi untuk mendorong siswa belajar dengan jujur atau belajar dilakukan dengan usaha-usaha yang benar dan tidak melakukan berbagai kecurangan mencontek. Indikator ketiga mengenai motivasi belajar membuat siswa memahami tujuan dari mempelajari Pendidikan Agama Katolik untuk: membentuk cita-cita yang luhur, berusaha hidup sesuai dengan ajaran Allah, membuat siswa semakin mengasihi Allah, membuat siswa semakin mengasihi sesama, membuat siswa tidak mudah putus asa, membuat siswa aktif dalam kegiatan menggereja, dan memperkuat iman siswa. Berdasarkan hasil penelitian nomor 34 sampai 40 diperoleh hasil rata-rata sebanyak 95 atau setara dengan 66 siswa menjawab sangat sering, sering, dan netral. Sedangkan, 5 atau setara dengan 4 siswa menjawab kadang-kadang dan tidak pernah. Dari hasil tersebut menunjukkan 109 bahwa kebanyakan dari siswa sudah mengetahui tujuan dari mempelajari Pendidikan Agama Katolik dan sudah mewujudkan tujuan tersebut dalam hidup sehari-hari.

D. Pembahasan Hasil Penelitian