Laporan Hasil Wawancara Laporan Penelitian Kemampuan Komunikasi Interpersonal Guru

81 Keterangan: P = Persentase J = Jumlah siswa yang memilih alternatif jawaban tertentu T = Jumlah total seluruh responden

1. Laporan Hasil Wawancara

Pada bagian ini, penulis akan melaporkan hasil penelitian wawancara yang dilaksanakan pada Jumat, 20 Januari 2017 bertempat di SMP Pangudi luhur St. Vincentius Sedayu. Responden penelitian ini adalah 1 orang guru Pendidikan Agama Katolik yaitu Ibu B. Budi Harsiwiyanti, S. Ag, 2 orang siswa kelas VII A, 1 orang siswa kelas VII B, dan 2 orang siswa kelas VII C. Daftar responden yang diwawancarai dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Guru Pendidikan Agama Katolik : B. Budi Harsiwiyanti, S.Ag. b. Responden siswa 1 yaitu kelas VII A nomor absen 13. c. Responden siswa 2 yaitu kelas VII A nomor absen 14. d. Responden siswa 3 yaitu kelas VII B nomor absen 16. e. Responden siswa 4 yaitu kelas VII C nomor absen 5. f. Responden siswa 5 yaitu kelas VII C nomor absen 7. Hasil wawancara dilaporkan dengan terlebih dahulu karena skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif dan memiliki pokok bahasan mengenai sejauh mana kemampuan komunikasi interpersonal guru Pendidikan Agama Katolik dan pengaruhnya untuk meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama Katolik siswa. Guru Pendidikan Agama Katolik diwawancarai terlebih dahulu untuk 82 dijadikan sebagai dasar dan akan dicrosscheck dengan penilaian para siswa terhadap komunikasi interpersonal yang sudah dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Katolik dan pengaruhnya untuk meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama Katolik sehingga akan menghasilkan kesimpulan penelitian yang dapat digunakan sebagai masukan kepada semua pihak. Penyusunan pertanyaan wawancara terdiri dari dua tema bahasan yaitu komunikasi interpersonal guru Pendidikan Agama Katolik dan motivasi belajar Pendidikan Agama Katolik siswa. Tema pertama yaitu komunikasi interpersonal guru Pendidikan Agama Katolik akan dibagi menjadi tiga pokok bahasan untuk batasan pertanyaan dalam wawancara yaitu: ciri komunikasi interpersonal yang memuat pengetahuan personal, pendekatan komunikasi interpersonal, dan sikap yang mendukung komunikasi interpersonal. Dari ketiga pokok bahasan tersebut kemudian dijabarkan menjadi 9 pertanyaan. Tema kedua adalah motivasi belajar Pendidikan Agama Katolik siswa akan dibagi menjadi 5 pokok bahasan yaitu: faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, fungsi dari motivasi belajar, tujuan mempelajari Pendidikan Agama Katolik, sejauh mana tujuan mempelajari Pendidikan Agama Katolik sudah tercapai, dan pengaruh guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Dari kelima pokok bahasan tersebut akan dijabarkan menjadi 5 pertanyaan untuk masing-masing pokok bahasan. Tema satu terdiri dari 9 pertanyaan dan tema dua yang terdiri dari 5 pertanyaan akan diajukan kepada responden penelitian yaitu 1 orang guru Pendidikan dan 5 orang siswa kelas VII. Total pertanyaan yang diajukan peneliti 83 kepada responden berjumlah 14 pertanyaan yang bertujuan untuk memenuhi tujuan penelitian. Pertanyaan pertama berkaitan dengan sejauh mana guru mengenal siswa- siswinya baik itu nama, sifat, maupun latar belakangnya. Bu Budi selaku guru Pendidikan Agama Katolik menjawab bahwa ia mengenal sebagaian siswa- siswinya, namun belum sampai pada tahap yang mendalam. Ia juga menyampaikan siswa-siswi yang ia kenal terutama untuk siswa yang pintar, kurang dari segi prestasi, siswa yang dalam keluarganya mengalami masalah, dan siswa yang mengalami permasalahan tertentu. Kelima responden siswa menjawab bahwa guru sudah mengenal nama siswa dan sifat siswa. Kesimpulan untuk pertanyaan pertama yaitu guru Pendidikan Agama Katolik sudah mengenal sebagian besar siswanya baik itu nama maupun sifat, namun belum sampai pada latar belakangnya dikarenakan jumlah siswa yang terlalu banyak. Cara yang diterapkan guru Pendidikan Agama Katolik dalam mengenal siswa-siswinya. Guru menjawab dengan melalui komunikasi dengan siswa baik saat jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran sehingga dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa, dapat memberikan pendampingan, dan dengan melakukan kunjungan rumah. Pertanyaan nomor 2 mengenai apakah guru sering melakukan dialog dengan siswa baik pada saat jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran. Guru mengungkapkan jika ia sering melakukan dialog saat jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran dan berdialog mengenai kehidupan sehari-hari, baik itu: pendidikan, keluarga, berbagai permasalahan yang dihadapi siswa, dan 84 penyebabnya sehingga ada keterbukaan. Berdasarkan jawaban kelima responden siswa mengatakan bahwa guru sering melakukan dialog dengan siswa pada saat jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran mengenai: pelajaran, permasalahan siswa, keluarga, teman-teman, tetang kegiatan sehari-hari, dan untuk meminta bantuan siswa. Maka dari pertanyaan kedua dapat disimpulkan bahwa guru sering melakukan dialog dengan siswa mengenai hidup sehari-hari, teman, keluarga, pelajaran, dan untuk meminta tolong pada siswa. Guru menunjukkan sikap rendah hati. Pertanyaan nomor 3 mengenai cara guru Pendidikan Agama Katolik berdialog dengan siswa-siswinya. Guru mengungkapkan cara yang ia terapkan yaitu dengan melakukan komunikasi secara pribadi dengan memanggil siswa dan diajak bicara sehingga terbangun keterbukaan. Cara ini membuat guru semakin dapat mengenal perkembangan siswa secara sosial, iman, dan lain sebagainya. Kelima responden mengungkapkan cara yang diterapkan oleh guru untuk membangun dialog dengan siswa melalui menyapa dan mengajak berdialog. Siswa juga mengungkapkan bahwa guru selalu mengajak berdialog dan menanggapi siswa dengan baik dan hal ini menandakan adanya keterbukaan dan guru mampu menerima siswa dengan baik. Pertanyaan nomor 4 mengenai apakah guru sering melakukan sharing pengalaman hidup pada saat jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran. Guru mengungkapkan bahwa ia sering melakukan sharing pengalaman hidup dengan siswa dan kelima responden siswa juga menjawab bahwa guru sering melakukan sharing pengalaman hidup baik saat pelajaran maupun di luar jam pelajaran. 85 Pengalaman hidup yang sering disharingkan oleh guru mengenai pengalaman hidup sehari-hari dengan teman, keluarga, sekolah, dan masyarakat yang dimaknai dalam terang iman akan Yesus Kristus sebagai sumber inspirasi. Tanggapan siswa setelah mendengarkan sharing pengalaman hidup dari guru Pendidikan Agama Katolik adalah siswa menjadi terinspirasi, menanggapi dengan baik dan dibuktikan dengan adanya perubahan sikap hidup sehari-hari menjadi lebih baik, serta semakin bisa memaknai hidupnya dan semakin percaya pada Yesus Kristus. Pertanyaan nomor 4 mengenai apakah guru pernah menghadapi siswa yang tidak mau mengerjakan tugas ataupun PR yang diberikan. Guru mengatakan pernah dan kelima siswa juga mengatakan jika di dalam kelas pernah ada siswa yang tidak mengerjakan PR atau tugas yang diberikan oleh dengan alasan karena malas, kelelahan, dan membosankan. Cara yang digunakan guru untuk mendorong siswa supaya mau mengerjakan tugas menurut guru dan kelima siswa sebagai responden adalah dengan menanyakan penyebab siswa tidak mengerjakan tugas atau PR, mengingatkan siswa tujuan siswa datang ke sekolah untuk belajar, memberikan semangat, meminta siswa untuk mengerjakan PR pada saat jam pelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan bimbingan guru, dan guru juga memberikan sanksi bagi siswa supaya siswa rajin dalam mengerjakan tugas maupun PR. Namun, siswa mengatakan bahwa sanksi yang diungkapkan guru hanya untuk menakut-nakuti siswa dan guru tidak pernah memberikan siswa sanksi untuk siswa. Pertanyaan nomor 5 mengenai apakah dalam setiap pelajaran Pendidikan Agama Katolik guru Pendidikan Agama Katolik memberikan kesempatan bagi 86 siswa untuk mengungkapkan gagasannya. Guru Pendidikan Agama Katolik dan kelima siswa menjawab bahwa guru memberikan kesempatan, namun terkadang beberapa siswa tidak mau untuk mengungkapkan gagasannya dan bersikap pasif di kelas. Cara yang digunakan guru untuk mengelola pelajaran supaya siswa terlibat aktif adalah dengan pendahuluan menyapa, mengungkapkan tujuan pembelajaran, sharing, refleksi, kerja kelompok, dan siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan gagasannya. Tanggapan yang diberikan guru ketika ada siswa yang mengungkapkan gagasannya menurut kelima siswa adalah guru menerima dan mempertimbangkan gagasan yang diungkapkan siswa. Ketika gagasannya benar maka guru akan memberikan pujian dengan berkata: “ya bagus”, “kamu pintar”. Ketika gagasan yang diungkapkan siswa kurang tepat, maka guru tidak pernah memarahi siswa, guru selalu mendorong siswa supaya tetap tekun, guru juga akan meminta siswa lain membetulkan gagasan yang kurang tepat, dan guru juga akan membetulkan gagasan siswa jika dirasa gagasan yang diungkapkan belum sesuai atau belum lengkap. Pertanyaan nomor 6 mengenai pernahkah siswa menceritakan permasalahan yang kamu alami kepada guru Pendidikan Agama Katolik. guru Pendidikan Agama Katolik menjawab ada beberapa siswa yang mau untuk bercerita, namun tidak semua. Dari kelima responden siswa, terdapat 3 siswa yang pernah menceritakan permasalahan yang dialaminya yaitu responden siswa 1, responden siswa 2, dan responden siswa 5. Mereka mengungkapkan alasan yang membuat mereka berani menceritakan permasalahannya kepada guru Pendidikan Agama Katolik karena guru dapat membantu siswa, guru dapat dipercaya seperti seorang 87 sahabat, dan karena guru bersikap terbuka. Sedangkan, 2 orang siswa sebagai responden mengatakan belum pernah menceritakan permasalahan mereka kepada guru Pendidikan Agama Katolik yaitu responden siswa 3 dan responden siswa 4. Penyebab siswa tidak berani menceritakan permasalahannya karena malu, takut rahasianya dibongkar, dan kurang percaya. Tanggapan yang diberikan guru Pendidikan Agama Katolik pada siswa yang menceritakan permasalahannya yaitu guru mendengarkan siswa, menjaga rahasia, merespon baik, memberikan nasihat, membantu siswa menarik makna dari permasalahan yang dihadapinya, membantu memberikan solusi, dan guru memotivasi siswa untuk dapat menyelesaikan masalahnya. Bahkan untuk permasalahan tertentu, guru melakukan home visit dan mengajak orang tua untuk bekerja sama dengan sekolah dalam mendidik siswa. Pertanyaan nomor 7 mengenai cara yang sudah dilakukan guru Pendidikan Agama Katolik untuk mendukung siswa-siswinya supaya siswa terlibat aktif dalam proses berlajar mengajar. Cara guru mengajak siswa supaya terlibat aktif adalah dengan melakukan pendekatan secara personal, memotivasi siswa untuk belajar, dan meminta siswa lain untuk menjadi partner kerja guru. Kelima responden siswa mengungkapkan cara yang sudah diterapkan guru supaya siswa terlibat aktif dengan: guru memberikan pertanyaan, memberikan apresiasi pada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan, guru memberikan semangat, guru menceritakan hal-hal yang lucu yang membuat siswa senang belajar, dan guru mengajak siswa untuk kerja kelompok. Namun, siswa responden 2 88 mengungkapkan bahwa kebanyakan di dalam kelas siswa bersikap pasif karena lebih suka main HP. Pertanyaan nomor 8 mengenai sikap positif seperti yang dapat membuat seorang guru dapat menjalin komunikasi yang lebih dekat dengan siswa. Guru dan kelima responden siswa menjawab sikap sopan, santun, terbuka, jujur, ramah, sikap yang mendukung siswa supaya giat belajar, lucu, bisa menerima masukan dari siswa, dapat dipercaya, dapat memahami segala yang dikomunikasikan oleh siswa, dan sabar. Sikap positif seperti apa saja yang telah ditunjukkan oleh guru Pendidikan Agama Katolik untuk menjalin komunikasi yang lebih dekat dengan siswa yaitu: guru menerima siswa, bersikap pengertian, sabar, ikhlas dalam menolong siswanya, mau untuk menyapa siswa terlebih dahulu, membantu siswa mengubah sikapnya untuk menjadi lebih baik, terbuka dalam memberikan nasihat, dan sabar. Pertanyaan nomor 9 mengenai sikap guru Pendidikan Agama Katolik dalam menghormati siswanya. Guru menjawab bahwa ia menghormati semua siswanya dan kelima responden siswa juga mengatakan bahwa mereka merasa dihormati. Guru Pendidikan Agama Katolik menghormati siswanya setiap saat dan ditunjukkan dengan: membela siswanya yang diejek atau dihina, guru terlebih dahulu memulai komunikasi dengan siswa, melalui bersalaman, guru juga menciptakan komunikasi dua arah, mengajari siswa dengan sabar, mengapresiasi siswanya, dan guru menasihati siswa sambil menyentuh siswa. Sikap yang ditunjukkan guru membuat guru dapat menjadi guru, teman, bahkan orang tua bagi siswanya. 89 Pertanyaan nomor 10 mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Ada dua faktor yang memperngaruhi motivasi belajar siswa yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa. Guru dan kelima responden siswa mengungkapkan faktor dari luar yang memperngaruhi motivasi belajar siswa adalah keluarga, guru, materi pelajaran, dan teman-teman. Sedangkan, faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi motivasi belajar siswa menurut responden siswa adalah ketekunan, kedisiplinan, semangat juang, keinginan untuk berprestasi, mengetahui kewajiban untuk belajar, dan keinginan untuk mendapatkan masa depan yang baik. Pertanyaan nomor 11 mengenai fungsi dari motivasi belajar bagi siswa. Guru dan seluruh responden siswa menjawab motivasi dapat menumbuhkan semangat belajar siswa, membuat siswa rajin belajar sehingga pengetahuan siswa bertambah luas, motivasi belajar membuat siswa berprestasi dan dapat membanggakan orang tua, motivasi juga memberikan harapan akan masa depan yang lebih baik dan sukses. Pertanyaan nomor 12 mengenai tujuan siswa mempelajari mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Guru dan siswa menjawab tujuan siswa mempelajari Pendidikan Agama Katolik adalah untuk memperkuat iman, pengetahuan iman, untuk membentuk iman, dan semakin mengenal Yesus Kristus, dan dapat menjadikan Yesus Kristus sebagai teladan hidup, membantu siswa dalam mengubah sikapnya supaya semakin sesuai dengan Yesus Kristus, dari sikap siswa yang baik maka diharapkan juga siswa dapat menjadi teladan bagi orang 90 lain, membuat siswa semakin terlibat aktif dalam kegiatan menggereja, dan membuat siswa dapat memaknai pengalam hidupnya sebagai karya Allah. Pertanyaan nomor 13 mengenai sejauh mana tujuan dari mempelajari mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik yang diinginkan sudah tercapai. Guru dan kelima responden mengungkapkan tujuan yang diharapkan berlum tercapai sepenuhnya karena pendidikan agama adalah sebuah proses yang membutuhkan waktu lama karena materinya cukup sulit dan kurangnya waktu untuk mempelajari mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Indikasi bahwa sebagian tujuan sudah tercapai dapat dilihat melalui nilai akademis, perubahan sikap siswa menjadi lebih baik, dan siswa menjadi semakin mengenal Tuhan Yesus. Kelima siswa juga mengungkapkan indikasi bahwa tujuan mempelajari Pendidikan Agama Katolik belum tercapai sepenuhnya karena untuk pergi ke Gereja terkadang siswa masih harus diajak orang tua, ada yang lebih suka bermain HP saat di kelas maupun di Gereja, dan terkadang masih belum bisa mensyukuri hidup. Pertanyaan nomor 14 mengenai sejauh mana kemampuan guru dalam menjalin komunikasi yang dekat dengan siswa akan dapat meningkatkan semangat siswa dalam belajar. Guru mengatakan jika terjalin hubungan yang baik dan dekat dengan siswa tentu siswa akan merasa diperhatikan dan akan meningkatkan motivasi belajar siswa, guru menjadi lebih mampu mendorong siswa dalam belajar, dan figur guru yang dekat dengan siswa akan memberikan keteladanan pada siswa. Kelima siswa mengungkapkan jika guru semakin dapat berkomunikasi dekat dengan siswa, maka guru akan semakin mengenal siswa, 91 semakin dapat mendukung siswa dalam belajar, siswa juga tidak akan malu bertanya kepada guru tentang materi yang belum ia pahami, guru yang mampu berkomunikasi dekat dengan siswa menunjukkan figur guru yang menyenangkan dan menjadi lebih menarik bagi siswa dan akan memberikan efek siswa lebih tertarik dengan figur guru dan menjadi bersemangat untuk mempelajari mata pelajaran guru tersebut.

2. Laporan Hasil Observasi