Gambaran Motivasi Belajar Pendidikan Agama Katolik dan Faktor-

113

2. Gambaran Motivasi Belajar Pendidikan Agama Katolik dan Faktor-

faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Pendidikan Agama Katolik Siswa Kelas VII di SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu Motivasi belajar adalah keinginan, dorongan, pertimbangan, dan alasan yang membuat siswa tekun belajar. Siswa tidak akan pernah belajar jika ia tidak termotivasi untuk belajar dan siswa tidak dapat dipaksa untuk belajar karena apabila siswa dipaksa untuk belajar maka apa yang ia pelajari tidak akan bisa dipahami dengan baik. Maka, setiap siswa harus memiliki keinginan untuk belajar dan melibatkan diri dalam proses belajar. Motivasi dalam mempelajari Pendidikan Agama Katolik berbeda dengan mempelajari mata pelajaran yang lainnya karena tujuan mempelajari Pendidikan Agama Katolik adalah untuk mencapai keutuhan pribadi dalam iman akan Yesus Kristus dan bukan semata-mata untuk mencari nilai yang terbaik. Motivasi dalam mempelajari Pendidikan Agama Katolik dapat tumbuh dari dalam dirinya sendiri yang disebut motivasi intrinsik ataupun karena pengaruh dari luar yang disebut dengan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik harus dapat berjalan seimbang. Dari hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Katolik dan dengan kelima responden siswa kelas VII diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu: faktor dari dalam diri siswa dan dorongan dari luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi motivasi belajar siswa menurut responden siswa adalah ketekunan, kedisiplinan, semangat juang, keinginan untuk berprestasi, mengetahui kewajiban untuk belajar, dan keinginan untuk mendapatkan masa depan yang baik. Sedangkan, faktor dari luar 114 yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah keluarga, cara guru berkomunikasi dan menjalin relasi, materi pelajaran, dan teman-teman. Hasil observasi yang dilakukan penulis di kelas VII juga menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar berasal dari dalam diri siswa sendiri dan dari luar, contohnya: belajar karena disuruh oleh guru meskipun itu hanya terjadi pada beberapa siswa yang membuat kegaduhan di kelas, namun secara keseluruhan siswa sudah melakukan kegiatan belajar karena adanya motivasi intrinsik. Senada dengan hasil wawancara dan hasil observasi, data hasil kuesioner juga menunjukkan 96 siswa belajar lebih dipengaruhi adanya motivasi dari dalam diri siswa sendiri, sedangkan untuk hasil motivasi ekstrinsik sebanyak 71 siswa menjawab belajar karena adanya dorongan dari luar. Fungsi dari motivasi belajar dari hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Katolik dan dengan kelima responden siswa kelas VII mengatakan motivasi dapat menumbuhkan semangat belajar siswa, membuat siwa rajin belajar sehingga pengetahuan siswa bertambah luas, motivasi belajar membuat siswa berprestasi dan dapat membanggakan orang tua, motivasi juga memberikan harapan akan masa depan yang lebih baik dan sukses. Hasil dari observasi juga menunjukkan bahwa siswa sudah menyadari fungsi dari motivasi belajar yang ditandai dengan siswa tekun dalam mempelajari Pendidikan Agama Katolik. Hasil penyebaran kuesioner juga menunjukkan data sebanyak 95 siswa menyadari fungsi motivasi belajar menentukan ketekunan siswa dalam belajar, motivasi dapat menumbuhkan semangat untuk berprestasi, motivasi belajar menumbuhkan semangat untuk dapat mengatasi berbagai kesulitan yang dihadapi, dan motivasi 115 belajar mendorong siswa belajar dengan jujur. Data hasil dari kuesioner senada dengan hasil wawancara dan observasi. Data dari hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Katolik dan kelima siswa, serta data hasil penyebaran kuesioner menunjukkan hal yang sama yaitu siswa sudah mengetahui tujuan mempelajari Pendidikan Agama Katolik. mempelajari Pendidikan Agama Katolik untuk: membentuk cita-cita yang luhur, berusaha hidup sesuai dengan ajaran Allah, membuat siswa semakin mengasihi Allah, membuat siswa semakin mengasihi sesama, membuat siswa tidak mudah putus asa, membuat siswa aktif dalam kegiatan menggereja, dan memperkuat iman siswa. Hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Katolik dan kelima responden siswa kelas VII mengungkapkan mengenai sejauh mana tujuan mempelajari Pendidikan Agama Katolik sudah tercapai menunjukkan bahwa berlum tercapai sepenuhnya karena pendidikan agama adalah sebuah proses yang membutuhkan waktu lama. Tujuan mempelajari Pendidikan Agama Katolik belum tercapai sepenuhnya karena materinya cukup sulit dan kurangnya waktu untuk mempelajari mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Indikasi bahwa sebagian tujuan sudah tercapai dapat dilihat melalui nilai akademis, perubahan sikap siswa menjadi lebih baik, dan siswa menjadi semakin mengenal Tuhan Yesus. Kelima siswa juga mengungkapkan indikasi bahwa tujuan mempelajari Pendidikan Agama Katolik belum tercapai sepenuhnya karena untuk pergi ke Gereja terkadang siswa masih harus diajak orang tua, ada yang lebih suka bermain 116 HP saat di kelas maupun di Gereja, dan terkadang masih belum bisa mensyukuri hidup. Dari hasil kuesioner diketahui bahwa motivasi belajar siswa untuk mempelajari Pendidikan Agama Katolik dalam penelitian ini menunjukkan lebih dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa dibandingkan dari luar diri siswa. Hampir seluruh siswa sudah menyadari fungsi dari motivasi belajar dan sudah mengetahui tujuan dari mempelajari Pendidikan Agama Katolik untuk dapat mengembangkan imannya akan Yesus Kristus dan mewujudkan imannya melalui sikap kasih kepada sesama. Tujuan dari mempelajari Pendidikan Agama Katolik memang belum tercapai sepenuhnya karena untuk mencapainya dibutuhkan proses yang sangat panjang bahkan proses itu berjalan seumur hidup hingga seseorang dapat menjadi pribadi yang utuh dalam iman akan Yesus Kristus dan untuk mewujudkannya dibutuhkan motivasi yang kuat.

3. Kemampuan Komunikasi Interpersonal Guru Pendidikan Agama