Kesimpulan Hasil Penelitian GAMBARAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU

118 siswa dalam belajar. Price 1968: 8-9 mengungkapkan bahwa syarat penting bagi seorang guru adalah memperhatikan kebutuhan siswanya dan untuk dapat mengetahui kebutuhan siswanya, guru harus mengenal siswa secara mendalam. Setelah mengetahui kebutuhan siswanya, seorang guru Pendidikan Agama Katolik harus memiliki hasrat untuk menolong siswanya. Price juga mengatakan jika kasih dan hasrat untuk melayani siswa dapat menutup ketidaksempurnaan tehnik guru dalam mengajar. Dengan memberikan perhatian dan mengajar dengan menggunakan metode komunikasi interpersonal yang diwarnai dengan kasih sayang maka siswa juga dapat semakin mengasihi Tuhan dan sesama. Hal ini bisa terjadi karena siswa terinspirasi oleh guru Pendidikan Agama Katoliknya sehingga siswa semakin termotivasi untuk mengembangkan imannya sampai pada keutuhan pribadi.

E. Kesimpulan Hasil Penelitian

Pertama, dari hasil: wawancara, observasi, maupun kuesioner dapat disimpulkan guru Pendidikan Agama Katolik di SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu sudah mampu melakukan komunikasi interpersonal dengan setiap siswanya. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan guru dalam mengenal siswa meskipun belum mendalam. Guru Pendidikan Agama Katolik juga mampu melakukan komunikasi interpersonal pendekatan dialogis, sharing pengalaman hidup, dan dengan pendekatan persuasif untuk mendukung siswa bersemangat dalam belajar. Komunikasi interpersonal yang dilakukan guru Pendidikan Agama Katolik juga sudah menunjukkan sikap keterbukaan, empati, mendukung siswa, 119 menunjukkan sikap positif, dan sudah menunjukkan sikap kesetaraan dengan siswanya. Namun, guru Pendidikan Agama Katolik memang masih harus meningkatkan kemampuannya dalam menjalin komunikasi interpersonal supaya guru dapat mengenal siswa secara lebih mendalam bukan hanya sekedar nama maupun sifat, namun sampai ke latar belakang bahkan pergulatan hidupnya, mengetahui berbagai keprihatinan dan harapan siswa sehingga guru dapat menolong siswa untuk dapat semakin memperkembangkan iman siswa akan Yesus Kristus. Kedua, siswa-siswi kelas VII di SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu sudah mengetahui faktor-faktor yang mendukung motivasi belajar mereka, baik itu dari luar maupun dari dalam diri siswa. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa siswa-siswi kelas VII mempelajari mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik lebih dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa dibanding dengan faktor dari luar diri siswa. Siswa-siswi kelas VII juga dapat mengungkapkan fungsi dari motivasi belajar dan dapat mengungkapkan berbagai tujuan dari mempelajari Pendidikan Agama Katolik. Siswa-siswi kelas VII juga dapat mengungkapkan bahwa tujuan mempelajari Pendidikan Agama Katolik memang belum dapat tercapai sepenuhnya karena dibutuhkan proses yang panjang untuk dapat semakin beriman pada Yesus Kristus. Penting bagi guru Pendidikan Agama Katolik untuk memotivasi siswa karena tidak semua siswa memiliki keinginan untuk belajar sehingga dibutuhkan dorongan dari guru. Terlebih, motivasi belajar tidak pernah stabil atau sama dari waktu ke waktu maka 120 dibutuhkan peran guru untuk memotivasi siswanya supaya siswa tetap memiliki semangat belajar yang konsisten. Ketiga, kemampuan guru Pendidikan Agama Katolik dalam menjalin komunikasi interpersonal dengan siswa meningkatkan semangat siswa dalam belajar. Guru bisa menjalin komunikasi interpersonal dengan siswa, lebih mampu mendorong siswa dalam belajar. Figur guru yang dekat dengan siswa dapat memberikan keteladanan pada siswa. Semakin guru Pendidikan Agama Katolik dapat berkomunikasi dekat dengan siswa, maka guru semakin mengenal siswa, mendukung siswa dalam belajar, dan guru juga menjadi figur yang lebih menarik sehingga pelajaran yang dibawakannya juga menjadi lebih menarik, siswa juga tidak malu bertanya kepada guru tentang materi yang belum ia pahami. Figur guru Pendidikan Agama Katolik yang mampu menjalin komunikasi interpersonal mempengaruhi motivasi belajar untuk mempelajari mata pelajaran yang diampu oleh guru tersebut. 121

BAB IV UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI

INTERPERSONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SISWA Pada bab sebelumnya penulis telah menguraikan mengenai hasil penelitian kemampuan komunikasi interpersonal guru Pendidikan Agama Katolik dan pengaruhnya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa-siswi di SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu dan membahas hasil penelitian tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik sudah melakukan komunikasi interpersonal dengan siswa, namun kemampuan untuk melakukan komunikasi interpersonal dengan siswa memang masih perlu untuk ditingkatkan supaya guru Pendidikan Agama Katolik semakin mengenal siswa secara mendalam, baik itu nama, sifat, latar belakang, kekhawatiran, dan harapan siswa sehingga pelajaran Pendidikan Agama Katolik dimulai dari pengalaman hidup siswa. Untuk mengetahui berbagai pengalaman hidup siswa, diperlukan adanya komunikasi interpersonal antara guru Pendidikan Agama Katolik dengan setiap siswanya. Pada bab IV ini penulis akan memaparkan mengenai upaya yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal guru Pendidikan Agama Katolik demi meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama Katolik bagi siswa-siswinya. Berdasarkan hasil kajian pustaka pada bab II dan hasil