Krisis Relasi dengan Instansi Formasi Seminari Tinggi

Dukungan orang lain, seperti pembimbing rohani atau rekan Pastor senior juga membantu YI dalam menghadapi krisis yang dialami. Narasi YI mengenai pengalaman menderita sakit menggambarkan narasi progresif. Narasi progresif adalah narasi yang menggambarkan kehidupan sebagai suatu rangkaian tantangan yang mengandung kesempatan untuk maju. Sakit kanker yang dialami YI merupakan kesempatan untuk maju dengan merefleksikan peristiwa yang dialaminya sehingga YI tetap bertahan dan berkarya sebagai pastor. Konflik dalam narasi ini masuk dalam krisis psikososial integritas versus keputusasaan. Pada awalnya YI merasa kurang dapat menerima diri sendiri dan hidupnya dalam menghadapi sakit yang dialaminya. Hal ini membuat YI merasa kesepian dan tidak berdaya. Kebiasaan YI berefleksi menjadikan dirinya dapat melihat hikmah dari sakit yang dialami melalui proses refleksi. Selain itu, pengalaman sakit sebelumnya menjadikan YI lebih siap dalam menghadapi sakit untuk kedua kalinya. Hal ini merupakan kekuatan dasar dari konflik pada tahap krisis psikososial yaitu kebijaksanaan.

4. Kesimpulan

Ketiga narasi yang diceritakan menggambarkan narasi progresif. Narasi progresif menunjukkan bahwa pengalaman krisis merupakan suatu rangkaian tantangan yang mengandung kesempatan untuk maju. Kesempatan untuk mempertahankan panggilan sebagai seorang pastor. Berdasarkan tahap psikososialnya ada tiga krisis yang dialami, yaitu inisiatif versus rasa bersalah, otonomi versus rasa malu keraguan, dan integritas versus keputusasaan. Kekuatan yang muncul dari tahap krisis psikososial ini adalah tujuan, kemauan, dan kebijaksanaan. Krisis merupakan kesempatan untuk melihat kembali konflik yang dihadapi. Refleksi merupakan kesempatan untuk melihat kembali konflik yang dihadapi. Refleksi didukung kuat oleh motivasi dan pembelajaran pada pengalaman sebelumnya.

B. PENGALAMAN KRISIS SUBYEK 2 BM

Subyek kedua dengan inisial BM adalah seorang pastor projo. BM berasal dari Sleman, Yogyakarta. Kedua orang tua BM sudah bercerai sejak BM lahir. BM kemudian diasuh oleh ayahnya dan ayah BM menikah lagi hingga empat kali. Meskipun BM memiliki empat ibu tiri, tetapi BM adalah anak tunggal. Keluarga BM bukan keluarga Katolik. Kehidupan masa kecil BM diwarnai dengan relasi yang kurang harmonis dengan kedua orangtuanya. BM menceritakan bagaimana perlakuan ayahnya, manakala BM menyebut istilah ibu tiri. BM tidak merasakan kedekatan dengan orangtuanya. Meskipun dengan kelainan fisik yang dimiliki sejak kecil BM mampu menyesuaikan dan bergaul dengan orang-orang di sekitarnya. Kemampuan bergaul BM membawanya pada satu komunitas Katolik. Awalnya BM tidak tertarik untuk menjadi seorang Katolik, namun keterbukaan dan penerimaan orang-orang dalam komunitas itu, BM mulai tertarik dan perlahan-lahan belajar agama lalu dibaptis. Setelah menjadi seorang Katolik, BM tidak langsung termotivasi untuk menjadi pastor. BM menceritakan bahwa motivasi panggilannya menjadi pastor dapat dikatakan dangkal. Bahkan dengan kondisi fisik yang tidak mendukung, BM mengatakan banyak kendala untuk masuk Seminari. Akhirnya dengan usaha yang dilakukan, BM pun diterima di Seminari Menengah. Kehidupan di Seminari Menengah dilalui dua tahun, sebenarnya BM dapat menempuh pendidikan hanya satu tahun. Namun BM memilih dua tahun dengan alasan ingin lebih mempersiapkan diri sebelum masuk Seminari Tinggi. Kehidupan di Seminari Tinggi ternyata tidak sejalan dengan keinginan BM. BM memiliki harapan, namun harapan itu tidak ditemukan. Hingga akhirnya BM sempat mengundurkan diri dan hidup di luar Seminari. Kehidupan di luar ternyata tidak melupakan keinginannya untuk menjadi pastor, oleh karena itu BM kembali ke Seminari Tinggi dan meneruskan panggilannya menjadi pastor. Berdasarkan data wawancara, BM mengungkapkan 3 narasi pengalaman krisis. Krisis yang dialami BM adalah pengalaman relasi dengan keluarga berkaitan dengan pola asuh dan status dalam keluarga, pengalaman dalam karya atau tugas sebagai pastor, dan pengalaman relasi dengan lawan jenis.

1. Krisis Relasi dengan Keluarga Status dan Pola Asuh

BM memiliki perbedaan narasi dari YI dan YS. BM mengungkapkan lebih banyak narasi mengenai latar belakang keluarga,