bisa kq, buat anak banyak masak ga bisa, malah saya yang harus ikut nanggung, bapak  saya  ya  diam  dan  tanda  tangan  aja,  hingga  saya  tidak  tau  bahwa  bapak
saya tidak pernah ikhlas, baru saya tau setelah saya tahbisan diakon tahun 1981- 1980 okt baru bapak saya setuju, saya diberitahu tante saya. Ya ini dulu motivasi
saya begini DAV:  ya tidak terlihat  seperti yang lainnya, ya begitu bukan seperti mewartakan kabar apa gt
Lalu  ketika  sudah  diterima  dan  masuk  ke  seminari  menengah  apakah  ada pergulatan lainnya?
Ga kerasa…ga kerasa…ya diasrama itukan…ya saya biasa liar gitu kan,biasa, ya kalau diasrama itukan harus ikut acara jam sekian, lalu ada apa, lalu jam berapa
harus tidur siang, susah saya, lalu kalau apa itu, eee remi ketahuan itu dosa, ya saya  selalu  kena  hukuman  yang  saya  tidak  tahu  menau  kalau  itu  salah,  ya  remi
sanatai jam 9 malam dikelas itu, kan waktu itu ada jam rekreasi sendiri, tapi saya sama teman2 remi dikelaas, jaman dulu ada masih ada pembagian gitu diasrama,
yang  gede,  lalu  madya,  lalu  yang  kecil,  gt  di  mertoyudan,  kan  ga  boleh  kl  ke bagian yang lain, nah saya sering dulu ke bagian anak2yang kecil2, karena dulu
saya  sering  mendampingi  anak2kecil  dirumah,  nah  ituuu  dosa,  lalu  jalan  itu sentuhan gitu ada aturan regula status namanya, gandengan itu ga boleh, karena
ditakutkan aakan adanya persahabatan yang intim gitu ya, tapi ya saya ga mikir itu,  saya  jalan2  gandengan  itu  yaa  dosa,  ya  itu  akhirnya  saya  mendapatkan
hukuman  yang  tidak  jelas,  lalu  kalau  menipu  itu  ya  pernah  gt,  kalau  ada undangan pesta dirumah teman, ijinnya pulang, padahal ga ada pesta, lalu ketika
waktunya harus kembali, ternyata kembalinya ga bareng2 dan akhirnya ketahuan, ya  di  mertoyudan  sebagai  seorang  remaja  ya  konfliknya  sepertiitu,  hal2  yang
menurut  saya  biasa  liar  ya  bebas  lalu  hidup  dengan  system  44:27  Hanya  saja saya  suka  merasa  apa  ya,  merasa  sedih  kalau  ada  teman  yang  keluar
mengundurkan  diri  dari  seminari.  Padahal  saya  liat  mereka  yang  keluar  itu pinter2,  rajin,  tekun,  sopan  ya  dibandingkan  dengan  saya.  Makanya  ketika  ada
yang  keluar  saya  lalu  lari  ke  kapel.  Doa  dan  bertanya  kenapa  teman  saya  yg seperti  itu  bias  keluar,  sys  ring  melakukan  pelanggaran  tetapi  teman  saya  yang
baik seperti itu  kenapa keluar? Suatu  saat pernah saya tanyakan hal ini  kepada salah satu staff, dan staff itu mengtakan bahwa saya memiliki ketaatan. Tapi saya
tetap tidak mengerti Waktu di seminari mertoyudan berarti Romo KPA?
Waktu  itu  BCA  belum  ada  KPA  kl  yang  dari  SMA,  kl  yg  dari  SMP  itu  BCP,  di BCA itu 2 th, tapi dulu kl yang nilainya oke oke itu bs 1 th, sy bs 1 th, tp saat itu
saya merasa belum siap yak arena rohani saya belum siap, jd saya minta wktu itu ikut yang biasa2 saja.
Ceritakan Romo ketika di seminari tinggi hingga Romo ditahbiskan? Saya mulai
ditingkat satu wktu itu,masuk ya gitu…ya saya memang saya tidak suka dengan suasana disiplin ya begitu misalnya jam malam begitu,saya kan apa ya ga pernah
puas  begitu,  tidak  pernah  puas  dengan  bimbingan,  kuliah  ya  kuliah  begitu saja,rohani ya renungan meditasi sendiri,semua ada jamnya, sehingga suatu saat
saya  punya  kelompok,  kelompok  kecil  bertiga  orang,  klo  uda  malam  itu  lampu mati, dulu belum ada listrik PLN jd cahaya menggunakan lilin, kami ambil lilin di
kapel,  lalu  pergi  kebawah  meja  lalu  kami  tutupi  dengan  kain  dan  cahaya  lilin
itu,kami  lalu  membaca  kitab  suci,  klo  ketahuan  itu  pelanggaran  lo  kl  jaman dulu,hehehe…padahal  baca  kitab  suci,heeeehe,ya  saya  tidak  puas  dengan  yang
diberlakukan  itu,  jd  saya  tidak  pernah  puas  dengan  aturan  yang  diberlakukan disana  itu,lalu  dari  segi  fasilitas  saya  merasa  kurang,ingin  nuntut  ini,nuntut
itu…na ketika tingkat satu itu saya merasa kq hanya seperti ini, hanya itu saja, sehingga  saya
ingin  apa…ingin  sakit,  sakit  pakai  opname..biar  bebas gt,heheee..kl  di  mertoyudan  dulu  opname  itu  gara2sakit  mata  itu  belekan,ya  itu
diasingkan,jd bebas dari rutinitas,saya juga pengen nah pas kebetulan saya sakit opname,jd  sehari-hari  jika  teman2  kuliah  saya  hanya  melihat  mereka  berangkat
kuliah.  Perasaan  kurang  itu  membuat  saya  terus  berpikir,  saya  tidak  bisa  hidup jika  tidak  dari  keringat  saya  sendiri,  jadi  karena  itu  saya  memiliki  alasan  kuat
untuk  mengundurkan  diri.  Saya  ingin  hidup  dari  kerja  saya  sendiri.lalu  saya menghadap dan mengatakan saya keluar, jika selama 2 tahun saya tidak kembali
ke  seminari,  berarti  saya  tidak  terus  melanjutkan  di  seminari.  Dah  saya  keluar, sejak saat itu saya belajar hidup tidak dibantu orang tua, saya kembali ke paroki,
sebetulnya saya keluar itu saya mengajar di SMA…saya mengajar di SMA itu,lalu bapak  saya  bertanya  kepada  saya,”kamu  masih  mau  menjadi  pastor  ga?”  lalu
saya  menjawab  “masih”,lalu  bapak  saya  bilang  “kalau  masih  mau  menjadi pastor,
jangan  jadi  pegawai”  nah  saya  akhirnya  tidak  mengajar  lagi,  karena bapak saya ga boleh,tp saya tetap aktif di paroki,lalu saya ikut training ancounser
untuk rekaman2an sandiwara,lalu saya rekaman dan dapat uang,lalu ada pentas di  ambarukmo,  saya  ikut  pemain  gamelannya,  ikut  aja  gt  lalu  ada  salah  satu
pemain  yang  kosong,  saya  ditanya  kamu  bisa,  klo  gamelan  saya  bisa,  akhirnya saya main gamelannya. Lalu setelah itu ada wayangnya saya coba main2kan,ada
orang bilang bisa main wayang dek, saya jawab bisa padahal waktu itu lakonnya asal2an,  saya  main fragmen 1 jam, lalu saya dijadikan dalang  diberikan jadwal
main,ya dalang yang asal2an aja, ya dari situ saya hidup saya ambil honor saya 30 ya saya bisa beli makan, beli kebutuhan sehari-hari, lama-lama saya hidup
ya  kaya  sepeerti  itu,  tapi  dari  hidup  yg  seperti  ini  lama2  ada  yang  tidak  bisa hilang,  saya  ingin  kembali  ke  seminari.  Padahal  dulu  saya  asal2an,tertahan
gitu,lalu karena itu setelah 2 tahun saya daftar lagi ke seminari, masuk lagi..dah ya  setelah  itu  konfliknya  itu  biasa  seperti  berani  dengan  staf.  Lalu  konflik
terbesar  saya  sadar  saya  itu  adalah  saya  tidak  punya  cinta  itu,  karena  saya dengan  orang  tua  tidak  bisa  mesra,  bawasanya  saya  konflik  dengan  teman  dan
staf itu biasa ya, tapi konflik batin terbesar ya itu saya tidak bisa mesra  dengan orang  tua,  sehingga  saya  harusnya  tidak  boleh  ikut  topper  tahun  orientasi
pastoral itu. Saya lalu mengalami kecelakan, saya tidak ikut ujian dan berharap ada penundaan tingkat setahun, ternyata eeee saya disuruh naik tingkat, ternyata
ujian saya dibuat dobel, tingkat 5 dan tingkat 6, ya lulus aduuuuhh..saya berjuang untuk  menunda  tapi  ternyata  tidak  bisa,ya  saya  masih  tidak  bisa  mesra  dengan
orang tua, tapi saya belajar untuk mencintai orang tua karena saya ingin menjadi imam,  tapi  karena  mesra  itu  ukurannya  mesra  ya  afektif  ya,  saya  tidak
ada.sampai sekarang. Dengan bapak saya sekarang sudah meninggal dengan ibu
saya…saya ga bisa.lalu pada akhirnya saya mendapatkan bimbingan bahwa cinta itu tidak perlu mesra, cinta itu tidak perlu romantic, cinta itu bisa egosistis, nanti
kalau ga cocok nanti ga mau lalu Rm.Mangun mengatakan cinta itu tidak melulu
dengan orang tua, kalau tidak tau  orang tuanya lalu dicariin itu wayang…ya ga
mesti  begitu  ..ya  saya  selalu  mendapa tkan  bimbingan  itu  saya  mencoba…ya
begitu,dan  2  bulan  sebelum  sy  tahbisan  bapak  sy  meninggal.  Dan  saya  bau  tau bahwa selama ini bapak saya tidak pernah setuju saya jadi Pastor, sampai pada
tahbisan  diakon  beliau  bilang  pada  tante  saya  ya  sudah  kalau  memang  itu panggilannya  dia,  saya  rela.  Sehingga  kalau  waktu  itu  libur  saya  tinggal  di
rumah  bapak  saya  tidak  mempersoalkan  itu.  Saya  sebelum  mau  ditahbiskan sempat  berkonflik  dengan  bapak  saya,  saat  itu  keluarga  saya  merancang  untuk
mengadakan pesta tahbisan saya,tapi saya tidak mau,padahal saya dari keluarga yang cukup mampu, tapi saya tidak mau, karena saya diajarkan bapak saya untuk
hidup  sederhana,  merasakan  kesulitan  orang  lain,  saya  punya  teman2  itu sekolahnya  tidak  tinggi2..smpe  saya  itu  dulu  dibuatkan  sepatu  khusus,  karena
kaki  saya  pincang..tapi  saya  bisa  lulus  perguruan  tinggi  dan  ditahbisakan..distu saya tidak sampe hati melihat teman2 saya, nah itu konfik besar dengan keluarga.
Sampai bapak saya sebelum meninggal menitipkan surat kepada pembantu saya, isi surat itu ya bapak saya minta maaf, maaf kl selama ini suka marah, melakukan
tindakan  yg  tidak  menyenangkan,  bapak  saya  juga  mengatakan  bahwa  dirinya bangga kepada saya karena telah mampu mengambil jalan hidup seperti ini. Saya
konflik  dengan  keluarga  saya  samapai  berani  dengan  om  tante  kakek  saya  saya katakan sini uangnya saya terima, nanti akan saya bagikan kepada mereka yang
membutuhkan,karena  apa  saya  tidak  mau  menjadi  Romo  yang  mencari  uang nantinya.  Ketika  mau  tahbisan  ada  rame  gitu  sehingga  saya  mesra  tidak  beres
apa  itu  kerohanian,  tidak  mesra  dengan  keluarga  selalu  konflik  tidak  disiplin dengan keluarga ya sudah jadi keyakinan itu ya pasti konflik tapi saya bertahan
,meskipun  ya saya gelisah tapi saya bertahan yg sampai  sekarang  menurut  saya itu  sering  muncul  dalam  mimpi,  mimpinya  masih  dikentungan  gt  dikentungan
studi gitu mimpinya,habis ujian ga bs,atau saya keluar dari Imamat karena tidak layak  jd  imam  itu  sering,  sering  itu  saya  alami,  itu  klarena  tdk  puas  banyak
ketidakpuasan,  sering  m,impinya  itu  gioyah  lagi,  belum  tahbisan  heheheh  sy merasa  ini..nti  setelah  tahbisan  itui  perkaranya  warisan  kan  sy  anak  tunggal  jd
tahun  pertama  tahbisan  saya  ngurusin  rumah  karena  banyak  saudara  mau menempati rumah dikontrakan mereka butuh uang tapi rumah dibiarkan gitu aja
lamupu  mati,  yaaaa…akhirnya  rumah  saya  jual,lalu  ibu  tiri  itu  selalu  itu  anak saya,ada  2  yang  katolik  sy  tidak  pernah  memaksakan,  ya  saya  mau  mengurus
mereka kl mereka ada yang sakit diluar itu saya ga mau.secara hukum kan sudah ga ada tanggung jawab lagi karena sudah dicerai, tp mereka selalu mengaku itu
anak  saya  itu  anak  saya.  Lalu  kalau  secara  hirarkis  itu  nanti  larinya  konflik dengan  temankan  saya  itu  tidak  pernah  puas  ya,  lalu  ketika  saya  merancang
sesuatu,  nanti  dikatain  kok  cuman  begitu  saya  kan  terbentuk  praktis,  selalu  ada ide yg lain  cuma ikut2 nanti pas  jadi  kok  cuma begitu,  yang lain hanya berpikir
konsepnya  tapi  tidak  bisa  dijalankan  saya  yang  praktis2aja  dan  bisa dijalankan..apalagi kondisi saya yang pincang tidak sepereti yang lainnya, secara
liturgis  memang  ada  hambatan,  ya  saya  ubah  akhirnya  hehehe  saya  hanya  ikut Uskup  dan  melayani  umat,  tahun  88  kuliah  di  Manila  Sosiologi  dan  semakin
mendalami  bahwa  small  is  beautyfull
hehehehe…konflik  karya  misal  projo dengan  SJ  karya  museum  tenaga  dari  keuskupan  karya  SJ,  jadi  rebutan
musiografi  umum,  musiologi  menekankan  nilai2nya  lalu  saya  banyak  kerjaan yang  diberikan  kepada  saya  yang  belum  jelas  jaman  itu  karya  inkonvensional
karya  missioner  kemasyarakatan.  Lalu  saya  berpikir  merenung  itu,  saya  lalu melihat  apakah masalah ini frustasi atau  derita. Kalau  penderitaan ini  salib,  itu
yang  dari  karya,  kalau  frustasi  itu  hanya  perasaan  beban  bukan  karena  karya. Lalu dari karya itu ada ekses krn sering tampil yang mengagumi banyak termasuk
perempuan  yang  terlibat  sejak  frater  itu  ada  wuaaa  ya  itu  susah,  lalu  saya berpikir  ini  derita  atau  frustasi.  Suatu  ketika  frustasi  itu,  keselahan  saya  kalau
sudah dekat perempuan jawa itu matriarki bukan patriaki, sehingga anak itu lebih dekat  dengan  garis  ibu,  saya  belajar  dari  itu  saya  mulai  belajar  dari  situ.
Awalnya mulai diajak jajan, lalu ditawarin, mau saya bantu pijetin Romo?,ya gitu pelan  sekali  tidak  sadar  nanti  kalau  sudah  gini  saya  mulai  dikuasai  satu  sisi  ga
sampai  hati    nah  inilah  frustasi.  Sampai  kalau  dipastoran  itu  ada  yang  tunggu saya,  saya  sengaja  untuk  ga  pulang  kepastoran  dulu  baru  sampai  dia  pulang,
ternyata belum pulang, itu konflik tidak hanya sekali tapi lebih, ya awalnya dari kasihan it terus secara tidak sadar ya itu nang  ning nungn lama kelamaan sadar
saya  harus  bisa  menjaga  diri  sampai  20  tahun  imamat  masih  kacau  balau  soal
ini,hihihi….ya setelah apa itu mulai ambil jarak dari karya lebih banyak hening sebetulnya  imamat  ke  23  mulai  peka  ada  kekebalan  sekssologi,  karena  memang
saya  senang  hehehehe….23  itu  saya  mulai  peka  saya  kan  terkenal  enak  kalau kotbah kalau formal saya ga suka..dulu saya sering dapat surat kaleng, ternyata
umat menerima saya apa adanaya Konflik  bagi  saya  sudah  ada  bagian  dala
m  hidup…kalau  disuruh  positif thingking, kalau ga bisa kenapa harus positif thingking..konflik itu sah dihadapan
Y esus,  konflik  itu  sah  itulah  hidup….kalau  hidup  searah  seimbang  itu  pasti
mandek…nah itulah dinamika orang harus sadar pada dirinya sendiri dulu orang harus  sadar  biasnya  dulu..kalau  sudah  sadar  bisa  hadir  sebagai  prbadi  dengan
persona…sadar keunikannya sadar akan biasnya 26  tahun  imamat  sudah  mulai  pinter,hehehehe…….ya  itu  yang  bisa  saya
sharingkan.
C. SUBYEK 3
Slamat pagi Romo Ya slamat pagi
terimakasihRomokarena telah menyediakan kesempatan utk wawancara kali ini.  Pada  kesempatan  ini,  saya  terlebih  dahulu  ingin  bertanya  ttg  biografi
Romo,  siapakah  Rm  kardi  itu?lahir  dimana,  dibesarkan  dalam  lingkungan keluarga yg seperti apa?Sekolah dimana?sampai akhirnya mau memutuskan
untuk menjadi pastor Ya nama saya Yulius Sukardi, lahir di sangit Kulon progo, tanggal 18 November
1942,  waktu  kecil  saya  SD  negeri  karenawaktu  itu  ga  ada  SD  Katolik  di  tempat
saya.  Setelah  tamat  SD  saya  masuk  SMP  PL  boro  tahun…  eee  Agustus  1955, waktu  itu saya sudah  kost,  jadisetelah SD dari SMP saya kost  sama kakak saya.
Selesai  tahun1958  dari  situ  ikut  tes  masuk  ke  Seminari  Mertoyudan  dan  masuk kesana  tahun  58.  Disana  lulusan  SMP  mengikuti  pelajaran  persaman  dengan
mereka yang dari SD, karena waktu itu masih ada anak Seminari yang dari SD. Lalu saya jadi satu kelas denganteman-teman yang dari SD tadi, disana masih 4
tahun,  distu  juga  masuk  persamaan  SMA,  jadi  ijasah  negeri  ijasah  umum, ujiannya dimagelang waktu itu, dari situlah kami memilih, ada beberapa pilihan
komunitas  imam  atau  imam  itu  berbagai  macam,  seperti  SJ  MSF,  trapisatau Projo, yang lainnya ga begitu nampak karena kami tidak  diberi gambaran yang
lain. Lalu saya memilih Projo, ber 9 lalu masuk ke Seminari Tinggi di jalan code waktu  itu.  Nah  itu  perjalanan  umum  saja,  kemudian  ada  perubahan-perubahan
situasi  di  tahun  65  dan  sebagainya  akhirnya  kami  th  67  pindah  ke  kentungan, selesai  disana  th  70  tapi  waktu  itu  saya  sakit.  Akhirnya  ber  4  yang  selesai  dari
yang  masuk  ber  16,  9  dari  Seminari  Menengah,  yang  ditahbiskan  cuma  ber  4,
setelah 7 th pendidikan…yang 2 ditahbiskan akhir th 70 yang dua ditahbiskan 25 agustus 71, saya ditahbiskan 25 agustus 71, itu perjalanan di Seminari Menengah
sampai Seminari tinggi, itu hanya umum…tapi sebenarnya kami ada perjuangan- perjuangan yang kami alami…Seminari Menengah, perjuangan yang kami alami
sebagian  besar  adalah  masalah  studi,  masalah  lainnya  tidak  begitu  terasa, memang  masalah  studi  yang  terlihat  sangat  berat,  sehingga  ada  “fak  faktor”
yang  memang  terasa  berat,  harus  ada  perjuangan  lah  istilahnya  begitu,  dalam pergaulan memang juga sedikit terasa, dalam pergaulan itu ada,  saya kan anak
ndeso  dengan  teman-teman  yang  dari  kota,  istilah  minder  itu  ada,  jadi  mereka yang dari ndeso ada perbedaan-perbedaan fasilitas yang diberikan dari keluarga,
meskipun tidak mencolok, meskipun kita sama, asrama sama, makan sama semua sama  tapi  tetap  ada  yang  mencolok  perbedaannya,  ya  karena  dari  asal  nya  itu
ya.Ya  saya  kira  perjuangannya  yang  mencolok  adalah  studi  dan  asal.  Keluarga saya  katolik  semua,  kami  ber  6  6  bersaudara,  eee  sebenarnya  waktu  itu  ber7
tapi  adik  saya  meninggal  waktusaya  di  Seminari  Menengah,  jadi  sekarang  saya yang kelima.
Kemudian  masuk  ke  Seminari  Tinggi  hampir  sama  masalah  studi  butuh perjuangan,  ya  nilai  saya  dapat  dikatakan  tidak  terlalu  jelek  tapi  juga  tidak
terlalu  bagus,  ya  butuh  perjuangan  tapi  yang  namanya  her  atau  remidial  saya
tidak pernah mengalami meskipun nilai tidak baik, saya harus berubah. Tapi ada juga  keluarga  yang  menggoda,  adasalah  satu  anggota  keluarga  yang  mengoda
saya  untuk  tidak  menjadi  imam,  saya  tidak  tau  itu  serius  atau  hanya  lemparan untuk sayaagar  berpikir,  tapi itu yang membuat  saya berpikir  terus melanjutkan
atau  keluar.  Tapi  juga  karena  teman,  ada  ju
ga teman yang mengajak “yo metu wae  yo  dari  pada  disini,ngapain  disini?”  tapi  kalau  keluar  itu  kan  harus
bertanggung  jawab,  meninggalkan  panggilan  itu  kan  harus  bertanggung  jawab. Memang ada waktu itu teman-teman yang mengajak keluar karena kehidupan di
as
rama  itu  waktu  itu  karena  ga  cocok  dengan  staff….ada  kebijakan-kebijakan yang tidak disetujuikami itu ada …dari keluarga itu ada, meskipun tidak semua
keluarga tapi ada salah satu dari keluarga, dan dari teman itu juga ada, tapi itu jadi  pertimbangan,  lalu  lainnya  ada,  jadi  waktu  itu  saya  dipertengahan  di
Seminari  Tinggi  pada  tahun  orientasi  ditempatkan    pada  pabrik  10  bulan,  kami ber 2 orientasi tidak di paroki tapi di suatu lembaga untuk belajar tentang suatu
kemasyarakatan  nah  temanku  itu  dibidang  pertanian,  sedangkan  saya  dibidang buruh, karena buruh saya harus kerja jumat sabtu, bekerja dipabrik seperti buruh
itu,  temanku  bekerja  di  sawah,  nah  eeee  rupanya  saya  ga  tahan  distu  karena  t4 kerja  saya  lembab  saya  tidak  tahan  distu  dan  menyerang  paru-paru..diakhir
tahun oreinatsi itu saya terkena sakit paru-paru, kemudian itu kembali pada akhir tahun studi, tahun terakhir studi saya kena sakit yang sama maka saya kena sakit
yang  sama  2x  sehingga  saya  ditunda,  itu  masalah  kesehatan  yang  mengganggu ataumenghambat  saya.  Masa  penyembuhan  itu  membuat  saya  jenuh,  karena
disitu dokter selalu mengatakan kamu harus benar-benar sembuh, jadi ada flek di paru-paru  itu,  benar-benar  penderitaan,  begitu  dan  sangat  mencolok  yang
membuat  sedikit  menghambat  panggilan….Dari  keluarga  ada,  dari  teman  ada, dari sakit yang aku alami.Kalau dari pergaulan tidak terlau mencolok.Saya punya
kelompok membentuk kelompok dengan teman, yang pada akhirnya kelompok ini juga menguatkan panggilan.
Kembali di awal apa yang memotivasi Romo untuk menjadi pastor? Awalnya  tdk  terlalu  jelas,  cuma  pada  waktu  SMP  saya  kelas  2  SMP  saya
dipanggil  Bruder  Kepala  sekolah,  Bruder  bertanya  kamu  pernah  berpikir  untuk masuk ke Seminari menjadi pastor ga? Ya lalu saya menjawab ga pernah, karena
saya memang ga ada bayangan masuk ke Seminari, terus kelas 3 kembaliBruder bertanya  kembali  dan  saya  disuruh  matur  ke  RomoParoki,  lalu  saya
dipertemukan  dengan  RomoParoki  dan  distu  saya  bertanya  apa  itu  Pastor? Bagaimana mejadi Pastor?dsb, tidak terlalu jelas cuma pada waktu SMP itu saya
jadi  misdinar  itu  senang  ya  pake  jubah  jalan  di  gereja  waktu  itu,  ya  begitu akhirnya  saya  daftar  dan  diterima  saya  masuk  ya  sudah  saya  masuk  lama-
kelamaan  mengolah    panggilan  itu…ya  saya  hanya  merasa  kalau  dipanggil  ya bersyukur lah,awalnya begitu aja
LalubagaimanaRomo yakin bahwa ini adalah panggilanku? Ya  akhirnya  saya  merasa  bahwa  saya  bisa  menikmati,  artinya  gangguan-
gangguan itu tidak terlalu menghalangi, kalau Tuhan tidak menghendaki ya pasti akanada  sesuatu,  tapi  kalau  tidak  ada  ya  jalan  terus  apapun  itu.  Kalau  saya
berhenti  saya  harus  bertanggung  jawab  sebab  apa  saya  keluar,  tapi  kalau  tidak ada alasan kuat  ya saya terus, kalau  pimpinan  itu tidak memberikan peringatan
yang  mempertimbangkan  saya  keluar  ya  saya  tidak  keluar,  ya  meskipun  pada akhirnya  membawa  pemikiran  ngapain  jadi  Romo  ya  ituterus  aja  berjalan,
berjalan sama ada pendampingan gitu aja Tadi waktudi Seminari Menengah sampai Tinggi itu ada halangan dari studi,
teman, keluarga, tidak cocok dengan staff…Bagaimana caraRomomengatasi masalah tersebut?
Ya mengatasinya kalau dikeluarga saya mempertimbangkan, saya bertanya siapa yang  mengusulkan  itu  saya  liat  alasanya  apa,  sama  teman  juga  gitu  kita
bicarakan  alasan  keluar  apa?kita  bicara  akhirnya  ga  ketemu  suatu  alasan  yang bisa  dipertanggungjawabkan  ya  akhirnya  karena  rasa  bosan,  suasana  yang
begitu-begitu aja sepi ga ada tantangan  ya gitu aja Untuk  semua  seperti  kebijakan  dari  staf  dan  studi  apakah  sama
menyelesaikanya?
Ya gitu….sama saya liat kalau saya masih bisa terus dengan studi saya ya saya terus, memang ada yang karena masalah studi harus ada yang berhenti, ada yang
karena  masalah  keluarga  karena  dia  harus  membantu  keluarganya  dan  harus
berhenti juga ada, terus ada yg kerja dulu keluar terus kembali lagi juga ada…ya kembali  ada  gayang  bisa  dipertanggungjawabkan  dari  alasan  keluar  dari
Seminari itu? Biasanya ada pertimbangan dari teman dan pembimbing rohani, iu sangat  mempenagaruhi  terlebih  pembimbing  rohani,  selain  untuk  itu  juga  untuk
mengaku dosa, jadi harus ada pembimbing rohani. Lalu  saya  pernah  mendengar  kalau  saat  sebelum  tahbisan  itu  saat-saat
penting? Ya  memang  untuk  sebelum  tahbisan  itu  kita  harus  retret  ya,  karena  memang
harus memutuskan apakah iya atau tidak, ditahbiskan jadi daikon aja kita harus tahu bahwa penentuan selibat itu distu, itu biasanya gitu, itu juga dibantu dengan
proses sebelumnya proses di Seminari…lalu kalau keluar juga ga hanya karena alasan  selibat,  meskipun  akhirnya  nanti  kalau  keluar  ya  menikah,  tapi  juga  ada
misalnya  yang  terlanjur  akrab  d an  menikah…Ya  itu  dipersiapkan  dengan
retret…kami waktu itu ber 3 retret, kami lebihh dikuatkan dengan teman, yang 1 bruder, 2 imam kami lebih dikuatkan karena teman tapi memang harus kekuatan
pribadi juga, tapi teman saat itu juga nampak. Sebagai Pastor, tugas-tugasapa yang pernah Romo lakukan?
Saya  selalu  ditugaskan  di  Paroki,  saya  tidak  pernah  ditugaskan  ditempat  yang lain,  jadi  dari  paroki  ke  paroki,  dari  satu  paroki  ke  paroki  lain,  itu  tugas  saya.
Jadi  sampai  sekarang  saya  itu  sudah  mengalami  di  8  pa  ya?mm  wedi,  kalasan,
magelang, katedral….mmm ooo 9 sama yang sekarang ini. Bisa diceritakan pengalaman di paroki yang membuat Romo harus bertahan
dengan imamat Romo?
Ya  kalau  bertahan  dari  imam,  memang  ada  gangguan  banyak…kedekatan- kedekatan  dengan  wanita  baik  yang  muda  atau  ibu-
ibu…itu  mengganggu kehidupan  pribadi  imam  dan  imamat  dan  pelayanan  atau  karya…kalau  mau
dibagi  2  ada  hidup  pribadi  dan  karya…kalau  pergaulan  dengan  wanita  itu rawan..saya  selalu  mengalami  dekat  dengan  wanita,  itu  susah  juga..saya  juga
berpikir kenapa kq mereka mau dekat? …disinilah jadi masalah…tapi saya belum pernah dipindah karena masalah itu, ini membuat doa jadi lemah, konsetrasi ga
bisa, pelayanan umat jadi kurang karena harus memperhatikan orang itu, belum lagi  isu  gosip,  sepanjang  ini  saya  mengalami  masalah-masalah  itu,  walaupun
belum  sampai  saya  dipindah  karena  kasus  itu,  tapi  kalau  mengalami  saya mengalamai  dan  eeee  memang  tidak  mudah  ya  untuk  menghindar,  berusaha
menghindar  tapi  berat  juga  karena  eman-eman  punya  kenalan  baik  begini,  tapi
dihindari  gimana…setiap  paroki  itu  ada…itu  bs  mengganggu  kehidupan pribadi…kalau kehidupan pribadi terganggu berarti bisa mengganggu ke karya
kan….itu saya akui ada dan cukup banyak….apalagi sekarang itu ada sms dsb itu sangat mengganggu…tapi ya itu pergaulan…kemudian kerja sama dengan mitra
kerjaparoki misal dewan paroki…saya pernah mengalami disuatu paroki dengan dewan paroki..nah ini harus hati-hati menurut saya, karena pada waktu itu semua
dewan  paroki  memgundurkan  diri,  ini  pengalaman  paling  pahit  saya,  melalui surat tertulis mereka mengundurkan diri dan dengan dilengkapi alasan dan caci
maki  terhadapatRomo,  kemudian  ditempelkan  dipengumuman  gereja  dan
disebarkan  ke  umat….wah  itu  paling  menyakitkan  ini.  Mundur  dengan  tulisan yang menyakit
kan itu berat…saya akhirnya pindah ketempat yang jauh agar tidak membebani…itu  bisa  terjadi  dengan  dewan  pengurus  gereja,  umumnya  karena
ide  yang  tidak  cocok,  masalah  kebijakan-kebijakan  keuangan  rawan  itu  dengan dewan, biasa masalah disitu bentrok disitu.
Itu  dengan  dewan,  mmm  lalu  dengan  rekan  sesama  Pastor  dengan  rekan  ini eeee seharusnya kita dalam satu pastoran ini kompak seharusnya. Permasalahan
yang paling berat diparoki adalah kalau dia tidak cocok dengan kawan…ini lebih berat  dari  pada  dengan  dewan  tadi..  selama  saya  9  paroki,  saya  pernah
mengalami 1 paroki yang tidak nyaman…eeee 2 lah 2 paroki yang membuat saya tidak  nyaman,  dia  cari  cara  sendiri,  tidak  berkomunikasi,  saya  waktu  itu  pastor
pembantu, itu awal dulu 3,5 thn dari 1971-1975 an, lalu saya jadi pastor kepala paroki  terus,  sampai  terakhir  kemarin,  saya  diminta  pindah  ke  sini,  saya  minta
kepada  Bapak  Uskup  agar  tidak  menjadi  pastor  kepala  paroki  di  tempat  yang baru. Sehingga saya di Mlati ini tidak menjadi pastor kepala paroki.
Nah  kembali  tadi,  meskipun  saya  jadi  wakil  kepala  paroki,  tetapi  temanya  tidak oke  ini  penderitaan  disuatu  paroki  dan itu  jelek,  terus  terang  aja  itu  jelek  untuk
pelayanan  umat  karena  umat  itu  tau  Romonya  tidak  klop  umat  tau  merasa,  lalu kita  membuat  apa  ya  a  saya  dekat  dengan  ini,  dia  dekat  dengan  itu  sehingga
membuat umat bentrok karena diwarnai oleh Romo, ya saya kan kadang cerita ya karena kesel dan muncul di paroki..ini jelek tapi ini muncul..yang sana juga cerita
dengan  umat  lain,  akhirnya  muncul  cerita  ini  itu  ya  jeleknya  disitu,  lalu  waktu diparoki tidak kompak sama sekali, ga enak di rumah ke yang lainnya juga. Jadi
selama  9  paroki  saya  mengalami  yang  ekstrim  1  dan  yang  ga  enak  1,  ga  enak misalnya  satu  contoh  kita  makan  pagi,  tiba-tiba  dia  ga  ngomong  tanpa  kita  tau
sebab  apa  dia  tidak  ngomong,  itu  ga  enak  sama  sekali  makan  bareng  itu  ga enak…itu  beban  yg  berat  bagi  imam  diparoki,  ga  kompak  dengan  temannya
gaaaa  uenak  banget.  Apalagi  kalau  jumlahnya  sedikit  2  orang  gitu…ngeri  itu, ngeri…tapi kalau 3 yang ini cerita sama si a yang sini juga sama a, kasihan yang
a itu..untung ditempat saya tadi itu yang dewan itu, pastornya kompak jadi masih aman…coba  dewan  ga  kompak  sesama  teman  ga  kompak  wuih  ngeri  itu…ya
biasa nya tantangan seperti tu diparoki…bagaimana mengajak berpikir bersama, membuat  kebijakan  bersama,  aturan  bersama  itu  tidak  mudah…kl  tidak  cocok
harus cocok dulu…
Ada lagiRomo…tantangan lainnya? Ya dengan pimpinan, kalau projo harus taat sama uskup ya, tapi ya kita baik-baik
dengan uskup, ya kalau ga cocok ya jalani aja gitu to..tapi kita disini ga pernah berontak, walaupun  ga cocok tp  kita diem, ada kebijakan yang tidak cocok, tapi
ya  dijalankan,  diem  bukan  berarti  ga  ada  masalah,  hanya  saja  kita  telah  janji untuk  taat  sama  uskup  waktu  ditahbiskan  kita  har
us taat,“ra cocok ya dilakoni, ngerasani, dilakoni tp ga sepenuh hati”…itu ada….
Dari tantangan itu ada ga pengaruh dengan imamat??
Ya  Cuma  dilakoni  gitu  aja  karena  ga  cocok…imamat  itu  tidak  diukung  oleh lainnya…hidup imamat itu kan tumbuh juga karena didukung oleh hidup pribadi,
teman-teman  oleh  pimpinan,  itu  kan  semakin  berserah  imannya,  semakin  kuat imannya  inilah  jalan  hidupku  aku  semakin  bahagia  itu  kan  seharusnya
begitu….nah tapi dengan tantangan itu akhirnya jadi bosan “kq gt ya” nah kl ga kuat  gitu  kan  akhirnya  ditinggalkan  ada  orang  pastor  yang  ga  cocok  dengan
Uskupnya dia keluar itu ada, karena dengan pimpinan ga cocok Bagaimana Romo bisa kuat menghadapi permasalahan-permasalahan itu?
Saya  tidak  tau  mungkin  karena  banyak  orang  yang  mendoakan…saya  yakin mereka  mendoakan,  umat  paroki  juga  sudah  mendoakan  imam  nya  itu  yang
dipercayai  tiap  Romo,bahwa  umat  paroki  mendoakan  imam  atau  pastornya  dan juga  pasti  ada  yang  mendukung  tidak  semua  yang  membenci,  pasti  ada  yang
mendukung dikuatkan oleh mereka yang medukung Suatu  contoh,  waktu  yang  dewan  paroki  mengundurkan  diri,  tiba-tiba  banyak
orang  yang  datang  dan  memberikan  bantuan  kepada  gereja  untuk  membangun
gereja…kami  heran  kq  begitu  orang-orang  itu  mundur  banyak  yang  datang membantu…jadi walupun ada masalah pasti ada juga mendukung…mungkin doa
itu juga….atau juga pulang kerumah misalnya ada pemberkatan rumah saudara, pernikahan  saudara  itu  juga,  menguatkan  ya  ibaratnya  masih  ada  pengakuan,
jadi pasti doa…lalu orang-orang yang mendukung itu, ya saya kira umumnya itu saya sendiri yang mengalamai itu.
Berdasarkan pengalaman-pengalamn tersebut dan usia imamat hingga kini, apa yang Romo dapatakam?
Saya telah dikuatkan, saya sudah mencapai imamat yang kesekian…apalagi yang saya cari?? Ya dengan segala perjuangan masalah-masalah yang saya lewatkan
akhirnya bisa mengatasi…mau cari jalan apa lagi?bukan apa boleh buat?…tapi dari  masalah  yang  bisa  diatasi…berarti  jalan  ini  jalan  yang  harus
disempurnakan syukur sampe nanti dipanggil Tuhan, semoga mati tetap menjadi imam ya seperti itu…akhirnya kalau berpikir mau mencari jalan lain, dulu sudah
pernah mengalami, kenapa ga dulu aja keluar ya to?kenapa kq sekian lama baru mau keluar…tetapi paling tidak sudah melewati bebarapa tahun ya harus kuat.
Menuru Romo krisis panggilan itu apa sih Romo? Krisis  panggilan  suatu  hal  yang  biasa  terjadi  hal  inikarena  kita  kurang
memelihara  dengan  tugasdan  kewajiban  yang  harus  dibuat,  refleksi  prbadi  atau harian,  perjumpaan  dengan  teman  sharing  dengan  teman  ini  kadang-kadang
menjadi  apa
ya  kalau  itu  ga  dipelihara  krisis  itu  muncul…jadi  kita  ga  kuat menjalankannya. Kalauuda imamat tahbisan itu harus yakinnn. Misalnya seperti
menikah  sebelum  itu  kan  ada  perisapan  sehingga  akhirnya  yakin  memutuskan untuk menikah, jika di tengah jalan ada sesuatu dan tidak diteruskan berarti kan
dia  tidak  memelihara  janji  yang  pernah  diucapkan,  sama  seperti  itu  panggilan menjadi  imam,  maka  sebenarnya  kalau  dipelihara  dengan  baik  maka  akan
selamat…kenapa  kq  bs  jatuh  karena  ya  tidak  dipelihara  gitu…jadi  saya  kira masalahnya  kurang  merawat  kurang  memelihara,  nah  memeliharanya  dengan
macam-macam antaralain, misalnya punya teman untuk sharing, kumpul dengan
teman  itu  karena  ada  ditempat  kami,  kalau  sendiri  kan  ga  didukung…kalau merasa  ga  didukung  nanti  cari  pelampiasan  ke  yang  lain,  ya  nantinya
berpengaruh pada pelayanan, misa seadanya,cuma sekedar baca aja…ya semua pastor pasti mengalami hanya besar kecilnya krisis yang dialami…krisis imamat,
iman nya penyerahan kepada Tuhan yang menjadi kurang, gitu.