LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

gambaran dan informasi yang bisa membantu untuk lebih memahami pengalaman krisis dalam kehidupan pastor. Pengalaman krisis tersebut juga bukan hanya pada tahap usia tertentu. Melalui penelitian ini, penulis juga berharap dapat menjadi salah satu usaha dalam mengatasi ataupun menanggulangi krisis yang terjadi dalam kehidupan pastor.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana dinamika pengalaman krisis dalam kehidupan pastor.

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian naratif ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami dinamika pengalaman krisis dalam kehidupan pastor pada beberapa pastor yang berkarya di Yogyakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan terhadap ilmu Psikologi terutama psikologi perkembangan, tentang perkembangan manusia yang secara khusus memilih jalan hidupnya untuk menjadi kaum religius, khususnya menjadi pastor. b. Selain bagi psikologi perkembangan, penelitian ini diharapkan pula dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian-penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini bermanfaat untuk membantu pembaca mengetahui seluk- beluk kehidupan pastor berkaitan dengan pengalaman krisis yang dialaminya. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan usaha preventif bagi dunia pendidikan calon pastor dalam membina calon pastor, sehingga bukan hanya pembinaan secara rohani dan akademis saja, tetapi secara psikologis juga dapat dikembangkan. c. Penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan evaluasi dan refleksi bagi para pastor dalam menghadapi krisis yang dialami, sehingga para pastor tetap dapat bersemangat dalam karya panggilannya.

BAB II LANDASAN TEORI

A. KRISIS

1. Pengertian Krisis

Istilah krisis mengacu pada suatu masa atau waktu yang menggambarkan kondisi yang bergejolak akibat adanya konflik. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, 2011, mendefinisikan krisis sebagai keadaan yang genting, kemelut, atau keadaan suram. Pengalaman dalam kondisi genting, kemelut, atau keadaan suram tidak akan lepas dalam kehidupan. Erick Erikson menggunakan istilah krisis juga dalam teori perkembangan manusia. Teori perkembangan ini didasari oleh pembentukan identitas individu. Identitas adalah suatu proses restrukturasi segala identifikasi gambaran terdahulu, dimana seluruh identitas fragmenter yang dahulu pun yang negatif diolah dalam perspektif suatu masa depan yang diantisipasi Agus Gremes dalam Identitas dan Siklus Hidup Manusia, 1989. Individu dalam membentuk identitas dirinya akan melalui tahap perkembangan. Erick Erikson membagi tahap perkembangan menjadi delapan tahap perkembangan. Kedelapan tahap perkembangan tersebut membutuhkan pemahaman terhadap beberapa point penting. 8 a. Pertumbuhan terjadi berdasarkan prinsip epigenetik, yaitu satu bagian komponen yang tumbuh dari komponen lain dan memiliki pengaruh waktu tersendiri, namun tidak menggantikan komponen sebelumnya. b. Di dalam tiap tahapan kehidupan terdapat interaksi berlawanan, yaitu konflik antara elemen sintonik harmonis dengan elemen distonik mengacaukan. c. Di tiap tahapan, konflik antara elemen distonik dan sintonik menghasilkan kualitas ego dan kekuatan ego, yang disebut sebagai kekuatan dasar basic strength. d. Terlalu sedikitnya kekuatan pada satu tahap mengakibatkan patologi inti core pathology pada tahap tersebut. Setiap tahap memiliki potensi patologi inti. e. Erikson tidak pernah meninggalkan aspek biologis dalam perkembangan manusia, meskipun mengacu kedelapan tahapannya sebagai tahapan psikososial psychosocial stages. f. Peristiwa-peristiwa ditahapan sebelumnya tidak menyebabkan perkembangan kepribadian selanjutnya. Identitas ego dibentuk oleh keanekaragaman konflik dan kejadian-kejadian masa lampau, sekarang, dan yang diharapkan. Selama tiap tahapan, khususnya sejak remaja dan selanjutnya, perkembangan kepribadian ditandai oleh krisis identitas yang Erikson 1 968 sebut sebagai ”titik balik, yaitu periode krusial akan meningkatnya kerapuhan dan memuncaknya potensi”. Oleh karena itu, selama tiap krisis, seseorang rentan terhadap modifikasi utama dalam identitas, baik positif maupun negatif. Krisis merupakan suatu titik balik suatu masa gawat dari kerentanan dan sekaligus potensi yang semakin meningkat, karena itu krisis ini merupakan sumber otogenesis dari kekuatan generasional dan juga ketidakmampuan menyesuaikan diri Identity, Youth, and Crisis, h. 96. Tahapan perkembangan psikososial Erikson memiliki delapan tahapan. Setiap tahapan memiliki kualitas ego atau kekuatan dasar yang muncul dari konflik-konflik atau krisis psikososial yang menjadi ciri khas tiap periode. Kedelapan tahapan perkembangan tersebut adalah: a. Tahapan pertama, masa bayi dengan krisis psikososial utama adalah rasa percaya dasar versus rasa tidak tidak percaya dasar. Kekuatan dasar yang dihasilkan dari krisis atau konflik ini adalah harapan. b. Tahapan kedua, masa kanak-kanak awal dengan krisis psikososial utama adalah otonomi versus masa lalu, keraguan. Kekuatan dasar yang dihasilkan dari krisis atau konflik ini adalah kemauan. c. Tahapan ketiga, masa usia bermain dengan krisis psikososial utama adalah inisiatif versus rasa bersalah. Kekuatan dasar yang dihasilkan dari krisis atau konflik ini adalah tujuan. d. Tahapan keempat, masa usia sekolah dengan krisis psikososial utama adalah industri versus rasa rendah diri. Kekuatan dasar yang dihasilkan dari krisis atau konflik ini adalah keahlian. e. Tahapan kelima, masa remaja dengan krisis psikososial utama adalah identitas versus kebingungan identitas. Kekuatan dasar yang dihasilkan dari krisis atau konflik ini adalah kesetiaan. f. Tahapan keenam, masa dewasa muda dengan krisis psikososial utama adalah keintiman versus keterasingan. Kekuatan dasar yang dihasilkan dari krisis atau konflik ini adalah cinta. g. Tahapan ketujuh, masa dewasa dengan krisis psikososial utama adalah generativitas versus stagnasi. Kekuatan dasar yang dihasilkan dari krisis atau konflik ini adalah kepedulian. h. Tahapan kedelapan, masa usia lanjut dengan krisis psikososial utama adalah integritas versus keputusasaan, kejijikan. Kekuatan dasar yang dihasilkan dari krisis atau konflik ini adalah kebijaksanaan.

2. Psikologi Hidup Rohani Psiko-Spiritual

F. Mardi Prasetya SJ dalam Psikologi Hidup Rohani menjelaskan konflik menurut teori Erikson. Konflik-konflik tersebut ada dalam delapan tahap krisis psikososial. a. Percaya – Tidak Percaya 1. Bersedia untuk percaya pada orang lain, kemampuan untuk menerima sesuatu dari orang lain dan tergantung pada mereka. 2. Sebaliknya.