Krisis Relasi dengan Pimpinan
krisis. Pengaruh masa lalu bisa menjadi penyebab dan bisa menjadi pembelajaran ketika subyek menghadapi pengalaman krisis selanjutnya.
Narasi salah satu subyek menceritakan bagaimana masa lalu menyebabkan krisis yang dihadapi. Begitu pula dengan bagaimana subyek menghadapi
krisis, bahwa pengalaman masa lalu menjadi pembelajaran subyek untuk menghadapi krisis. Kekuatan yang dihasilkan dari krisis tersebut adalah
harapan, kemauan, tujuan, keahlian, kesetiaan, dan kebijaksanaan. Penelitian sebelumnya menganjurkan untuk tidak hanya terfokus
pada problematik di masa usia pertengahan. Oleh karena itu, penelitian ini mengulas kehidupan masa kecil, remaja, masa muda, hingga lanjut usia.
Hasilnya adalah seperti pada penelitian sebelumnya seluruh subyek berupaya mengatasi konflik yang dialami untuk mempertahankan panggilannya.
Semua narasi subyek ketika menghadapi konflik-konflik merupakan struktur narasi progresif. Struktur narasi progresif menunjukkan adanya
keinginan subyek untuk perubahan yang lebih baik dari sebelumnya. Setiap subyek berusaha untuk beraktualisasi diri dalam menghadapi konflik. Setiap
subyek terbuka terhadap pengalaman, berusaha dengan kemampuan diri, bebas, dan kreatif., memiliki kebutuhan akan privasi dan independensi, dan
resistensi terhadap inkultursi. Aspek psikologi afeksi subyek muncul dalam perasaan-perasaan sedih, sepi, merasa dikuasai situasi, sakit, pahit, tidak
nyaman, dan sebagainya. Apa yang dirasakan para subyek mencoba untuk dipikirkan dalam hal ini aspek kognisi spiritual-rasional berperan, subyek
mengolah pengalaman dan perasaan dengan cara menciptakan keheningan.
Keheningan menciptakan pikiran jernih dan memunculkan kesadaran dalam diri untuk melihat permasalahan yang ada, melalui renungan, refleksi, hal ini
yang memungkinkan subyek untuk mengambil tindakan atau berkendak aspek konasi. Doa, motivasi dasar, dukungan rekan pastor, serta umat
menjadi penguat atas pilihannya tetap berjalan dalam panggilan sebagai pastor.