Pengalaman relasi dengan sesama rekan pastor dalam 1 paroki
Aktif dalam kegiatan menggereja Dampak keaktifan dalam kegiatan
menggereja stasi”
“Saya juga aktif ikut misdinar dan sering ikut pastor ke stasi-
stasi” “Karena kebiasaan itu, saya
memiliki kebiasaan untuk doa Malaikat Tuhan jam 6 pagi, jam 12
siang, dan jam 6 sore dan doa
Rosario di sore hari juga” SEJARAH DAN MOTIVASI DALAM
PANGGILAN Merasa sejak kecil sudah ada benih
panggilan yang disebabkan oleh pola asuh orang tua serta aktifitas menggereja
yang dilakukan. Benih panggilan yang terus dirasakan
hingga merasa tertarik untuk menjadi Pastor ketika SMA
Motivasi semakin dikuatkan karena adanya keprihatinan dengan kehidupan
gereja di lingkungan tempat tinggal keprihatinan dan adanya ketergerakan
hati untuk menanggapi kondisi yang terjadi
“Kalau dibilang sejak SD tidak ya, hanya
saya merasa
dan kelihatannya
dasar-dasar panggilan itu sudah ada di dalam
keluarga yang diberikan kepada saya sejak kecil. Dengan diajarkan
untuk rutin berdoa dan aktif mengikuti kegiatan gereja seperti
misdinar” “Kebiasan-kebiasan itu berjalan
terus hingga saya duduk di SMP sampai
SMA. Saya
merasa terpanggil untuk menjadi Pastor
saat itu duduk dibangku SMA, kalau tidak salah kelas 1 SMA”
“Dan saat itu muncul SK menteri tahun 77. SK itu berbunyi kira-kira
demikian , bagi para misionaris yang berasal dari luar negara
Indonesia
diharapkan untuk
meninggalkan negara Indonesia, namun jika tetap ingin tinggal di
Indonesia, misionaris
yang bersangkutan
harus mengurus
untuk menjadi Warga Negara Indonesia. Karena adanya SK
tersebut, banyak misionaris yang kembali
ke negara
asalnya, sedangkan saat itu paroki dan
stasi-stasi di tempat saya dilayani oleh
banyak misionaris
yang berasal
dari luar
Indonesia. Otomatis
dengan SK
tersebut pelayanan di gereja dan stasi-stasi
di tempat saya menjadi tidak terpenuhi akibat banyak misionaris
yang kembali ke negara asalnya”
Dukungan orangtua dalam panggilan Satu tahun di Seminari Menengah, di
kelas KPA Kelas Persiapan Atas Perjalanan yang biasa saja di Seminari
Menengah Perasaan bingung ketika menentukan
Seminari Tinggi Pengaruh
institusi, teman
dan pegalaman
masa lalu
kehidupan menggereja subyek yang mengakibatk
perasaan bingung. Pengalaman masa lalu dalam kehidupan
menggereja memantapkan subyek dalam menentukan pilihan
“Melihat keadaan ini, saya mulai bepikir dan merenungkan dalam
hati “Stasi-stasi di tempat saya sudah misa hanya sebulan sekali,
lalu para misionaris diminta untuk kembali ke negara asalnya, lalu
bagaimana gereja dan stasi-stasi disini dapat dilayani? Apa yang
bisa saya lakukan sebagai warga
gereja?” saat itulah panggilan untuk menjadi Pastor muncul.”
“Saat itu bapak hanya mengatakan “ya silakan kalau memang itu
keinginanmu, bapak
ibu mendukung dan mendoakanmu”
“Saya hanya satu tahun di Semianari Menengah karena saya
masuk di KPA Kelas Persiapan
Atas.” “Kehidupan di Seminari Menengah
berjalan mengalir begitu saja, tidak ada yang membuat saya mengalami
konflik atau krisis dalam hidup atau panggilan saya. Perjalanan satu
tahun yang tidak ter
asa” “hanya saja pada retret untuk
menentukan pilihan ada perasaan bingung untuk memilih. Waktu itu
saya
ingin memilih
apakah melanjutkan ke SJ Serikat Jesus
atau OMI
Oblat Maria
Immaculata” “Waktu itu saya ingin memilih
apakah melanjutkan ke SJ Serikat Jesus atau OMI Oblat Maria
Immaculata.Keinginan saya untuk menjadi Imam Misionaris baik OMI
maupun SJ keduanya mendukung keinginan saya itu. Memang banyak
teman saya yang memilih untuk masuk SJ, sebab dari Seminari
banyak yang diarahkan kesitu. Tetapi figur OMI juga melekat
dalam diri saya, karena di Paroki asal saya Pastor-pastornya dari
OMI dan itu juga yang membuat