Kesimpulan PENGALAMAN KRISIS SUBYEK 1 YI

“…saya masih tidak bisa mesra dengan orang tua,tapi saya belajar untuk mencintai orang tua karena saya ingin menjadi imam…” “…lalu Rm.Mangun mengatakan cinta itu tidak melulu dengan orang tua,kalau tidak tau orang tuanya lalu dicariin itu wayang…ya ga mesti begitu ..ya saya selalu mendapa tkan bimbingan itu saya mencoba…ya begitu” Konflik BM dalam hubungannya dengan keluarga, merupakan hasil dari pengalaman hubungan BM dengan keluarga di masa lalu. BM yang merasa tidak memiliki kemesraan dengan kedua orangtuanya, menjadi beban pikiran ketika BM yakin untuk menjadi seorang Pastor. Sehingga sumber konflik yang dialami BM adalah tidak adanya hubungan mesra dengan orang tua. Hubungan yang kurang mesra ini mengganggu perasaan dan pikiran BM terlebih ada anggapan bahwa bagaimana bisa menjadi pastor jika hubungan dengan orang tua tidak mesra. Konflik ini dapat dibantu dengan bimbingan dari pastor senior, dimana BM mencoba membagi pengalamannya. BM pun merasa dikuatkan dan belajar terus untuk berdamai dengan masa lalu. Narasi BM mengenai status dan pola asuh menggambarkan narasi progresif. Narasi progresif adalah narasi yang menggambarkan kehidupan sebagai suatu rangkaian tantangan yang mengandung kesempatan untuk maju. Pola asuh dan status BM yang memiliki orangtua tiri menjadikan dirinya tidak memiliki kedekatan emosional. Kondisi ini berdampak pada perjalanan BM dalam panggilannya sebagai pastor. Awalnya BM merasa tidak pantas untuk menjadi pastor karena merasa dirinya tidak memiliki kedekatan dengan keluarga, akan tetapi dukungan pastor pembimbing BM merefleksikan peristiwa yang dialaminya dan menjadikan kesempatan ini perlahan untuk berdamai dengan pengalamannya bersama keluarga sehingga BM tetap memilih panggilannya sebagai pastor. Konflik dalam narasi ini masuk dalam krisis psikososial percaya versus rasa tidak percaya. Pola asuh yang dialami BM menjadikan dirinya sulit untuk percaya pada orang lain bahkan dengan keluarga intinya. Selain itu, kurangnya kemampuan menerima sesuatu dari orang lain menyebabkan dirinya mampu menjalankan hidup tanpa tergantung pada keluarganya. Kekuatan dasar dari konflik ini adalah harapan. Keinginan yang kuat untuk menjadi pastor menjadikan diri BM memiliki harapan yang lebih baik mengenai kondisi relasi dengan keluarganya. Hal ini yang mendorong BM untuk berdamai dan memperbaiki relasi dengan keluarganya.

2. Krisis Karya

Narasi BM selanjutnya berkaitan dengan pengalaman karya. BM mengungkapkan pengalamannya menjalankan tugas sebagai Pastor. BM memiliki perbedaan fisik dengan para Pastor lainnya. Perbedaan fisik yang dimiliki BM sudah ada sejak kecil. Perbedaan fisik ini dikatakan BM secara liturgis menghambat karya sebagai seorang Pastor. “...apalagi kondisi saya yang pincang tidak sepereti yang lainnya,secara liturgis memang ada hambatan …“ Konflik karya lainnya adalah tentang perbedaan pandangan antar sesama rekan Pastor. BM merasa bahwa pandangannya terkadang tidak disetujui