PROSEDUR ANALISIS DATA METODE PENELITIAN

Pastor dan ingin pulang untuk membantu orangtua. Selain itu, kondisi ini mempengaruhi hidup rohani subyek, misalnya mengganggu konsentrasi subyek dalam berdoa. Berdasarkan narasi pengalaman ini dapat diselesaikan subyek dengan cara mengambil waktu untuk merenung. Merenung sampai batas kesadaran dimana subyek mampu berefleksi mengenai langkah yang akan diambil. “Pikiran tersebut coba kuolah dalam permenungan dan doa…..” “Setelah melewati pergulatan yang cukup, akhirnya saya sampai kepada kesadaran berupa pertanyaan refleksif “Apakah ada jaminan, kalau saya keluar pasti akan menyelesaikan masalah yang dihadapai orang tua? Atau malah peristiwa keluarnya saya dari Seminari malah akan menambah beban orang tua?” “Proses pengolahan pertanyaan refleksif itu membawa saya kembali kemotivasi dasar dan pengalaman sebelumnya sewaktu saya ingin menjadi seorang Pastor….” “Dari motivasi itu juga yang mengarahkan kembali ke jalan atau tujuan saya menjadi imam, sehingga jika ada arah menyimpang dari tujuan itu, saya harus kembali ke tujuan itu” Disini terlihat bagaimana kondisi subyek ketika menghadapi konflik dengan dirinya. Ketika konflik terjadi subyek tidak membuat sebuah keputusan. Subyek mencoba mengambil waktu untuk hening merenung. Proses hening yang terjadi disini merupakan komunikasi intrapersonal. Subyek menenangkan hatinya dan berbicara dengan dirinya mengenai kondisi yang mungkin terjadi seandainya subyek memutuskan untuk mengundurkan diri dari panggilannya. Ternyata proses hening ini membantu subyek untuk berbicara dan bertanya dalam diri sehingga memunculkan sebuah pilihan. Pilihan yang diambil subyek juga tidak lepas dari faktor lainnya, seperti motivasi awal subyek untuk menjadi Pastor. Selain itu, peran pembimbing rohani juga memberikan kekuatan subyek untuk mempertahankan panggilannya. Narasi YI mengenai peran sebagai anak pertama menggambarkan narasi progresif. Narasi progresif adalah narasi yang menggambarkan kehidupan sebagai suatu rangkaian tantangan yang mengandung kesempatan untuk maju. YI merefleksikan peristiwa yang dialaminya dan menjadikan kesempatan ini untuk menguatkan melihat kembali motivasi awal panggilannya sebagai pastor. Konflik dalam narasi ini masuk dalam krisis psikososial inisiatif versus rasa bersalah. YI merasa sebagai anak pertama ikut bertanggungjawab membantu kedua orangtuanya. Hal ini membuat YI merasa cemas dan ingin mengundurkan diri dari masa formasi. Kekuatan dasar dari konflik ini adalah tujuan. YI melihat kembali apa yang dialami melalui proses refleksi dan mengarahkan kembali tujuan melihat motivasi awal panggilannya menjadi pastor.

2. Krisis Relasi dengan Instansi Formasi Seminari Tinggi

Narasi kedua menceritakan mengenai keraguan YI memilih seminari tinggi. YI merasa ragu ketika melihat dan merasakan perbedaan gaya hidup di seminari tinggi dengan seminari menengah. “Saya melihat kehidupan di Seminari menengah dan disini Seminari Ti nggi berbeda” “Kalau di Seminari menengah semua di atur secara tertib dan disiplin, sedangkan disini tidak, misalnya pulang harus minggu malam, tapi ada yang pulang senin pagi tapi tidak ditegur. Hal ini terjadi karena pendekatan Romo Rektor yang berbeda, beliau berprinsip “ya kalau ada teman-teman yang melanggar nggak pernah ditegur barangsiapa yang melanggar silahkan datang ngomong gitu dan mengakui kesalahan”