98
Fase intervensi, peneliti melakukannya selama 5 sesi, untuk mengoptimalkan kemampuan subjek ITS mengenai konsep anggota tubuh
dengan multimedia berbasis flash. Pada intervensi sesi ke 1, terdapat 3 peningkatan pemahaman pada item tes pada subjek yaitu pada item nomor
2,4,5 item tes yang benar dan mampu dipahami oleh subjek yaitu pada anggota tubuh bagian mata, hidung, dan mulut. Pada intervensi sesi ke 2,
terdapat 6 peningkatan pemahaman pada item tes pada subjek yaitu pada item nomor 2,3,4,5,6,8 item tes yang benar dan mampu dipahami oleh
subjek yaitu pada anggota tubuh bagian mata, telinga, hidung, mulut, tangan, dan kaki. Pada intervensi sesi ke 3, terdapat 8 peningkatan
pemahaman pada item tes pada subjek yaitu pada item nomor 1,2,3,4,5,6,7,8 item tes yang benar dan mampu dipahami oleh subjek yaitu
pada anggota tubuh bagian rambut, mata, telinga, hidung, mulut, tangan, jari tangan dan kaki. Sedangkan untuk intervensi ke 4 dan 5, subjek tidak
melakukan kesalahan sama sekali dan terdapat 9 peningkatan pemahaman pada item tes pada subjek yaitu pada item nomor 1,2,3,4,5,6,8,9 item tes
yang benar dan mampu dipahami oleh subjek yaitu pada anggota tubuh bagian rambut, mata, telinga, hidung, mulut, tangan, jari tangan, kaki dan
jari kaki. Setelah dilaksanakan intervensi sebanyak 5 kali, peneliti melaksanakan tahapan terakhir yaitu tahapan pemberian tes tanpa
perlakuan
baseline
2. Pada sesi
baseline
2 data yang diperoleh terdapat kondisi stabil pada kedua sesi. Peneliti hanya memberikan tes selama 2
sesi, karena pada saat diberikan tes subjek dapat melakukan dengan benar
99
dan tidak melakukan kesalahan sama sekali. Selain itu, pada sesi ke 2 dalam fase ini, subjek diberikan tes berupa tes untuk menempel gambar
berdasarkan pola. Adapun dokumentasi pada kegiatan penelitian dapat dilihat pada lampiran.
Berdasarkan data penelitian di atas, maka dapat dirangkum hasil analisis dalam kondisi maupun antar kondisi ke dalam tabel berikut:
1. Analisis dalam Kondisi
Dalam penelitian ini, diketahui bahwa adanya perubahan yang terjadi pada kemampuan mengenal konsep anggota tubuh pada subjek.
Dalam fase
baseline
1 A = 3, intervensi B = 5,
baseline
2 A’ = 2. Adapun kecenderungan yang terjadi pada fase
baseline
1 A adalah stabil, pada fase intervensi B menurun dan pada fase
baseline
2 A’ stabil. Selain itu perubahan kemampuan mengenal konsep anggota
tubuh juga terlihat jelas, setelah diberikan intervensi dengan adanya perubahan level +6. Pada fase
baseline
2 tidak terjadi kesalahan yang dilakukan oleh subjek. Adapun rincian perhitungan mengenai
komponen-komponen dalam kondisi ini dapat dilihat pada lampiran.
100
Tabel 18. Rangkuman Hasil Analisis dalam Kondisi Mengenal Konsep Anggota Tubuh
Kondisi Baseline
1 A Intervensi
B Baseline
2 A’
1. Panjang kondisi
3 5
2 2.
Estimasi kecenderungan arah
= +
= 3.
Kecenderungan arah
Stabil Variabel
Stabil 4.
Jejak data =
+ =
5. Level dan stabilitas
rentang Stabil
1-1 Variabel
7-9 Stabil
9-9 6.
Perubahan level 1-1 = 0
7-9 = +2 9-9 = 0
2. Analisis antar Kondisi
Setelah mengetahui pada hasil analisis dalam kondisi sebelumnya, maka selanjutnya dilakukan analisis antar kondisi. Berikut adalah
hasil mengenai analisis data antar kondisi yang tercantum pada rangkuman hasil tabel:
Tabel 19. Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Mengenal Konsep Anggota Tubuh
Perbandingan Kondisi
BA A’B
1. Jumlah variabel yang
diubah 1
1 2.
Perubahan kecenderungan arah dan
efeknya = +
+ = 3.
Perubahan kecenderungan dan
stabilitas Stabil ke variabel
Variabel ke stabil 4.
Perubahan level 1
– 3 = +2 9
– 3 = +6 5.
Presentase Overlap 0 : 5 x 100 = 0
0 : 2 x 100 = 0
101
E. Pembahasan Penelitian
Menurut pendapat Moh. Amin 1995: 3 anak tunagrahita kategori sedang adalah anak yang memiliki kemampuan intelektual umum dan
adaptasi perilaku di bawah anak tunagrahita ringan, selain itu anak tunagrahita kategori sedang atau tunagrahita mampu latih dapat diberikan
pembelajaran yang mengarah ke akademik fungsionalnya. Kesulitan dalam hal beradaptasi pada anak tunagrahita kategori sedang menyebabkan anak
tunagrahita sedang ini mengalami permasalahan yang cukup kompleks. Dengan kondisi seperti ini anak tunagrahita kategori sedang memerlukan
bimbingan dalam aktivitas kesehariannya, sehingga dalam penelitian ini subjek perlu dapat diarahkan serta dikembangkan pada aspek akademik
fungsionalnya dan keterampilannya yang dapat digunakan untuk kehidupan sehari-harinya dan kedepannya.
Moh Efendi 2006: 98 menjelaskan karakteristik pada anak tunagrahita bahwa beberapa hambatan dari segi kognitif dan merupakan
karakteristik anak tunagrahita kategori sedang yaitu anak mengalami kesulitan dalam konsentrasi, kemampuan sosialisasinya terbatas, tidak
mampu mengikuti instruksi yang sulit, kurang mampu dalam menganalisis suatu hal. Sehingga anak tunagrahita kategori sedang memiliki kelemahan
dan kesulitan dalam mempelajari hal-hal yang baru, tidak mampu mengikuti instruksi atau perintah yang sulit, pada segi fisik anak
tunagrahita kategori sedang lebih terlihat jelas.
102
Dalam melakukan aktivitas keseharian bagi anak tunagrahita kategori sedang terutama rutinitas untuk merawat diri memang tidaklah mudah
karena aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang rutin. Merawat diri juga berkaitan dengan pembelajaran akademik fungsional terutama pada mata
pelajaran IPA yang berkaitan dengan anggota tubuh, selain itu dengan pembelajaran akademik fungsional mengajarkan anak dimulai dari
mengenal bagian anggota tubuhnya sendiri hingga cara merawat bagian tubunya sendiri. Dengan kemampuan mengenal konsep anggota tubuhnya,
maka selanjutnya anak akan lebih memahami mengenai cara merawat anggota tubuhnya. Selain itu dalam pembelajaran diperlukan sebuah media
pembelajaran yang sesuai. Media merupakan alat atau bahan yang digunakan pada saat mengajar.
Selain itu, media yang digunakan juga harus konkrit agar pada saat pembelajaran siswa dapat memahami materi yang diajarkan. Menurut
Yusufhadi Miarso 2009: 464 menjelaskan bahwa beberapa kombinasi dari multimedia terdiri dari objek berupa teks, grafik atau
image
, audio atau suara, animasi dan video yang masing-masing objek memiliki peran
dalam keseluruhan sistem. Dalam sebuah multimedia, harus menyajikan informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik, mudah dimengerti
serta jelas. Sehingga peneliti menggunakan sebuah multimedia berbasis flash dalam penelitian ini. Multimedia berbasis flash merupakan sebuah
media yang berguna untuk mempermudah anak atau peserta didik dalam memahami materi yang disajikan. Penggunaan multimedia berbasis flash
103
yang menyerupai game interaktif ini akan diberikan kepada siswa tunagrahita kategori sedang kelas I sekolah dasar luar biasa.
Pada penelitian ini peneliti mencoba memberikan stimulus menggunakan multimedia berbasis flash. Pemilihan multimedia yang
digunakan selama proses intervensi melalui beberapa pertimbangan peneliti. Berdasarkan pengamatan di lapangan, diketahui bahwa anak
belum mampu memahami konsep anggota tubuhnya. Anak juga tertarik dengan hal baru terutama pada saat melihat benda yang menurutnya
menarik. Sehingga peneliti mencoba memodifikasi serta mengaplikasikan sebuah multimedia berbasis flash untuk mengenalkan konsep anggota
tubuh kepada anak tunagrahita kategori sedang dan disesuaikan dengan kemampuan anak. Multimedia berbasis flash dapat diberikan secara
berulang-ulang kepada anak tunagrahita kategori sedang. Ketertarikan yang ditunjukkan pada saat pemberian intervensi kepada anak terlihat
senang pada multimedia berbasis flash dan terkadang tidak mau berhenti. Penelitian menggunakan multimedia interaktif juga dilakukan oleh
Diah Anita 2013 mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta UNY melakukan sebuah penelitian yang berjudul Pengembangan Multimedia
Mata Pelajaran IPA Kelas IV Pokok Bahasan Panca Indera di SD Negeri Lempuyangan 1 Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
multimedia yang diwujudkan dalam bentuk CD interaktif tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
104
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, penggunaan
Multimedia berbasis flash “Mengenalkan Konsep Anggota Tubuh” dalam penelitian ini merupakan suatu perlakuan yang diberikan
oleh peneliti untuk mengatasi kesulitan pada anak tunagrahita kategori sedang dalam memahami konsep anggota tubuh. Penggunaan Multimedia
berbasis Flash “Mengenalkan Konsep Anggota Tubuh” menimbulkan adanya perubahan kemampuan pada subjek ITS dalam mengenal konsep
anggota tubuh. Perubahan kemampuan pada subjek ditunjukkan dengan adanya peningkatan kemampuan mengenal konsep anggota tubuh dan
Frekuensi Peningkatan Pemahaman Konsep yang dilakukan subjek sebelum diberikan intervensi lebih tinggi dibandingkan setelah diberikan
intervensi. Selain itu Keefektifan multimedia berbasis flash untuk mengenalkan konsep anggota tubuh pada penelitian ini berdasarkan
perbandingan hasil yang diperoleh pada
baseline
1 dan
baseline
2. Apabila Frekuensi Peningkatan Pemahaman Konsep pada
baseline
1 lebih banyak dibandingkan pada
baseline
2 maka Multimedia Berbasis Flash “Mengenalkan Konsep Anggota Tubuh” efektif terhadap kemampuan
mengenal anggota tubuh pada anak tunagrahita kategori sedang.
F. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan yang berpengaruh terhadap hasil penelitian, seperti:
1. Validasi media hanya dilakukan oleh ahli media, selain itu
pelaksanaan validasi serta pembuatan media cukup lama waktunya