Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
84 Penilaian media pembelajaran dilakukan oleh ahli materi dan ahli media.
Ahli materi menilai media pembelajaran ini dari kualitas isi dan tujuan serta kualitas instruksional sedangkan ahli media menilai media pembelajaran ini dari
kualitas teknis. Hasil dari penilaian ahli materi dan media ditunjukkan pada Gambar 17 berikut ini.
Gambar 17. Rata-rata Penilaian Ahli Materi dan Ahli Media
Berdasarkan Gambar 17, rata-rata kualitas isi dan tujuan menunjukan bahwa media pembelajaran mencapai nilai lebih dari 4,5, nilai ini termasuk dalam
kategori sangat baik. Sedangkan nilai rata-rata kualitas instruksional dan teknis berada di atas nilai 3,9, nilai ini termasuk dalam kategori baik. Oleh karena ketiga
kualitas penilaian media termasuk dalam kategori baik, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran yang dikembangkan termasuk dalam kategori baik
menurut penilaian ahli media dan ahli materi. Selain penilaian yang diberikan, kedua ahli juga memberikan saran dan kritik terhadap media pembelajaran ini
3.6 3.7
3.8 3.9
4 4.1
4.2 4.3
4.4 4.5
4.6 4.7
Is i da
n T
uj ua
n
Ins tr
uk si
o na
l T
ekn is
Rata-rata Penilaian
85 yang terangkum dalam Tabel 7. Media yang telah dinilai kemudian diperbaiki
sesuai dengan saran tersebut. Selanjutnya media dan instrumen yang sudah diperbaiki diujicobakan
kepada guru matematika dan peserta didik kelas VII-B SMP Negeri 15 Yogyakarta. Uji coba media dilakukan selama 5 kali pertemuan. Pada uji coba
tersebut media ini digunakan sebagai sarana untuk membelajarkan materi transformasi. Proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan alur yang telah
dirancang sebelumnya. Oleh karena media ini menggunakan pendekatan realistik maka proses matematisasi siswa yang terjadi hampir sesuai dengan prinsip-prinsip
yang ada dalam pembelajaran matematika realistik. Prinsip yang pertama ialah penggunaan konteks sebagai starting point
proses pembelajaran sesuai dengan pendapat yang disamapaikan oleh Streefland 1990: 4. Media pembelajaran ini menggunakan konteks atau masalah nyata
sebagai titik awal proses pembelajaran. Masalah nyata yang dimaksud ialah masalah yang ada di benak siswa. Contoh dari masalah yang ada dalam media ini
ialah pada bagian eksplorasi siswa diminta untuk mencari translasi yang dilakukan oleh Blacky sehingga ia dapat memperoleh makanannya.
Cara menemukan translasi yang harus dilakukan oleh Blacky ialah dengan mencoba translasi yang disediakan pada media. Selanjutnya siswa memperhatikan
apa yang dilakukan Blacky dengan translasi yang diberikan. Setelah menggunakan gambaran nyata mengenai gerakan Blacky selanjutnya diberikan
tabel yang berisi titik awal translasi dan titik akhir. Pada bagian inilah siswa akan menyusun pengetahuannya yang menurut Van Hiele Erman Suherman, 2003: 51
86 merupakan tahap analisis pada saat siswa belajar geometri. Sedangkan, menurut
Treffers dalam Streefland 1990: 4 tahap ini sesuai dengan prinsip “Developing
mathematical tools to move from concreteness to abstraction .”
Berdasarkan tabel tersebut pada akhirnya siswa akan mampu memberikan kesimpulan mengenai pengetahuan yang telah dipelajarinya. Hal ini dikarenakan
siswa SMP telah mampu untuk membuat hipotesis dan menyimpulkan, pendapat ini sesuai dengan hasil penelitian yang disampaikan oleh Jean Peaget Rita Eka
Izzaty dkk, 2008: 133 dan dikuatkan oleh teori Van Hiele Erman Suherman dkk, 2003: 51 bahwa anak belajar geometri melalui tahap deduksi informal. Gambar
18 berikut merupakan contoh tampilan dari tabel dan kesimpulan yang ada pada media.
Gambar 18. Tampilan Kesimpulan pada Eksplorasi Translasi
Penarikan kesimpulan tersebut merupakan hasil dari konstruksi pengetahuan siswa sendiri. Tahap ini sesuai dengan prinsip pembelajaran
matematika realistik yang disampaikan oleh Treffers Ariyadi Wijaya, 2012: 22 yaitu prinsip penggunaan konstruksi siswa. Terdapat berbagai kesimpulan awal
atau dugaan awal siswa mengenai aturan dalam translasi. Dugaan-dugaan dalam
87 bentuk simbol-simbol tersebut kemudian diuji dengan media pembelajaran ini
pada tempat yang telah disediakan. Proses pengambilan kesimpulan dan pembahasan soal dilakukan siswa
dengan berdiskusi. Diskusi ini yang membawa siswa untuk berinteraksi dengan teman dan gurunya. Interaksi ini menurut Treffers Streefland, 1990: 4 memenuhi
prinsip pembelajaran yaitu “Stimulating the social activity of learning by interaction
.” Sehingga prinsip interaktivitas dalam pembelajaran dapat terlaksana. Hal ini disebabkan karena dengan interaktivitas antara siswa dengan siswa dan
siswa dengan guru mengenai permasalah yang ada pada media pembelajaran akan membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Berikut hasil diskusi
dari salah satu kelompok dalam membahas mengenai permasalahan refleksi.
Gambar 19. Hasil Diskusi Siswa mengenai Soal Refleksi
Prinsip terakhir yang disampaikan oleh Treffers Streefland, 1990: 4 ialah “Intertwining learning strands in order to get mathematical material structured.”
Pada media pembelajaran ini, transformasi berkaitan dengan materi matematika lainnya, misalnya aljabar dan materi geometri lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya materi prasyarat mengenai bidang koordinat dan garis bertujuan untuk melandasi materi transformasi. Kemudian penyelesaian masalah baik dalam
contoh soal maupun latihan soal materi transformasi dikaitkan dengan bentuk-
88 bentuk aljabar yaitu persamaan dengan satu variabel dan materi lain geometri
berupa luas pemukaan bangun datar. Setelah uji coba selesai dilaksanakan, kemudian guru dan siswa mengisi
angket penilaian media. Gambar 20 dan Gambar 21 menunjukkan rata-rata hasil penilaian guru dan siswa.
Gambar 20. Nilai Rata-rata Penilaian Media oleh Guru
Gambar 21. Nilai Rata-rata Penilaian Media oleh Siswa
Gambar 20 menunjukkan nilai rata-rata hasil penilaian guru terhadap media dengan skor minimal 1 dan skor maksimal 5. Nilai rata-rata tersebut kemudian
dikonversi menjadi kriteria kualitas berdasarkan Tabel 4 sehingga dapat dikatakan bahwa media ini termasuk dalam kategori
“sangat baik” untuk ketiga kualitas. Selanjugnya, Gambar 21 menunjukkan nilai rata-rata hasil penilaian siswa
terhadap media ini dengan skor minimal 0 dan maksimal 1. Hasil tersebut kemudian dikonversi menjadi kriteria kualitas Tabel 5, sehingga dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran termasuk dalam kategori “sangat baik”
4.7 4.75
4.8 4.85
4.9 4.95
5 5.05
Is i da
n T
uj ua
n
Ins tr
uk si
o na
l T
ekni s
89 untuk ketiga kualitas. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa media yang dikembangkan termasuk dalam kategori sangat baik untuk kualitas aspek isi dan tujuan, instruksional, dan teknis.
Selain itu, media pembelajaran dengan pendekatan realistik ini juga berpengaruh baik terhadap proses belajar siswa. Hal ini didukung dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Der-Ching Yang dan Wan-Ru Wu yang menunjukkan bahwa kelompok eksperimen dengan pendekatan realistik memiliki
hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Zeynep dan Ali Sabri 2008
dengan judul “The Effect of Realistic Mathematics Education on 7
th
Grade Students’ Achievements in Multiplication of Integers
” juga menunjukkan hal yang sama. Sehingga, penggunaan media pembelajaran dengan pendekatan realistik juga dapat
berpengaruh baik terhadap hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata- rata kelas yang berada di atas KKM 75 yaitu mencapai 77,107. Oleh karena itu
maka media pembelajaran ini sesuai dengan kriteria efektif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran ini efektif digunakan untuk
pembelajaran.