21 3
Bayangan titik Aa, b oleh rotasi dengan pusat O0, 0 dan sudut putar 180° adalah A’−a,−b.
d. Dilatasi Perkalian Bangun
Bayangan titik Aa, b oleh dilatasi dengan pusat O0, 0 dan faktor skala k adalah A’ka, kb.
Materi transformasi merupakan materi yang baru dipelajari oleh peserta didik kelas VII SMP. Materi ini bersifat abstrak sehingga perlu dikelola agar
pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan realistik untuk membelajarkannya. Poin 6 merupakan penjelasan lebih rinci
mengenai pembelajaran matematika realistik.
6. Pendekatan Matematika Realistik
Kata realistik berasal dari bahasa Belanda yaitu “zich realiseren” yang berarti “untuk dibayangkan” atau “to imagine”. Menurut Van de Heuvel-
Panhuizen Ariyadi Wijaya, 2012: 20, “penggunaan kata realistic pada
pembelajaran matematika bukan sekedar menunjukkan adanya keterikatan antara dunia nyata dengan proses pembelajaran, akan tetapi lebih menekankan pada
penggunaan situasi yang bisa dibayangkan oleh siswa. ” Pemggunaan situasi
tersebut akan menyebabkan peserta didik terlibat langsung dalam pembelajaran, hal ini sesuai dengan pendapat Freudenthal Erman Suherman dkk, 2003: 146
bahwa matematika adalah aktifitas manusia. Salah satu contohnya ialah peserta didik menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah dalam berbagai
22 situasi dan kesempatan sehingga mereka dapat menemukan kembali matematika
Sutarto Hadi, 2002: 31. Hal ini sesuai dengan gagasan utama pendekatan matematika realistik bahwa matematika merupakan aktifitas manusia.
Menurut Treffers Ariyadi Wijaya, 2012: 21-23 terdapat 5 karakteristik Pendidikan Matematika Realistik, yaitu:
a. Penggunaan konteks
In RME, the real world is used as a starting point for the development of mathematical concept and ideas. Real world is the rest of the world outside
mathematics, i.e., school or university subjects or disciplines different from mathematics, or everyday life and the world around us Blum Niss, 1989.
Yet, we have to be careful because the real world here is the world that is concrete for students... Sutarto Hadi, 2002:32
Berdasarkan kutipan di atas penggunaan masalah riil merupakan titik awal untuk mengembangkan konsep dan ide matematika. Melalui
penggunaan konteks, siswa dilibatkan secara aktif untuk melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan. Menurut Kaiser Ariyadi Wijaya, 2012: 21,
manfaat lain penggunaan konteks di awal pembelajaran adalah untuk meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa dalam belajar matematika.
Selain itu, penggunaan konteks sesuai dengan prinsip konstruksi yang disampaikan oleh Streefland 1990: 4
“by leading concreteness to activities which pave the road into mathematics, as well as through mathematics,
which to our view is the proper way to learn mathematics .”
Penggunaan permasalahan realistik context problem dalam Pembelajaran Matematika Realistik memiliki posisi yang berbeda dengan
penggunaan matematika
realistik pada
pembelajaran mekanistik.
Perbedaannya ialah pada Pembelajaran Matematika Realistik, masalah