Jumlah responden dalam penelitian ini adalah tiga orang. Peneliti mengambil responden sebanyak tiga orang karena kesulitan untuk mencari
responden. Pada penelitian ini jumlah responden terbatas. Peneliti juga melakukan pembatasan terhadap karakteristik responden, yaitu siswa Sekolah Menengah Atas
SMA yang bersekolah di sekolah umum, karena pada saat ini responden berusia remaja. Pada usia remaja, individu mulai berpikir lebih logis dan menyusun
rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi. Tipe pemecahan masalah ini diberi nama penalaran deduktif hipotestis. Penalaran
deduktif hipotetis adalah konsep operasional formal Piaget, yang menyatakan bahwa remaja memiliki kemampuan kognitif untuk mengembangkan hipotesis,
atau dugaan terbaik, serta mengenai cara memecahkan masalah. Kemudian mereka menarik kesimpulan secara sistematis, atau menyimpulkan, pola mana
yang diterapkan dalam memecahkan masalah Papalia, 2007. Selain itu, peneliti juga mengambil responden yang mengalami buta total pada usia kanak-kanak. Hal
ini dikarenakan sedikitnya pengalaman penglihatan yang dialami oleh responden, sehingga ketika remaja banyaknya pertimbangan dalam pengambilan keputusan
terhadap masalah yang mereka hadapi.
C. Metode Pengambilan Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah wawancara. Menurut Banister dalam Poerwandari, 2009 memaparkan bahwa wawancara kualitatif
dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna respondentif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang
diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain.
Jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan pedoman umum. Dalam proses wawancara ini, peneliti dilengkapi
pedoman wawancara yang sangat umum, mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang yang terus dibahas sekaligus menjadi daftar pengecek check-
list apakah aspek-aspek yang berkaitan telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian peneliti harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut
akan dijabarkan secara konkrit dalam kalimat tanya sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat wawancara Poerwandari, 2009.
Wawancara dengan pedoman sangat umum ini dapat berbentuk wawancara terfokus, yakni wawancara yang mengarahkan pembicaraan pada hal-
hal atau aspek tertentu dari kehidupan atau pengalaman partisipan, tetapi wawancara juga dapat berbentuk wawancara mendalam dimana peneliti
mengajukan pertanyaan mengenai berbagai segi kehidupan partisipan secara utuh dan mendalam.
Metode penelitian kualitatif ini peneliti gunakan karena ingin mengetahui secara mendalam mengenai proses strategi pemecahan masalah pada siswa
tunanetra dalam hal akademis. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi pada saat wawancara berlangsung. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan
memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi selalu menjadi bagian dalam penelitian psikologis, dapat berlangsung dalam
konteks laboratorium maupun dalam konteks alamiah. Banister dkk, dalam Poerwandari 2009.
D. Alat Bantu Pengambilan Data