Pencapaian Prestasi Karakterisrik Perilaku Tunanetra Pendekatan Pendidikan

pada berbagai bagian dari suatu objek dan kemudian secara mental membentuknya menjadi bagian yang terpisah.

4. Pencapaian Prestasi

Menurut Hallahan Kauffman 1998 sangat sedikit studi mengenai pencapaian prestasi pada anak yang mengalami gangguan pada penglihatan dengan anak yang penglihatannya normal. Ada sedikit bukti yang menyatakan bahwa baik anak yang sebagian fungsi penglihatannya masih dapat digunakan dan anak yang buta, mental age nya berada di belakang teman sebaya mereka yang dapat melihat. Kesimpulan lainnya adalah bahwa pencapaian prestasi pada anak yang memiliki gangguan pada penglihatannya tidak berpengaruh besar seperti yang ada pada anak yang mengalami gangguan penglihatan. Pada proses belajar mendengar lebih penting daripada melihat. Oleh karena itu stimuli untuk belajar lebih mudah dan efektif diberikan pada individu yang tidak dapat melihat daripada individu yang tidak dapat mendengar.

5. Karakterisrik Perilaku Tunanetra

Menurut Heward 1996, orientasi adalah kemampuan untuk menyeimbangkan satu posisi dan hubungannya dengan lingkungan melalui penggunaan alat indera yang tertinggal. Mobilitas adalah kemampuan berpindah dengan aman dan efisien dari satu poin ke poin lain. Untuk kebanyakan murid lebih banyak membutuhkan usaha untuk teknik orientasi dibanding teknik Universitas Sumatera Utara mobilitas. Anak dengan kesulitan pengihatan diajarkan tentang konsep dasar yang familiar dengan mereka melalui tubuh dan lingkungan mereka.

5. Pendekatan Pendidikan

Ketika berbicara tentang guru dari anak-anak yang memiliki gangguan penglihatan kita sering terpikir tentang alat-alat khusus seperti braille, alat perekam, dan lain-lain. Walaupun media dan material ini mempunyai peran penting dalam pendidikan anak dengan gangguan penglihataan, namun guru yang efektif harus lebih tahu daripada hanya cara menggunakan peralatan tersebut. Banyak pendidik dan psikolog yang telah menggambarkan halangan-halangan belajar oleh siswa yang mengalami gangguan penglihatan Heward, 1996. Braille adalah sarana utama keaksaraan untuk orang-orang yang buta Schroeder dalam Smith, 2006. Braille adalah sistem membaca dan menulis berupa huruf, kata, angka, dan sistem lain yang dibuat dari pengaturan titik yang timbul. Sistem ini dikembangkan sekitar tahun 1830 oleh Louis Braille, seorang berkebangsaan Perancis muda yang buta. Meskipun sistem braille sudah lebih dari 165 tahun, namun ini adalah cara yang paling efisien untuk membaca dengan sentuhan dan merupakan keterampilan penting bagi orang-orang yang memiliki susah untuk membaca cetak. Siswa yang buta bisa membaca huruf braille jauh lebih cepat daripada dari alphabet standar. Pendekatan pendidikan lain yang dapat membantu siswa tunanetra dalam belajar menurut Smith 2006 adalah calculation aids alat bantu menghitung. Dalam pelajaran matematika, sempoa telah menjadi suatu alat bantu yang penting Universitas Sumatera Utara bagi siswa tunanetra, dengan memainkan biji sempoa penghitungan matematika dasar dapat dilakukan dan hasilnya terdapat dalam bentuk taktil yang dapat diraba dengan jari tangan.

C. Sekolah Menengah Atas SMA Trisakti Lubuk Pakam