Pembahasan Responden 3 Responden Sammy

Saat ini Sammy bersekolah di sekolah SMA Trisakti, kelas XI. Ketika ia melanjutkan pendidikan ke SMA Trisakti, begitu banyak ia mengalami hambatan. Walaupun demikian, Sammy harus tetap mengatasi hambatan yang ditemukannya demi lancaranya kegiatan akademisnya baik di sekolah dengan menggunakan suatu strategi pemecahan masalah yang berhubungan dengan akademisnya. Menurut Matlin 2005 strategi pemecahan masalah adalah ketika individu menyatakan adanya suatu masalah, maka individu tersebut akan menggunakan suatu strategi untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam melaksanakan kegiatan akademisnya, masalah-masalah yang paling sering dialami Sammy tentunya hal – hal yang berhubungan dengan materi pelajaran di sekolah. Pada mata pelajaran agama, sebagian dari materi pelajaran agama Sammy kurang mengerti. Untuk mengatasi hambatan tersebut, Sammy mencatat yang dijelaskan oleh gurunya tersebut untuk dipelajarinya kembali dirumah. Hal lain yang dilakukan oleh Sammy adalah selalu mempelajari dan menghafal materi pelajaran agama pada saat itu ketika ia pulang sekolah ataupun pada malam harinya, karena ketika di kelas Sammy tidak dapat bertanya ataupun tidak tahu apa yang akan ditanyakannya kepada gurunya karena belum mengerti terhadap materi yang disampaikan. Untuk lebih memahami materi tersebut Sammy bertanya kepada guru agamanya dan membuka kembali al-kitab untuk mempelajarinya di perpustakaan asrama ketika pulang sekolah. Pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, kendala yang ditemukan Sammy adalah gurunya yang jarang menjelasakan materi pelajaran. Hal ini membuat Sammy menjadi tidak mengerti terhadap beberapa materi pelajaran kewarganegaraan. Untuk mengatasi hal tersebut Sammy harus sering membaca buku kewarganegaraan tersebut secara berulang-ulang, selain itu Sammy juga bertanya kepada gurunya mengenai materi pelajaran yang belum ia mengerti yang kemudian ia catat untuk ia pelajari selanjutnya. Terkadang Sammy juga meminta bantuan temannya untuk menuliskan arti dari istilah - istilah dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, kemudian setelah pelajaran selesai barulah Sammy kembali mencari penjelasan dari istilah tersebut dan mengahafalkannya. Pada pelajaran pendidikan kewarganegaraan, Sammy kurang termotivasi untuk memepelajarinya karena terdapatnya banyak pasal-pasal di dalam Undang – Undang Dasar UUD yang harus dihafal dan banyaknya tugas yang diberikan oleh gurunya. Untuk mengatasi hal tersebut, maka Sammy mengatasinya adalah dengan membagi waktu dalam mengerjakan tugas dengan cara mengerjakan tugas berupa soal-soal pada sore hari dan pada malam harinya menghafal pasal-pasal yang terdapat dalam Undang – Undang Dasar UUD. Pada mata pelajaran bahasa Indonesia, biasanya membuat laporan berita di televisi. Untuk mengatasi hal tersebut, Sammy menggunakan alat perekamnya yang ia letakkan di samping televisi yang menayangkan program berita. Setelah selesai, ia membuat laporannya dan huruf Braille kemudian meminta temannya untuk menyalinkan kedalam tulisan awas. Pada materi pelajaran bahasa Indonesia, materi yang sulit dipahami oleh Sammy adalah berhubungan dengan catatan kaki yang harus membuat kotak dalam pengerjaanya dan juga membuat daftar pustaka. Sammy mengalami kesulitan karena Sammy sendiri tidak dapat membuat kotak atau tabel dan juga penulisan daftar pustaka yang sebagian tulisannya menggunakan huruf miring. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, maka Sammy meminta bantuan temannya untuk membuat kotak tersebut. Untuk daftar pustaka sendiri, Sammy juga meminta bantuan temannya untuk mengajari dirinya dalam membuat daftar pustaka seperti hal pertama yang dilakukan adalah dengan menuliskan nama orang terlebih dahulu, kemudian tahun, nama buku, tempat buku diterbitkan dan nama penerbit. Sammy juga pergi ke perpustakaan Yapentra untuk melihat contoh daftar pustaka yang berisi huruf Braille, dan juga diajarkan oleh teman Sammy di asrama yaitu anak pak Soit. Pada pelajaran bahasa Inggris, hambatan Sammy adalah sulitnya ia mengetahui arti dari kosa kata dalam bahasa Inggris karena ia tidak memiliki kamus. Untuk mengatasi kendala tersebut, ia menanyakan kepada temannya yang memiliki kamus agar ia dapat mengerjakan tugasnya sambil menghafal kosa kata tersebut. Cara lain yang digunakan Sammy agar ia dapat dengan cepat mengingat kosa kata dalam bahasa inggris adalah dengan mendengar lagu bahasa Inggris, ia mencatat liriknya dan kemudian menanyakan kepada guru ataupun temannya arti dari setiap kosa kata yang ada di lirik lagu tersebut serta sering menyanyikan lagu tersebut. Selain itu, tentu ia sering melakukan percakapan sederhana dengan teman-temanya. Hal itu tentu lebih memudahkan Sammy dalam mengingat arti dari kosa kata dalam bahasa Inggris. Untuk tugas bahasa Inggris lainnya adalah membuat iklan dalam bahasa Inggris. Untuk menyelesaikan tugas tersebut, ia mencari majalah yang berisi iklan dalam bahasa Inggris yang kemudian ia gunting. Jika tidak ada di dalam majalah, Sammy mencari iklan dalam bahasa Indonesia yang kemudian ia terjemahkan dalam bahasa Inggris. Pada mata pelajaran matematika, bagi Sammy sendiri menemukan hambatan. Hal itu terjadi karena Sammy tidak mengerti yang dijelaskan oleh gurunya mengenai contoh-contoh soal yang ditulis di papan tulis dan ia tidak dapat melihatnya, sehingga ia kesulitan dalam mengerjakan tugas. Untuk mengatasinya, ketika tugasnya harus diselesaikan di sekolah, biasanya Sammy meminta bantuan teman sebangkunya untuk menjelaskan kembali dan mencoba secara bersama-sama untuk mengerjakan tugas tersebut. Setelah tugas tersebut selesai, biasanya Sammy pindah ke kursi temannya yang lain untuk melihat benar atau tidaknya tugas yang ia kerjakan yang dianggap Sammy temannya tersebut mahir dalam pelajaran tersebut. Ketika tugas tersebut harus dikerjakan di rumah, Sammy meminta bantuan dengan pak Soit untuk menjelaskannya kembali karena ia belum paham yang dijelaskan oleh gurunya disekolah. Biasanya setelah selesai diberi penjelasan, Sammy diberi latihan soal yang hampir sama dengan tugas dari sekolahnya. Pada dasarnya mata pelajaran eksakta memerlukan kemampuan kognitif pada siswa tunanetra, sehingga besar kemungkinan lebih mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas yang menuntut berpikir abstrak dibandingkan secara konkrit sebagai perkembangan konseptualnya Hallahan Kauffman, 1998. Dengan mata pelajaran tersebut, Sammy memilih solusi secara sederhana terhadap alternatif jawaban yang tampak untuk menyelesaikan masalah. Lovett dalam Matlin, 2005. Contohnya ketika tugas tersebut harus dikerjakan di rumah, Sammy meminta bantuan dengan pak Soit untuk menjelaskannya kembali karena ia belum paham yang dijelaskan oleh gurunya disekolah. Biasanya setelah selesai diberi penjelasan, Sammy diberi latihan soal yang hampir sama dengan tugas dari sekolahnya. Pada mata pelajaran geografi, tugasnya berupa banyaknya hafalan pada pelajaran tersebut yang diberikan oleh gurunya. Sammy menghafal materi tersebut dengan beberapa langkah, hingga akhirnya dapat menghafalnya seperti menghafal setiap satu paragraph sebanyak tiga samapi limakali kemudian meminta bantuan temannya untuk mengoreksi hafalan Sammy. Dalam proses belajarnya, Sammy sering bertanya kepada gurunya dan sering menjawab soal-soal latihan yang terdapat pada buku geografi. Pada mata pelajaran sosiologi, guru lebih sering mendiktekan pertanyaan yang harus dijawab oleh siswanya. Sammy menyelesaikan tugas tersebut di kelas. Jika tugas tersebut tidak selesai, maka tugas tersebut menjadi pekerjaan rumah. Biasanya Sammy menyesuaikan jawabannya dengan temanya dan mengecek kembali jawaban tersebut benar atau salah. Dalam proses belajarnya, Sammy bertanya kepada gurunya dan gurunya menjelaskan kembali pertanyaan responden tersebut. Ketika pulang sekolah, Sammy selalu mencari jawaban yang ia kurang pahami ketika di kelas melalui internet dan mempelajari penjelasan masing-masing. Pada mata pelajaran sejarah, tugas adalah banyaknya menggunakan bahasa latin. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, maka Sammy bertanya kepada gurunya. Sammy tidak saja langsung puas dengan jawabn gurunya, maka pada sore harinya ketika pulang sekolah Sammy membuka internet dan mencari penjelasan mengenai fosil manusia purba tersebut. Dalam proses belajarnya, Sammy tidak hanya mempelajari materinya dari buku paket saja. Selain dari buku paket, ia juga sering mendengar salah satu program televisi mengenai sejarah dunia. Berita tersebut ia rekam, kemudian ia putar kembali untuk membuat catatan. Sammy sering mendengarkan kaset CD pelajaran sejarah di perpustakaan Yapentra dengan menggunakan earphone. Hal itu dilakukan Sammy ketika pulang sekolah. Pada mata pelajaran ekonomi, tugasnya berhubungan dengan gambar atau tabel. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, maka Sammy meminta bantuan kepada gurunya untuk menjelasakannya secara lisan. Sammy juga meminta bantuan kepada anak pak Soit yang merupakan anak guru matematika yang berada di Yapentra dan juga teman Sammy untuk menjelaskan mengenai materi tersebut, dan khusus untuk diagram atau kurva djielaskan dengan menggunakan lidi yang kemudian di raba oleh Sammy. Pada mata pelajaran sosial seperti geografi, sosiologi, sejarah, dan ekonomi, Sammy tidak terlalu memiliki hambatan. Hal ini dikarenakan Sammy sering mengerjakan soal-soal latihan pada mata pelajaran tersebut dan kemudian menghafal jawabannya karena biasanya gurunya akan menanyakan jawaban soal-soal tersebut kepada dirinya. Selain itu, pada malam harinya Sammy mempersiapkan materi pelajaran untuk keesokan harinya dengan menghafal materi tersebut. Untuk mata pelajaran sosial sendiri, Sammy mengaku tidak mengalami banyak hambatan karena sifatnya menghafal dan ia menyukainya serta semakin termotivasi Hallahan Kauffman, 1998. Untuk lebih memahami mengenai mata pelajaran sosial maupun mata pelajaran yang lain, Sammy tidak dapat hanya mengharapkan ilmu yang lebih dari metode pengajaran yang dilakukan oleh gurunya yang bersifat ceramah. Sammy juga harus mempelajari materi-materi pelajaran dari buku. Selain dari buku paket, Sammy juga sering perpustakaan di Yapentra untuk mendengar CD materi pelajaran. Dan yang paling hebatnya lagi ia juga sering mendengar program televisi mengenai sejarah dunia maupun berita lainnya yang mendukung pelajarannya di sekolah. Berita tersebut ia rekam dengan menggunakan alat perekamnya yang ia letakkan di samping televisi, kemudian ia putar kembali untuk membuat catatan. Tentu ini membantu Sammy dalam mengerjakan tugas dan menjawab pertanyaan dari guru di kelas, sehingga ia sering di puji oleh guru. Hal ini dapat menampilkan kinerja yang luar biasa yang dilakukan Sammy dalam mengerjakan tugas dengan sesuatu cara yang khusus Ericsson Lehmann, dalam Matlin, 2005. Pada mata pelajaran akuntansi, tentunya kesulitan yang ditemukan Sammy adalah materi yang berhubungan dengan jurnal karena harus membuat tabel terutama tabel debit dan kredit. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, maka Sammy meminta bantuan temannya untuk memasukkan jumlah kedalam kolom debit dan kredit, yang sebelumnya Sammy telah menghitung jumlahnya terlebih dahulu dengan menggunakan sempoa. Selain itu Sammy juga bertanya dengan temannya yang megerti mengenai pelajaran akuntansi dan sama – sama berdikusi. Pada mata pelajaran seni budaya, tentu kurangnya pemahaman Sammy yang berhubungan dengan gambar dan tarian. Untuk mengatasi hambatan tersebut Sammy mencari buku seni budaya di perpustakaan yang ada di Yapentra, karena di perpustakaan terdapat buku mengenai gambar ataupun tarian dalam bentuk gambar timbul sehingga Sammy dapat merabanya. Untuk tugas yang berhubungan dengan materi tersebut, Sammy meminta gurunya untuk tugas yang di kelas dengan mengalihkan ke tugas lain yang dapat ia lakukan yang berhubungan dengan seni yaitu bernyanyi sambil bermain alat musik. Selain itu, Sammy juga meminta gurunya untuk mengalihkan pada tugas yang lain. Biasanya untuk tugas di rumah, gurunya meminta tugas dalam bentuk kerajinan tangan seperti keset kaki. Untuk menyelesaikan tugas tersebut, Sammy meminta bantuan kepada guru yang sering mengajarkan kerajinan tangan pada anak-anak tunanetra yang berada di Yapentra. Sammy diajarkan menganyam kain untuk keset tersebut, sedangkan untuk menggunting kain tersebut dilakukan oleh gurunya. Pada mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, kesehatan, tentunya hambatan yang ditemukan Sammy tidak dapatnya ia mengikuti kegiatan belajar tersebut, karena lebih banyak praktek di lapangan. Ketika Sammy tidak bisa mengikuti praktek olahraga di lapangan. Ia hanya berdiri di pinggir lapangan ketika praktek berlangsung, sedangkan Sammy ingin mengetahui olahraga yang dipraktekkan. Untuk mengatasi kendala tersebut, Sammy meminta temannya untuk mengajarkan kepadanya olahraga tersebut secara sederhana setelah praktek pelajaran olah raga selesai. Sammy meminta bantuan kepada temannya untuk mengajarkan dirinya bermain bola volley. Mulai dari cara memengang bola dengan benar dan cara melempar bola yang benar service. Pada mata pelajaran teknologi informasi komunikasi TIK tentunya hambatan yang ditemukan Sammy berupa komputer atau notebook di sekolah yang belum di install bagi siswa tunanetra, tentu Sammy tidak dapat mengikuti kegiatan belajar yang demikian karena guru mengajarkan siswanya sambil menggunakan komputer atau notebook. Dengan keingin tahuannya yang besar untuk memperlajari dan mengoperasikan komputer, maka ia mengatasinya dengan berlatih menggunakan komputer di Yapentra setiap hari. Padahal jadwal yang diberikan untuknya adalah dua kali seminggu. Untuk materi pelajaran Teknologi Informasi Komunikasi TIK, Sammy mengalami kesulitan yang berhubungan dengan menyimpan dan mengopi data. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, Sammy meminta gurunya untuk mengajarinya kemudian menuliskan cara-caranya secara rinci dan kemudian Sammy latihan di asrama dengan menggunakan komputer yang sudah dilengkapai dengan aplikasi Jaws. Pada mata pelajaran bahasa Perancis, hambatan yang ditemukan Sammy adalah sulitnya ia memahami antara pengucapan dan penulisan dalam bahasa Perancis. Dalam mempelajari bahasa Perancis, yang dilakukan Sammy adalah dengan bertanya kepada gurunya cara membaca kata – kata dalam bahasa perancis dan kemudian mencatatnya. Segala yang ditulis oleh gurunya di papan tulis, Sammy menuliskannya dan kemudian menanyakan kepada gurunya cara membaca kosa kata tersebut. Ketika pulang sekolah, Sammy kembali mempelajari bahasa Perancis tersebut dan mencoba mempraktekkan bahasa Perancis dengan volunteer yang ada di Yapentra yang berwargenegara Jerman yang dapat berbahasa Perancis. Hambatan lain yang ditemukan Sammy pada mata pelajaran bahasa Perancis adalah tidak memiliki kamus. Sammy mengakui bahwa pelajaran bahasa Perancis lebih sulit dibandingkan bahasa Inggris, walaupun keduanya merupakan bahasa asing. Dalam mengerjakan tugas bahasa Inggris, Sammy selalu meminta bantuan temannya di sekolah. Untuk tugas yang dikerjakan di rumah pun, ia tetap meminta bantuan temannya di sekolah. Hal ini terjadi karena di Yapentra sendiri tidak yang bisa membantunya dalam mengerjakan bahasa Inggris, sehingga Sammy datang ke sekolah pagi-pagi sekali untuk melihat tugas temannya. Secara keseluruhan Sammy termasuk siswa yang menyelesaikan segala permasalahan akademisya dengan menggunakan strategi pemecahan masalah heuristik, karena dalam menyelesaikan masalah yang ia hadapi tidak ada aturan atau susunan baku dalam menyelesaikan masalahnya, sehingga ia memikirkan cara tersendiri untuk mengatasi masalah akademisnya tersebut. Strategi yang Sammy gunakan adalah heuristik analogi. Hal ini dikarenakan ketika Sammy menemukan masalah akademis yang sama atau hampir mirip dengan masalah yang pernah ia hadapi sebelumnya, Sammy akan menggunakan solusi yang sama ataupun yang hampir mirip dengan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Matlin 2005 yang menyebutkan bahwa ketika individu menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan analogi, individu menggunakan solusi yang sama dengan masalah sebelumnya untuk menyelesaikan masalah yang baru. Keadaan yang demikian, dapat saja terjadi bagi siswa tunanetra seperti Sammy. Dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan suatu strategi pemecahan masalah, tentu adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor tersebut antara lain adalah keahlian. Menurut Matlin 2005, Individu yang memiliki keahlian dapat menjelaskan secara konsisten dalam menampilkan kinerja yang luar biasa dalam mengerjakan tugas dengan sesuatu dengan cara yang khusus Ericsson Lehmann. Hal tersebut dapat dilihat melalui individu yang memiliki pengetahuan dasar yang dimiliki Sammy. Seperti yang diketahu bahwa Sammy ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama SMP menjadi finalis delapan besar olimpiade Matematika dan IPA MIPA tingkat nasional yang bersaing dengan siswa-siswa normal lainnya. Selain pengetahuan dasar, faktor lainnya adalah seperti memori, representasi, kecepatan dan keakuratan, serta kemampuan metakognitif yang mungkin dapat di ingat oleh Sammy pada saat ia masih dapat melihat. Seperti yang diketahui, bahwa Sammy mengalami kebutaan pada saat ia kelas V duduk di sekolah dasar SD. Tentunya Sammy sudah memiliki pengalaman penglihatan. Tentunya tidak dapat dipungkiri bahwa pengalaman visual yang dimiliki seseorang dapat memiliki daya yang memungkinkan seseorang dapat menguasai lingkungan, penguasaan diri, atau hubungan antara keduanya Efendi, 2006.

D. Responden 3 Responden Sammy

5. Deskripsi Umum Responden

Wawancara dengan Responden Sammy dilakukan sebanyak 2 kali yaitu : Tabel 7 Jadwal Wawancara Responden 3 No. Hari Tanggal Waktu Tempat 1. Selasa 23 Oktober 2012 15.15 WIB – 16.45 WIB Yayasan pendidikan tunanetra 2. Senin 15 April 2013 09.00 WIB – 10.30 WIB Yayasan pendidikan tunanetra Tabel 8 Gambaran Umum Responden 3 No. Identitas Responden 1. Nama Sammy nama samaran 2. Usia 16 tahun 3. Jenis kelamin Laki-laki 4. Agama Kristen protestan 5. Status pendidikan SMA 6. Domisili Deli Serdang – Sidikalang 7. Urutan dalam keluarga Anak ke 4 dari 7 bersaudara 8. Penyebab kebutaan Panas badan yang terlalu tinggi Sammy lahir pada tanggal 6 Januari 1996, saat ini usianya 16 tahun. Ia adalah anak ke empat dari tujuh bersaudara. Kakak dan abangnya telah menyelesaikan pendidikannya, bahkan salah satunya, tepatnya anak ke 2 atau yang disebutnya dengan abang telah menikah. Sementara ke tiga adiknya, sedang menempuh pendidikan kelas 1 dan 3 SMP, dan 6 SD. Sammy merupakan anak dari pasangan yang cukup terpelajar, walaupun ibu seorang petani di daerah sidikalang tetapi ayahnya bekerja di kantor bupati dan memiliki pergaulan yang cukup luas. Orang tua Sammy yang bekerja sebagai pegawai kantoran dan merupakan lulusan sarjana salah satu universitas yang berada di kota Medan. Keluarga Sammy sendiri berasal dari Sidikalang. Dari lahir hingga kelas 5 Sekolah Dasar SD, Sammy sama dengan anak-anak normal lainnya yaitu dapat melihat keindahan dunia yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut tidak berlangsung lama dikarenakan ketika Sammy berusia sekitar 10 tahun yaitu kelas 5 SD, ia mengalami sakit demam yang tinggi atau lebih dikenal dengan istilah step. Ketika Sammy hendak pergi ke sekolah, tiba-tiba ia merasakan panas pada tubuhnya, kemudian ia memanggil ibunya dan pada saat itu ibunya langsung membawanya kerumah sakit. Pada saat itu dokter masih mengatakan bahwa Sammy mengalami step ringan. Seminggu kemudian tiba-tiba Sammy demam lagi dan dibawa kembali ke rumah sakit oleh orang tuanya, dan seperti biasa Sammy pun sembuh kembali. Setelah beberapa hari kemudian, Sammy mengalami demam yang tinggi lagi dan pada saat itulah terlambat karena orang tuanya tidak langsung membawanya ke rumah sakit. Sammy dibawa orang tuanya ke rumah sakit setelah beberapa jam kemudian. Pada saat itu tubuh Sammy mengalami kejang-kejang, hingga akhirnya ia tidak dapat tertolong lagi. Ketika sampai ke tempat praktek dokter mata, dokter mengatakan bahwa dirinya terkena penyakit step dan adanya syaraf yang terkejut sehingga mengakibatkan kebutaan. Semasa kuliah orang tua Sammy yaitu ayahnya sering mengunjungi Yayasan Pendidikan Tunanetra Yapentra yang berada di Tanjung Morawa,