Pembahasan Responden 2 Responden Dona
sebagai penguat materi tersebut. Untuk mengatasi kendala yang ditemukan Dona dalam mengikuti pelajaran agama ini, maka Dona meminta temanya untuk
membacakan ayat yang ada di dalam alkitab tersebut kembali. Ketika temannya selesai membacanya, maka Dona mengingatnya dan langsung menuliskan ke
dalam bukunya untuk menghafalkan ayat tersebut. Begitulah seterusnya yang Dona lakukan ketika mempelajari pelajaran agama apabila materinya
berhubungan dengan ayat-ayat yang ada di dalam alkitab. Hal lain yang dilakukan Dona adalah Dona membuka kembali alkitab yang berisi materi mengenai
masalah agama dan berdiskusi dengan teman. Sesampai di asrama Dona juga bertanya kepada pendeta atau fikar.
Pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, hambatan yang ditemukan oleh Dona adalah banyaknya pasal-pasal dalam Undang-Undang Dasar
UUD. Untuk mengatasi hambatan tersebut, Dona mempelajari pasal-pasal yang ada di materi pelajaran kewarganegaraan dengan mengahafalkannya setiap malam
sebelum pelajaran dilaksanakan pada keesokan harinya. Cara Dona menghafalkan pasal-pasal tersebut dengan menuliskannya kembali, kemudian membacanya
hingga lima kalimat sebanyak tiga kali dan akhirnya Dona pun hafal mengenai pasal tersebut. Untuk materi pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang lain,
Dona sering bertanya kepada teman sekelasnya dan mencari referensi lewat internet serta menuliskan kembali penjelasan yang ia peroleh untuk ia pelajari.
Selain itu, Dona juga sering berdiskusi dengan teman seangkatan yang bersekolah di sekolah negeri.
Pada pelajaran bahasa Indonesia, hambatan yang ditemukan Dona adalah materi mengenai resensi novel dan surat lamaran kerja. Dona mengalami kesulitan
karena ia tidak menemukan novel yang bertulisan Braille. Untuk mengatasi masalah tersebut, Dona pergi ke perpustakaan yang ada di Yapentra. Ia mencari
kaset CD dalam bentuk novel, ia mendengarkan novel tersebut dengan menggunaka earphone sambil menuliskan resensi novel tersebut dalam tulisan
Braille. Setelah selesai, ia meminta pengasuhnya untuk menyalin resensi tersebut dalam tulisan Braille ataupun temannya jika pengasuhnya sedang sibuk.
Untuk materi pelajaran bahasa Indonesia yang lain, Dona mengalami kesulitan mengenai materi membuat surat lamaran kerja. Untuk mengatasi
kesulitan tersebut, Dona membuka internet dan membaca buku di perpustakaan Yapentra mengenai cara penulisan surat lamaran kerja. Hal lain yang dilakukan
Dona adalah dengan bertanya kepada gurunya mengenai cara penulisan surat lamaran yang benar dan latihan dengan cara menuliskannya kembali yang
kemudian akan di koreksi oleh guru atau pengasuhnya. Pada mata pelajaran bahasa Inggris, tentunya diharapkan bagi siswa agar
dapat menguasai kosa kata dalam bahasa Inggris untuk memudahkan dalam mengikuti pelajaran bahasa Inggris. Untuk mengatasi hal tersebut, yang Dona
lakukan adalah dengan ia harus meminta bantuan temannya untuk mencari arti kosakata tersebut dan menuliskannya kembali untuk ia hafal. Kurangnya
perbendaharaan kosa kata Dona dalam bahasa Inggris, Dona harus benar-benar berlatih dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dona
melakukannya dengan cara membuat dialog atau percakapan sederhana dengan
teman-temannya. Hal ini ia lakukan karena ia mengingat nasehat gurunya, bahwa jika ingin lancar dalam bahasa Inggris harus sering-sering melakukan percakapan
dalam bahasa Inggris. Selain itu juga lebih memudahkan Dona dalam mengerti akan arti dari yang ia ucapkan. Selain membuat percakapan, Dona juga sering
mendengarkan lagu bahasa Inggris. Ia menulis lirik lagunya dan mencatat judul lagu bahasa Inggris yang ia sukai kemudian menghafalkannya dengan mencari arti
kata tersebut di dalam kamus. Pada mata pelajaran matematika, Dona benar-benar menemukan
hambatan. Selain tugasnya yang sulit untuk ia kerjakan, metode mengajar gurunya yang masih menggunakan metode ceramah dan menggunakan media papan tulis
sebagai alat bantu dalam menjelaskan materi pelajaran. Dona juga tidak menyukai sikap gurunya yang tidak peduli terhadap dirinya maupun siswa tunanetra lainnya.
Kondisi itu membuat Dona terkadang tidak mengerjakan tugas matematika, dan hanya mengerjakan tugas tersebut jika ia tidak malas. Menurut Pradopo 1977,
keadaan yang dialami oleh Dona dapat saja terjadi. Perasaan yang mudah tersinggung pada diri Dona membuat pengalaman sehari-harinya menumbuhkan
perasaan kecewa dan membuat dirinya menjadi lebih emosionil sekalipun terhadap hal-hal kecil.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Dona memilih memilih solusi secara sederhana terhadap alternatif jawaban yang tampak untuk menyelesaikan masalah.
Lovett dalam Matlin, 2005. Dona hanya meminta bantuan dengan teman sebangkunya dengan menyesuaikan jawaban dirinya dengan jawaban temannya
tersebut. Hal ini dilakukan oleh Dona, karena menurutnya teman sebangkunya
menguasai pelajaran matematika. Ketika tugas matematika tersebut menjadi pekerjaan rumah PR, Dona meminta bantuan kakak-kakak seniornya yang juga
tunanetra yang bersekolah di sekolah umum. sehingga semakin membuat Lia tidak menyukai mata pelajaran tersebut. Pada dasarnya pelajaran matematika sangat
menuntut kemampuan konseptual siswa, hal ini dikarenakan pelajaran matematika menuntut para siswa untuk berfikir secara abstrak Hallahan Kauffman, 1998.
Pada mata pelajaran geografi, guru sering memberikan pertanyaan lisan secara tiba-tiba kepada siswanya dan harus langsung dijawab oleh siswanya. Cara
Dona adalah selalu mengahafal materi pelajaran yang akan dibahas di kelas pada malam hari sebelum materi pelajaran tersebut akan dibahas pada keesokan
harinya. Dalam proses belajarnya Lia sering membaca buku, mendengar CD mengenai pelajaran geografi, dan sering bertanya kepada guru di kelas. Lia juga
bertanya kepada guru IPS yang berada di Yapentra ketika pulang sekolah untuk berdiskusi. Setelah berdiskusi, biasanya responden menuliskan hasil diskusi untuk
di pelajari selanjutnya. Pada mata pelajaran sosiologi, tugas-tugasnya yang selalu berhubungan
dengan media internet. Dona mengatasi hambatan tersebut dengan mengerjakan tugas tersebut di asrama yang kebetulan komputernya sudah di install untuk
tunanetra. Setelah tugas yang dicari lewat internet selesai, maka Dona menyalinnya kedalam tulisan braille dan kemudian meminta pengasuhnya
memindahkannya kedalam tulisan awas dengan cara mendiktekannya. Dalam Proses belajarnya, untuk memahami materi pelajaran adalah dengan selalu
mempelajari dan menghafalkan materi pelajaran sosiologi pada malam hari
sebelum keesokan harinya materi tersebut akan dibahas di kelas. Selain itu Dona juga mendengar kaset CD yang di dengar melalui earphone mengenai soal-soal
sosiologi berserta jawabannya dan juga materi-materi mengenai pelajaran sosiologi, kemudian Dona mencatatnya kedalam buku catatannya untuk dipelajari
kembali. Pada mata pelajaran sejarah, guru sering menyuruh siswanya untuk
meringkas materi pelajaran di kelas. Hal ini membosankan bagi Dona karena banyaknya materi pelajaran yang harus diringkas, dan juga buku paket sejarah
yang masih bertuliskan huruf awas. Untuk mengatasi masalah tersebut, Dona meringkas materi pelajaran tersebut di rumah dengan meminta bantuan
pengasuhnya untuk mendiktekannya dan juga meminta pengasuhnya untuk menyalin hasil ringkasannya tersebut kedalam tulisan awas. Dalam proses
belajarnya, Dona sering bertanya kepada gurunya dan mencari informasi melalui internet, kemudian mencatatnya. Selain itu, Dona juga menghafal sampai tiga kali
dan memimata temannya untuk mengoreksi dengan melihat buku Pada mata pelajaran ekonomi, Dona mengalami hambatan dalam tugas
yang berhubungan dengan gambar atau tabel. Dona hanya mencatat mengenai penjelasan dari gambar atau tabel tersebut dan meminta temannya untuk
penjelasan gambar tersebut dan mencatatnya kembali hal-hal yang penting dari penjelasan temannya tersebut. Untuk tabel sendiri, responden meminta izin
kepada gurunya untuk menuliskan hanya kata-kata yang terdapat pada tabel. Pada mata pelajaran sosial seperti geografi, sosiologi, sejarah, dan
ekonomi. Dona tidak terlalu memiliki hambatan yang berarti, karena untuk
memahami materi tersebut Dona lebih banyak untuk membaca buku mata pelajaran tersebut serta dengan menghafalkannya. Guru–guru mata pelajaran
tersebut pun sering menanyakan materi pelajaran kepada siswanya secara lisan. Hal lain yang dilakukan Dona agar lebih memahami materi pelajaran tersebut
adalah dengan mendengar kaset CD yang di dengar melalui earphone di perpustakaan yang berada di Yapentra mengenai soal-soal sosiologi berserta
jawabannya dan juga materi-materi mengenai pelajaran geografi, sosiologi, sejarah dan ekonomi. Dona mencatat kedalam buku catatannya untuk dipelajari
kembali. Bagi Dona sendiri, mata pelajaran seperti ini sangat disukainya sehingga ia tidak memiliki hambatan. Dalam perkembangan bahasanya, kebanyakan anak-
anak tunanetra tetap bisa mendengar bahasa dan mungkin lebih termotivasi dibandingkan anak yang dapat melihat karena itu merupakan yang utama dalam
mereka berkomunikasi. Hallahan Kauffman, 1998. Pada mata pelajaran akuntansi, tentunya kesulitan yang ditemukan Dona
adalah materi yang berhubungan dengan jurnal karena harus membuat tabel terutama tabel debit dan kredit. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, maka Dona
meminta penjelasan kembali dengan guru akuntansi dimana letak angka-angka yang harus dimasukkan kedalam kolom debit dan kredit dengan mendatangi meja
gurunya. Kemudian Dona diajarkan untuk memasukkan hasil semua sisa saldo setiap bulannya, yang sebelumnya harus di balance kan terlebih dahulu. Dona
juga meminta bantuan temannya untuk memasukkan jumlah kedalam kolom debit dan kredit, yang sebelumnya Dona teah menghitung jumlahnya terlebih dahulu
dengan menggunakan sempoa. Selain itu Dona juga bertanya dengan temannya yang megerti mengenai pelajaran akuntansi dan sama – sama berdikusi.
Pada mata pelajaran seni budaya, tentu kurangnya pemahaman Dona yang berhubungan dengan gambar, Dona meminta gurunya untuk mengalihkan ke
dalam bentuk tugas yang lain yaitu dengan bernyanyi di depan kelas ataupun membuat kerajinan tangan. Biasanya Dona diminta untuk bernyanyi lagu bahasa
Inggris. Pada mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, kesehatan, tentunya
Dona tidak dapat mengikuti praktek di lapangan karena kondisnya tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, Dona lebih memilih dengan mencari referensi olahraga
yang sering dipraktekkan di sekolah dengan menggunakan media internet. Disamping itu Dona juga sering berada di pinggir lapangan sambil mencoba
membayangkan informasi yang ia peroleh mengenai olah raga tersebut dari buku pelajaran maupun dari internet.
Pada mata pelajaran teknologi informasi komunikasi TIK tentunya banyak hambatan yang ditemukan oleh Dona karena untuk memahami pelajaran
tersebut harus disertai dengan praktek, sedangkan komputer yang berada di sekolah belum menggunakan sistem aplikasi Jaws dan Dona tidak dapat
mengaplikasikan komputer tersebut. Oleh karena itu, Dona mempelajari materi TIK terlebih dahulu. Ia bersama-sama belajar dengan temannya dengan
menggunakan komputer di sekolah. Dona mencoba mengetik di komputer walaupun komputer tersebut belum memiliki aplikasi Jaws dan temannya yang
akan mengawasi dan mengoreksi pekerjaan Dona. Pada saat pulang sekolah,
ketika sore hari Dona mengikuti les komputer di Yapentra. Biasanya Dona membuka buku pelajaran TIKnya dan latihan dengan menggunakan komputer
tersebut, karena komputer di Yapentra sudah dilengkapi dengan sistem aplikasi Jaws khusus bagi siswa tunanetra, selain itu Dona juga diajari oleh guru komputer
yang ada di Yapentra. Pada mata pelajaran bahasa Perancis, hambatan yang ditemukan oleh
Dona adalah sulitnya ia memahami antara pengucapan dan penulisan dalam bahasa Perancis. Untuk mengatasi hal tersebut Dona menuliskan cara membaca
kosa kata dalam bahasa Perancis ketika gurunya menjelaskan di depan kelas dan kemudian menghafalkannya. Untuk materi bahasa Perancis, Dona menemukan
kesulitan mengenai materi dialog karena harus di praktekkan. Untuk mengatasinya, maka Dona membuat bahasa Indonesianya terlebih dahulu,
kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa Perancis. Biasanya Dona membuka google translate dan mengetikkannya kembali sehingga keluarlah
tulisan dalam bahasa Perancis. Setelah itu responden mencatatnya kedalam buku tulis untuk ia pelajari.
Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa Dona dalam mengatasi masalah- masalah yang ia temukan dalam kegiatan akademisnya, lebih cenderung
menggunakan strategi pemecahan masalah heuristik. Hal ini dikarenakan dalam menyelesaikan masalah akademisnya tidak ada aturan atau susunan baku dalam
menyelesaikan masalahnya, sehingga ia memikirkan cara tersendiri untuk mengatasi masalah akademisnya tersebut. Strategi yang Dona gunakan adalah
heuristik analogi. Hal ini dikarenakan ketika Dona menemukan masalah akademis
yang sama atau hampir mirip dengan masalah yang pernah ia hadapi sebelumnya, Dona akan menggunakan solusi yang sama ataupun yang hampir mirip dengan
sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Matlin 2005 yang menyebutkan bahwa ketika individu menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan
analogi, individu menggunakan solusi yang sama dengan masalah sebelumnya untuk menyelesaikan masalah yang baru.
Semua penyelesaian masalah akademis yang Dona lakukan tersebut dipengaruhi oleh faktor motivasi dan karakteristik kepribadian yang
mempengaruhi Dona dalam menggunakan strategi pemecahan masalah akademisnya Davidson dan Sternberg, 2003. Rasa kecintaannya kepada ibunya
membuat Dona memotivasi dirinya sendiri dengan hanya mengingat nasehat ibunya bahwa ia harus rajin belajar. Oleh sebab itu, ia selalu memikirkan berbagai
cara untuk mengatasi masalah akademisnya dengan mengenali penyebab masalah akademis yang dihadapinya dan menyelesaikannya agar proses kegiatan
akademisnya berjalan dengan lancar serta demi tercapainya cita-cita yang diinginkannya.
Dona juga memiliki kepribadian ekstrovert sebagai karakteristik kepribadianya.
Ekstrovert merupakan karakteristik kepribadian dengan
menunjukkan sikap terbuka dengan dunia luar dan terhadap orang lain Schultz Schultz, 2005. Sikap Dona yang terbuka terhadap orang lain terutama dengan
teman dan gurunya, membuat dirinya selalu mengutarakan masalah yang ia hadapi dengan menyampaikan selalu menanyakan pendapat mengenai penyelesaian
masalah akademis yang ia hadapi maupun mendengarkan solusi yang diberikan
oleh orang lain kepada dirinya atas permasalah yang ia hadapi. Sikap Dona yang demikian, membuat Dona memiliki banyak teman.
Tabel 6 Rangkuman responden 2
No .
Mata Pelajaran
Masalah Waktu
Awal Terjadi
Masalah Solusi
Awal Solusi
Saat Ini Strategi
Pemecahan Masalah
1. Pendidikan
agama
Tidak adanya alkitab yang
dibawa oleh ke sekolah, karena
alkitab untuk siswa tunanetra
berisi satu buku untuk satu jilid,
sehingga alkitabnya
menjadi banyak dan tebal.
Kelas X berlangsung
hingga kelas XII
Dona meminta temanya untuk
membacakan ayat yang ada di dalam
alkitab tersebut kembali. Ketika
temannya selesai membacanya, maka
Dona mengingatnya dan
langsung menuliskan ke
dalam bukunya untuk
menghafalkan ayat tersebut.
heuristik hill- climbing
Dona meminta temanya untuk
membacakan ayat yang ada di dalam
alkitab tersebut kembali. Ketika
temannya selesai membacanya,
maka Dona mengingatnya dan
langsung menuliskan ke
dalam bukunya untuk
menghafalkan ayat tersebut. Selain itu
Dona sering berdiskusi dengan
teman atau pendeta Pendekatan Analogi
Tahapan: Dona meminta
temanya untuk membacakan ayat
yang ada di dalam alkitab tersebut
kembali. Ketika temannya selesai
membacanya, maka Dona mengingatnya
dan langsung menuliskan ke dalam
bukunya untuk menghafalkan ayat
tersebut.
Dona sering membuka kembali alkitab yang
berisi materi mengenai masalah agama dan
berdiskusi dengan teman. Sesampai di
asrama Dona juga bertanya kepada
pendeta, Fikar.
Setiap Dona menemukan masalah
yang sama atau serupa akan cenderung
menggunakan solusi yang sama seperti
diatas.
2. Pendidikan
kewarganegaraan Banyaknya
pasal-pasal dalam Undang-
Undang Dasar UUD yang
harus dihafal. Kelas X
berlangsung hingga
kelas XII Dona
mengahafalkannya setiap malam
sebelum pelajaran dilaksanakan pada
keesokan harinya. Cara Dona
menghafalkan pasal-pasal tersebut
dengan menuliskannya
kembali, kemudian membacanya.
heuristik hill- climbing
Dona mengahafalkannya
setiap malam sebelum pelajaran
dilaksanakan pada keesokan harinya.
Cara Dona menghafalkan
pasal-pasal tersebut dengan
menuliskannya kembali, kemudian
membacanya hingga lima
kalimat sebanyak Pendekatan Analogi
Tahapan: Dona
mengahafalkannya setiap malam sebelum
pelajaran dilaksanakan pada keesokan harinya.
Cara Dona menghafalkan pasal-
pasal tersebut dengan menuliskannya
kembali, kemudian membacanya hingga
lima kalimat sebanyak
tiga kali dan akhirnya Dona pun
hafal mengenai pasal tersebut.
tiga kali dan akhirnya Dona pun hafal
mengenai pasal tersebut.
Dona sering berdiskusi dengan teman
seangkatan yang bersekolah di sekolah
negeri dan bertanya kepada temannya dan
menuliskan kembali penjelasan pasal-pasal
tersebut
Setiap Dona menemukan masalah
yang sama atau serupa akan cenderung
menggunakan solusi yang sama seperti
diatas.
3. Bahasa
Indonesia Tugas membuat
resensi novel, Dona
mengalami kesulitan karena
ia tidak menemukan
Kelas X berlangsung
hingga kelas XII
Untuk mengatasi masalah tersebut,
Dona pergi ke perpustakaan yang
ada di Yapentra. Ia mencari kaset CD
dalam bentuk Untuk mengatasi
masalah tersebut, Dona pergi ke
perpustakaan yang ada di Yapentra. Ia
mencari kaset CD dalam bentuk
Pendekatan Analogi
Tahapan: Untuk mengatasi
masalah tersebut, Dona pergi ke perpustakaan
yang ada di Yapentra.
novel yang bertulisan
Braille novel, karena Dona
sering mendengarkan
novel dalam bentuk CD di perpustakaan
Yapentra heuristik hill-
climbing novel, ia
mendengarkan novel tersebut
dengan menggunakan
earphone sambil menuliskan resensi
novel tersebut dalam tulisan
Braille. Ia mencari kaset CD
dalam bentuk novel, ia mendengarkan novel
tersebut dengan menggunakan
earphone sambil menuliskan resensi
novel tersebut dalam tulisan Braille. Setelah
selesai, ia meminta pengasuhnya untuk
menyalin resensi tersebut dalam tulisan
Braille ataupun temannya jika
pengasuhnya sedang sibuk
Setiap Dona menemukan masalah
yang sama atau serupa akan cenderung
menggunakan solusi yang sama seperti
diatas.
Tugas membuat Kelas X
Dona Dona
Pendekatan Analogi
pidato dan puisi berlangsung
hingga kelas XII
mengarangnya sendiri dan
kemudian menghafalnya dan
meminta gurunya untuk langsung
membacakan pidatonya di depan
kelas tanpa memberikan buku
tugasnya. heuristik hill-
climbing mengarangnya
sendiri dan kemudian
menghafalnya dan meminta gurunya
untuk langsung membacakan
pidatonya di depan kelas tanpa
memberikan buku tugasnya.
Tahapan: Dona mengarangnya
sendiri dan kemudian menghafalnya dan
meminta gurunya untuk langsung
membacakan pidatonya di depan
kelas tanpa memberikan buku
tugasnya.
Dona sering membuka internet dan membaca
buku di perpustakaan dan sering bertanya
kepada gurunya mengenai,selain itu
Dona sering latihan dengan cara
menuliskannya kembali
Setiap Dona menemukan masalah
yang sama atau serupa akan cenderung
menggunakan solusi yang sama seperti
diatas. Membuat artikel Kelas X
berlangsung hingga
kelas XII
Dona sudah menuliskan artikel
tersebut dalam huruf Braille untuk
kemudian ia hafal. Setelah dicetak, ia
meminta pengasuhnya untuk
menyalinkan kedalam tulisan
awas. heuristik means-
ends Sebelum di cetak,
Dona sudah menuliskan artikel
tersebut dalam huruf Braille untuk
kemudian ia hafal. Setelah dicetak, ia
meminta pengasuhnya untuk
menyalinkan kedalam tulisan
awas. Semua tugas- tugas tersebut
Dona kerjakan sebanyak tiga kali
kerja hingga selesai.
Pendekatan Analogi
Tahapan: Sebelum di cetak,
Dona sudah menuliskan artikel
tersebut dalam huruf Braille untuk
kemudian ia hafal. Setelah dicetak, ia
meminta pengasuhnya untuk menyalinkan
kedalam tulisan awas. Semua tugas-tugas
tersebut Dona kerjakan sebanyak tiga kali
kerja hingga selesai.
Setiap Dona menemukan masalah
yang sama atau serupa akan cenderung
menggunakan solusi yang sama seperti
diatas.