berusaha sepenuhnya dalam mengatasi persoalan-persoalan dirinya dan mengharapkan pertolongan atau disebabkan oleh rasa kasih sayang yang
berlebihan dari pihak lain dengan cara selalu memberkan pertolongan-pertolongan kepada anak tunanetra sehingga karenanya ia tidak pernah berbuat sesuatu
apapun. Oleh karena itu, untuk mengatasinya anak tunanetra perlu diberi kesempatan untuk menolong dirinya sendiri.
2. Perkembangan Bahasa
Kebanyakan ahli percaya bahwa kurangnya fungsi penglihatan tidak dapat mengubah kemampuan untuk mengerti dan menggunakan bahasa. Dari studi yang
dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa siswa tunanetra tidak berbeda dengan orang yang melihat dalam tes intelegensi verbal. Hanya beberapa aspek
komunikasi seperti gestur memiliki perbedaan pada individu yang memiliki kekurangan pada fungsi penglihatan. Anak tunanetra tetap dapat mendengar
bahasa dan mungkin lebih termotivasi dibandingkan anak yang dapat melihat karena merupakan hal yang utama bagi anak-anak tunanetra dalam berkomunikasi
Hallahan Kauffman, 1998. Kelompok profesional lainnya juga mempercayai bahwa anak tunanetra memiliki perkembangan bahasa yang berbeda, karena anak-
anak tunanetra tersebut memiliki kelebihan dan memilki kekurangan.
3. Kemampuan Intelektual
Menurut Hallahan Kauffman 1998, beberapa kemampuan intelektual pada tunanetra adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Performansi Pada Standarisasi Tes Inteligensi
Samuel P.Hayes dalam Contributions to a Psychology of Blindness melaporkan bahwa ketunanetraan tidak secara otomatis menghasilkan intelegensi
yang rendah. Pada studinya tahun 1950, Hayes mengatakan bahwa dirinya tidak pernah menemukan siswa tunanetra dalam keadaan yang merugikan, terutama
sekali dalam intelegensi verbal dan tidak ada hubungan antara kebutaan dengan IQ Intelligence Quotient.
b. Kemampuan Konseptual
Perkembangan konseptual atau kemampuan kognitif pada anak yang mengalami kebutaan cenderung tertinggal daripada anak yang dapat melihat. Pada
anak tunanetra, besar kemungkinan lebih rendah dalam tugas yang menuntut berpikir abstrak dan lebih mungkin untuk menyelesaikan tugas secara konkrit.
c. Konsep Spasial
Konsep yang muncul pada anak yang mengalami kebutaan lebih sulit dibandingkan yang lainnya. Tetapi banyak penelitian menunjukkan bahwa
konseptualisasi spasial tidaklah mustahil bagi anak tunanetra. Individu yang tunanetra, ternyata belajar konsep spasial dengan penggunaan indera perasa selain
indera penglihatan. d.
Tactual dengan Pengalaman Visual Menurut Lowenfeld dalam Hallahan, 1998 persepsi tactual dibedakan
atas dua yakni synthetic touch dan analytic touch. Synthetic
touch berdasar pada
eksplorasi tactual seseorang dari objek yang cukup kecil yang dapat dipegang dengan satu atau kedua tangan. Sedangkan analytic
touch yaitu meliputi sentuhan
Universitas Sumatera Utara
pada berbagai bagian dari suatu objek dan kemudian secara mental membentuknya menjadi bagian yang terpisah.
4. Pencapaian Prestasi