Data Wawancara Pendidikan Agama

Ketika wawancara, seperti biasa peneliti membuat gurauan agar suasana lebih akrab dan beberapa waktu kemudian ketika peneliti dengan serius mengajukan pertanyaan ternyata peneliti salah mengucapkan satu kata sehingga peneliti dan Responden tertawa bersama-sama sambil menepuk tangan. Wawancara kedua berlangsung selama 85 menit.

3. Data Wawancara

Lia adalah seorang anak tunanetra yang saat ini sedang melaksanakan pendidikan di SMA Trisakti. SMA Trisakti merupakan salah satu sekolah umum tingkat SMA yang berada di kotamadya Lubuk Pakam yang terletak di Sumatera Utara. Lia adalah salah seorang siswa tunanetra yang beruntung, karena diberi kesempatan untuk menuntut ilmu di sekolah umum yang sudah pasti seluruh siswanya adalah siswa-siswa awas siswa yang dapat melihat. Kesempatan ini tentu saja tidak dengan mudah didapatkan oleh Lia untuk menutut ilmu di sekolah umum, karena untuk mendapatkan kesempatan tersebut para siswa tunanetra harus memperoleh nilai Ujian Nasional UN sebesar 7,00 ketika duduk di Sekolah Menengah Pertama. Menimbah ilmu di sekolah umum bagi seorang tunanetra seperti yang dialami Lia, bukanlah perkara mudah untuk melakukan segala aktivitas sehari-hari yang ditetapkan oleh sekolah tersebut dengan lancar. Banyak hambatan yang ditemukan oleh Lia dalam mata pelajaran yang diikutinya. Mata pelajaran tersebut, antara lain:

1. Pendidikan Agama

Pada pelajaran agama, Lia merasa kurang nyaman karena gurunya yang selalu meminta tugas siswa tunanetra dalam tulisan awas. Hal ini membuat Lia memakan waktu yang lama dalam menyelesaikan tugasnya, karena Lia harus meminta bantuan temannya dan harus menunggu temannya untuk menyelesaikan tugasnya yang kemudian tugas Lia barulah diselesaikan. Ketika Lia tidak mengerti dengan beberapa materi yang disampaikan oleh guru atau dipelajari di kelas, maka Lia lebih memilih untuk menanyakan kepada temannya atau meminta temannya untuk bertanya kepada gurunya. Hal ini terjadi karena Lia malu untuk bertanya kepada gurunya, Lia merasa malu karena sebelumnya Lia bertanya kepada gurunya dan ternyata yang ditanyakan oleh Lia sudah terdapat di dalam buku pelajaran agama. Sejak saat itu Lia selalu mengurungkan niatnya untuk bertanya ketika tidak mengerti mengenai materi pelajaran agama. Untuk materi pelajaran pendidikan agama, Lia mengalami kesulitan pada materi “saling mengasihi”. “… pelajaran Agama itu bilang gini e... kasihilah musuhmu katanya. Seperti dirimu sendiri. Sampe sekarang aku enggak bisa mengaplikasi itu. Bagaimana kita mengasihi musuh kita sedangkan musuh kita itu kan adalah orang yang kita benci. Gitu kak…” R1. WIIb. 88-94hal.33 Untuk mengatasi kesulitan tersebut, Lia menanyakan langsung kepada gurunya dan mencoba merenungi penjelasan yang diberikan oleh gurunya. “…Jadi gurunya bilang kayak gini. E... ya sebelum kau memikirkan minta maaf kau harus berdoa dulu. Jadi dari dirimu sendiri baru kau lakukan untuk orang lain. Itulah kak mengatasinya. Aku renungi dulu lah kak maksud dari yang dibilang guru itu…” R1. WIIb. 105-1154hal.34 Secara keseluruhan, pemahaman Lia terhadap materi pelajaran agama adalah sebagai pedoman hidup untuk mengajarkan kearah yang lebih baik. Ketika manusia melakukan kesalahan atau membuat suatu kekeliruan, maka ia akan diingatkan lewat agama.

2. Pendidikan Kewarganegaraan