Tanggapan LSM tentang Faktor yang mempengaruhi poligami

commit to user 93 c. Poligami adalah salah satu alasan bagi pria untuk melegalkan zina Siti Kasiyati berpendapat bahwa sebagian laki-laki yang ingin melakukan poligami dengan alasan daripada berbuat zina lebih menikah lagi, seperti dalam kutipan berikut: “Sekarang ini, banyak alasan laki-laki untuk melakukan poligami, salah satunya yaitu alasan agar dirinya tidak melakukan zina. Dengan poligami ia tidak memuaskan hasrat seksualnya kepada perempuan lain selain isteri pertamanya.” Sumber : Dra. Hj. Siti Kasiyati, wawancara tanggal 3 Februari 2010. Pendapat yang hampir sama diutarakan oleh Vera Kartika Giyanti bahwa laki-laki yang melakukan poligami dengan alasan agar tidak melakukan zina merupakan alasan yang sudah biasa dilakukan oleh para suami untuk melakukan perbuatan poligami. “Laki-laki yang melakukan poligami dengan alasan agar tidak melakukan perbuatan zina menurut saya adalah laki-laki yang ingin memuaskan kebutuhan pribadi seksualnya yang tidak puas dengan pelayanan biologis isterinya. Hanya alasan tersebut yang memungkinkan seorang isteri akan memberikan ijin kepada suaminya untuk menikah lagi.” Sumber Vera Kartika Giyanti, SH. wawancara tanggal 25 Januari 2010

3. Tanggapan LSM tentang Faktor yang mempengaruhi poligami

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh responden dari LSM,terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang melkukan poligami. Diantaranya Suami mempunyai harta berlebih, lingkungan yang mendukung terjadinya poligami, dan ketidakpuasan suami dengan pelayanan istri commit to user 94 a. Suami mempunyai harta berlebih Dari wawancara yang dilakukan oleh responden di LSM,Status sosial dan harta berlebih yang dipunyai suami menjadikan poligami terasa ringan dilakukan. Vera Kartika Giyanti, seorang responden dari LSM SPEKHAM berpendapat bahwa poligami umumnya dilakukan oleh orang-orang mampu dan kaya, karena mereka merasa mampu untuk membiayai lebih dari satu istri. “Dari kasus yang pernah ditangani, kebanyakan yang melakukan poligami adalah orang dengan kekayaan berlebih. Mereka merasa mampu membiayai lebih dari satu istri, tentunya kembali lagi untuk pemenuhan kebutuhan seks pria yang merasa kurang kalau dilayani hanya satu istri” Sumber Vera Kartika Giyanti, SH. wawancara tanggal 25 Januari 2010 Natalia maharani, seorang responden dari Pendamping Korban Yayasan Advokasi Transformasi Untuk Masyarakat ATMa, juga mempunyai pendapat yang sama, kekayaan yang berlebih dinilai mampu myahinkan pria untuk berpoligami karena ingin meningkatkan status sosial “Pria yang beristri dan mempunyai kekayaan berlebih, mempunyai peluang untuk berpoligami lebih besar daripada yang kekayaannya biasa-biasa saja. Bagi sebagian orang, status sosial diyakini bias bertambah tinggi jika seorang pria melakukan poligami, jadi merasa lebih diakui. ” Sumber: Dra. Natalia Maharani, SH wawancara 29 Januari 2010. b. Lingkungan yang mendukung terjadinya poligami Menurut beberapa responden dari LSM meyakini jika lingkungan seorang pria terbiasa melakukan poligami, juga akan mempengaruhi pola pikir pria yang bahkan tadinya tidak berniat poligami menjadi commit to user 95 benrniat melakukan poligami. Seperti diurai Hj. Siti Kasiyati, salah seorang responden dari Lembaga Hubungan Organisasi Hukum dan Advokasi Pimpinan Wilayah Aisyiah. ”teman-temannya melakukan poligami, lingkungan yang memaklumkan poligami itu mempengaruhi pola pikir seorang pria untuk melakukan poligami,walau pertama tidak ingin. Keadaan keluarga yang berpoligami juga menjadikan pola pikir pria dalam lingkungan seperti itu untuk menganggap wajar poligami.” Sumber : Dra. Hj. Siti Kasiyati, wawancara tanggal 3 Februari 2010 . Lebih lanjut Vera Kartka Giyanti, salah seorang responden setuju dengan pendapat Hj. Siti Kasiyati. Menurut Vera, lingkungan sangat mempengaruhi pola pikir dan sikap pria untuk melakukan poligami. “Lingkungan seperti kita ketahui berpengaruh untuk membentuk pola pikir dan sikap. Kalau tidak mau berpoligami ya jangan bergaul dan ada di kalangan orang-orang yang poligami. Karena itu berpengaruh sekali. Adanya bujukan-bujukan, kata- kata “tidak apa-apa” dari lingkungannya akan berpengaruh juga. Padahal hal itu tentu saja menyakiti hati istri.” Sumber Vera Kartika Giyanti,SH. wawancara tanggal 25 Januari 2010 c. Ketidakpuasan suami dengan pelayanan istri Satu lagi faktor yang mempengaruhi terjadinya poligami menurut responden dari LSM, yaitu ketidakpuasan suami dalam pelayanan istri yang diberikan. “terkadang suami merasa idak puas dan bosan jika hanya dilayani oleh seorang istri,lantas melakukan poligami. Tetapi apa dia tidak memperhatikan perasaan istrinya, sakit hati atau tidak. Padahal istri sudah bisa memnuhi permintaan sang suami ini.” Sumber: Dra. Natalia Maharani, SH wawancara 29 Januari 2010. commit to user 96 Salah seorang responden dari Lembaga Hubungan Organisasi Hukum dan Advokasi Pimpinan Wilayah Aisyiah, Hj. Siti Kasiyati juga berpendapat sama, adanya ketidakpuasan suami dalam pemenuhan kebutuhan biologis, seperti istri tidak dapat memenuhi permintaan permintaan suami atau faktor kesehatan istri, bisa dijadikan alasan suami unuk melakukan poligami. ”poligami menjadi alternatif untuk suami yang tidak puas terhadap pelayanan istri, tetapi tidak mau menceraikan istri pertama karena tidak tega atau tidak merasa alasannya menjelek-jelekkan dirinya sendiri. Seperti istri tidak bisa memenuhi permintaan suami, atau karna faktor kesehtan istri, sehingga istri tidak mampu maksimal dalam melayani suami.” Sumber : Dra. Hj. Siti Kasiyati, wawancara tanggal 3 Februari 2010 .

4. Tanggapan LSM tentang Kekerasan