Tanggapan LSM tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan

commit to user 99 digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Sebab kekerasan sendiri mempunyai arti menyakiti orang lain, yang secara langsung akan berdampak kerugian pada korban”Sumber Vera Kartika Giyanti,SH. Wawancara tanggal 25 Januari 2010

5. Tanggapan LSM tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan

LSM memberikan berbagai macam pendapatnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan. Diantaranya karena rendahnya kesadaran untuk melaporkan kasus kekerasan, ketidak seimbangan kedudukan istri dan suami, dan tempramen suami yang buruk. a. Rendahnya kesadaran untuk melaporkan kasus kekerasan. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh responden dari LSM, semua responden mengatakan faktor yang mempengaruhi terjadinya kekerasan adalah rendahnya kesadaran korban kekerasan untuk melapor. Mereka menganggap masalah keluarga adalah aib yang tidak boleh disebarkan, sehingga bertindak memaklumi kekerasan yang dilakukan. Seperti dikatakan oleh Vera Kartika Giyanti, seorang responden dari Harian Solidaritas Perempuan Untuk Kemanusiaan dan HAM. ”kekerasan terus menerus terjadi karena dipengaruhi kesadaran korban sendiri untuk melapor itu masih sangat rendah. banyak sekali korban yang takut melapor,menganggap hal itu tabu dikatakan, padahal sebenarnya dia sudah sangat tersiksa. ” Sumber Vera Kartika Giyanti,SH. wawancara tanggal 25 Januari 2010 commit to user 100 Natalia Maharani, salah seorang responden lain juga menukung pendapat Vera Kartika Giyanti. ”kalau korban tidak berani melapor, kasus kekerasan akan semakin sering terjadi. Sudah dipukuli, dianyiaya hanya diam saja, tidak melapor. Pelakunya jadi tidak jera.” Sumber: Dra. Natalia Maharani, SH wawancara 29 Jnuari 2010 Hj. Siti kasiyati, seorang responden yang berprofesi sebagai ketua Lembaga Hubungan Organisasi Hukum dan Advokasi Pimpinan Wilayah Aisyiah juga mengatakan, banyak kasus kekerasan yang dianggap sepele oleh korban dan dipandang sebelah mata bagi yang menangani. “Kasus kekerasan sering dianggap sepele. Sehingga pelaku kekerasan semakin lama semakin banyak. Seperti menyepelekan ya. Pihak berwajib juga kadang mengesampingkan kasus kekerasan dan lebih mementingkan kasus lain yang lebih berat, sehingga kekerasan terasa sepele bagi pelaku kekerasan. Tidak ada takut-takutnya sama sekali. ” Sumber : Dra. Hj. Siti Kasiyati, wawancara tanggal 3 Februari 2010 b. Ketidakseimbangan kedudukan istri dan suami Perbedaan Status sosial awal yang dimiliki istri dan suami, dinilai juga memberikan pengaruh dalam perilaku kekerasan. Natalia maharani, salah seorang responden mengurai pendapatnya. ”ketika awal menikah tidak dilandasi cinta yang dalam, status sosial istri tidak seimbang dengan suami, menyebabkan suami jadi menyepelekan , menganggap remeh istri, dan itu bisa menimbulkan kekerasan.” Sumber: Dra. Natalia Maharani, SH wawancara 29 Jnuari 2010 Bila salah satu berasal dari keluarga sederhana sedangkan pasangannya dari keluarga mampu, atau salah satu berpenghasilan commit to user 101 lebih tetapi tidak menghargai pasangannya, akan mempengaruhi terjadinya kekerasan. Seperti dituturkan salah satu responden, Vera kartika Giyanti ”semua yang tidak seimbang bisa menyebaban percekcokan yang berbuntut kekerasan. Seperti status sosial, penghasilan yang tidak seimbang sangat berpengaruh pada pertengkaran.” Sumber Vera Kartika Giyanti,SH. wawancara tanggal 25 Januari 2010 c. Tempramen yang buruk Natalia maharani, seorang responden dari Pendamping Korban Yayasan Advokasi Transformasi Untuk Masyarakat berpendapat tempramen yang buruk sangat berpengaruh dalam timbulnya kekerasan. Sifat dasar yang buruk, suka menyakiti lahir atau batin mempengaruhi terjadinya kekerasan. ”sifat dasar yang buruk, tempramen buruk gampang marah, gampang mengeluarkan kata-kata kotor tentu saja menjadi penentu timbulnya kekerasan dalam rumah tangga. Makanya kalau mau menikah hendaknya diketahui dulu karakternya dari mengenal calon suami lebih dalam. Semua itu butuh proses.” Sumber: Dra. Natalia Maharani, SH wawancara 29 Januari 2010 Hj. Siti Kasiyati mendukung mendapat Natalia maharani. Menurutnya tempramen yang buruk, tidak sabaran, sangat berpengaruh untuk nantinya terjadi kekerasan. “Banyak korban yang datang kemari mengeluhnya karena pelaku kekerasan mempunyai basic tempramen yang buruk. Sehingga gampang melakukan kekerasan. Ya, tempramen yang buruk sering sekali saya temukan menjadi hal yang mempengaruhi tindak kekerasan. ” Sumber : Dra. Hj. Siti Kasiyati, wawancara tanggal 3 Februari 2010 commit to user 102

6. Tanggapan LSM tentang kekerasan terhadap perempuan