Persepsi tentang Poligami Persepsi Masyarakat tentang Poligami Sinetron Inayah 1. Persepsi Terhadap kekerasan

commit to user 161 berujung pada munculnya perasaan rendah diri bahwa dirinya tidak berharga. Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial juga muncul pada para korban. Mereka ingin pindah ke sekolah lain atau keluar dari sekolah itu, dan kalaupun mereka masih berada di sekolah itu, mereka biasanya terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah. Yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis pada korban kekerasan, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma post- traumatic stress disorder.

3. Persepsi tentang Poligami

Perkawinan adalah sebuah lembaga yang mempertautkan hati, memelihara kemas lahatan dan memadukan cinta kasih antara kedua belah pihak yang berteman hidup. Ia me rupakan perjanjian yang kuat mitsaqan gholizdo antara suami dan isteri. Perkawinan me nurut Undang-undang Perkawinan no. 1 tahun 1974 adalah ”ikatan lahir batin antara se-orang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluar-ga rumah tangga yang bahagia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” . Soemiyati 2001 mengemukakan definisi poligami dan batasan- batasannya sebagai berikut: Poligami ialah perkawinan antara seorang laki-laki dengan lebih dari seorang wanita dalam kurun waktu yang sama. Mengawini wanita lebih dari seorang ini menurut hukum Islam commit to user 162 diperbolehkan dengan dibatasi paling banyak empat orang. Pembolehan kawin lebih dari satu orang ini diberikan dengan pembatasan-pembatasan yang berat, berupa syarat-syarat yaitu suami yang ingin melakukan poligami harus mampu berbuat adil terhadap para isteri-isterinya, suami bersikap jujur kepada isteri, dan poligami tidak boleh dilakukan apabila suami hanya mengejar kepentingan pribadi. Bagi mereka yang berpoligami tetapi tidak berlaku adil berarti mereka telah melakukan tindak kezaliman. Nabi memberikan gambaran ancaman terhadap mereka yang zalim. Ketentuan-ketentuan itu sangat jelas,sebenarnya untuk membuat seorang pria harus berpikir seribu kali untuk melakukan poligami, karena untuk berlaku adil sangatlah sulit. Suami boleh melakukan poligami karena isteri tidak mampu memberikan keturunan. Rodhiyah Hadirin menyatakan bahwa ketika istri pertama tidak menginginkan adanya poligami dan dia sudah menjadi istri yang baik maksudnya dia sudah solikhah, bisa memberi keturunan dan tidak cacat maka pernikahan poligami itu seharusnya tidak terjadi. Tidak bisa dibandingkan dengan Rosulullah. Orangnya saja sudah jauh berbeda. Salah seorang responden lain, Hj. Solichan juga berpendapat sama dengan Hj. Rodhiyah, menurutnya poligami dalam ajaran islam memang diperbolehkan. Tetapi ada aturan jelas dan syarat-syarat yang juga harus dipenuhi. Dalam islam memang diperbolehkan berpoligami. Tidak bisa menyamakan manusia seperti kita dengan Rasulullah, yang kadang tidak commit to user 163 dipahami pria, asal melakukan poligami karena dianggap boleh oleh islam,padahal tidak memahami aturannya.

4. Persepsi tentang Kekerasan Poligami