commit to user 158
Purwosuri menyatakan bahwa sinetron Inayah berlebihan sekali. Inayah difitnah habis-habisan bagaimana caranya perhatian Romo doso teralih ke
istri-istri sebelum Inayah itu. Tega menyekap kemudian menampar. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa tokoh Romo Doso
dan isteri-isterinya sebelum Inayah dikatakan berlebihan. Kekerasan sebagai perbuatan secara sengaja dengan kekuatan fisik terhadap orang
lain yang berakibat luka atau kemungkinan besar bisa melukai, mematikan, membahayakan psikis, pertumbuhan yang tidak normal atau
kerugian terhadap Inayah. Hal ini didukung oleh pernyataan responden lain, yang juga
mengatakan adegan kekerasan dalam sinetron ini terlalu dipaksakan dan terlalu mengekspos adegan-adegan yang tidak pantas. Pendapat yang
hampir sama dikatakan oleh Risanti Purwosuri bahwa kekarasan yang ditampilkan di sinetron Inayah berlebihan, dipaksakan, terlalu
mengekspose kekerasan didalamnya,baik secara fisik, psikis atau seksual. Mungkin memang Poligami menjadi issu yang hangat sekarang ini,tetapi
namanya juga sinetron,pasti dibumbu-bumbui dengan sesuatu yang dianggap bisa menarik perhatian.
2. Persepsi kekerasan Terhadap Perempuan
Menurut undang-undang No. 23 Tahun 2004 tanggal 22 September 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, wanita
mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan pria,
commit to user 159
namun dalam prakteknya wanita menghadapi sejumlah diskriminasi hukum.
Kekerasan terhadap wanita tetap tidak tercatat dengan baik. Namun pemerintah mengakui adanya masalah keluarga di masyarakat yang makin
gawat karena adanya perubahan sosial akibat urbanisasi yang cepat. Perkosaan oleh suami atas istri tidak dianggap sebagai kejahatan menurut
undang-undang. Meskipun
kelompok-kelompok wanita
berusaha mengubah undang-undang itu, mereka belum memperoleh kemajuan
berarti. Norma-norma budaya menetapkan bahwa masalah antara suami
dan istri adalah urusan pribadi, dan kekerasan di rumah terhadap wanita jarang dilaporkan. Meskipun polisi dapat menuntut suami karena
memukuli istrinya, sikap masyarakat pada umumnya membuat polisi cenderung tidak melakukan hal itu. Akan tetapi, menurut sumber yang
dapat dipercaya, polisi sudah menjadi agak lebih responsif terhadap keluhan kekerasan di dalam rumah tangga.
Berdasarkan data yang diperoleh tanggapan responden tentang kekerasan memiliki kesamaan pendapat yaitu kekerasan terhadap
perempuan seharusnya tidak dilakukan dan kekerasan bukanlah jalan untuk menyelesaikan masalah. Hal tersebut dapat diketahui melalui
pendapat Vera Kartika Giyanti bahwa kekerasan tidak boleh dijadikan alasan untuk menyelesaikan masalah atau tujuan-tujuan tertentu untuk
memenuhi kebutuhan pribadi. Tindakan kekerasan merupakan tindakan
commit to user 160
yang merugikan semua orang, baik bagi pelaku ataupun bagi korban apabila digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Sebab kekerasan
sendiri mempunyai arti menyakiti orang lain, yang secara langsung akan berdampak kerugian pada korban.
Pendapat tersebut diperjelas oleh Natalia Maharani bahwa dalam menyelesaikan masalah dengan kekerasan menunjukkan perbuatan
manusia yang kurang memanfaatkan akal pikiran yang dimiliki. Kekerasan bukan cara untuk menyelesaikan masalah. Banyak cara untuk
menyelesaikan permasalahan. Menurut saya, yang paling utama dalam menyelesaikan masalah adalah dengan cara memanfaatkan akal pikiran
kita yang diberi oleh Allah sehingga masalah dapat diselesaikan secara baik-baik.
Menurut Riauskina, dkk 2005 salah satu dampak dari kekerasan yang paling jelas terlihat adalah kesehatan fisik. Beberapa dampak fisik
yang biasanya ditimbulkan kekerasan adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-pecah, dan sakit dada. Bahkan
dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian. Dampak lain yang kurang terlihat, namun berefek jangka panjang adalah menurunnya kesejahteraan
psikologis psychological well-being dan penyesuaian sosial yang buruk. Dari penelitian yang dilakukan Riauskina dkk., ketika mengalami
kekerasan, korban merasakan banyak emosi negatif marah, dendam, kesal, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam namun tidak
berdaya menghadapinya. Dalam jangka panjang emosi-emosi ini dapat
commit to user 161
berujung pada munculnya perasaan rendah diri bahwa dirinya tidak berharga. Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial juga
muncul pada para korban. Mereka ingin pindah ke sekolah lain atau keluar dari sekolah itu, dan kalaupun mereka masih berada di sekolah itu, mereka
biasanya terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah. Yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah
kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis pada korban kekerasan, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi,
ingin bunuh diri, dan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma post- traumatic stress disorder.
3. Persepsi tentang Poligami