commit to user 102
6. Tanggapan LSM tentang kekerasan terhadap perempuan
LSM menentang kekerasan terhadap perempuan. Oleh sebab itu, LSM memberikan fokus utama pada permasalahan-permasalahan yang
dihadapi oleh perempuan, seperti halnya kekerasan pada perempuan. Beberapa responden dari LSM menyatakan bahwa kekerasan perempuan
dapat terjadi disebabkan karena temperamen suami yang buruk, korban kekerasan hanya diam, dan kekerasan disebabkan karena perempuan tidak
dapat mandiri a. Kekerasan pada perempuan disebabkan karena temperamen suami
yang buruk. Siti Kasiyati menambahkan bahwa kekerasan yang terjadi dalam
dipengaruhi oleh sifat pelaku kekerasan. Dikatakan oleh Vera Kartika Giyanti bahwa sebagai pelaku poligami mempunyai perilaku buruk,
seperti bersikap kasar secara lisan, mengejek, dan merendahkan perempuan, seperti sifat Romo Doso yang merendahkan para isteri-
isterinya. ”Misalnya
kekerasan secara
psikologis. Melakukan
penghinaan,melakukuan pelecehan,
merendahkan derajat,
melakukan kata-kata kotor atau mendiamkan. Saya pernah liat ketika Romo doso itu ya, mengumpat kata-kata kotor seperti
“istri sialan, pelacur” kepada istrinya sendiri.” Sumber Vera Kartika Giyanti,SH. wawancara tanggal 25 Januari 2010
Pendapat Vera Kartika Giyanti tentang kekerasan poligami dalam
sinetron Inayah karena temperamen suami yang buruk didukung oleh Hanggarani Ponda, bahwa Romo Doso sebagai pelaku poligami
mempunyai perilaku buruk, tidak hanya bersikap kasar secara lisan,
commit to user 103
mengejek, dan merendahkan para isteri-isterinya, tetapi juga gampang marah, dengan kutipannya sebagai berikut:
”Tempramen Doso itu tinggi dan orangnya yang suka marah- marah. Gampang dihasut oleh istri-istrinya sehingga melakukan
kekerasan kepada Inayah” Sumber: Dra. Natalia Maharani, SH wawancara 29 Jnuari 2010
b. Korban kekerasan hanya diam Kekerasan yang terjadi dalam poligami tidak hanya dipengaruhi
oleh pelaku poligami atau suami, akan tetapi juga dipengaruhi oleh penerima kekerasan poligami. Dalam sinetron, penerima kekerasan
adalah Inayah. Sikap Inayah yang hanya diam saat menerima perlakuan kekerasan, baik dari suami atau isteri-isteri lainnya
membuat Romo Doso dan isteri-isteri lainnya terus melakukan kekerasan.
“Yaa Cuma diem gitu kok. Inayah itu kan pekerjaan sehari- harinya hanya pasrah,berdoa,menerima kenyataan. Di realita
sesungguhnya mana ada orang seperti itu. Itu hanya orang bodoh saja. Saya lihat misalnya, habis dicambuk Cuma
diam,malah merasa bersalah. Itu kan tidak ada alas an bagi inayah untuk merasa bersalah. Tapi kok ya dia se nerimo itu.
Dia itu ngadu juga sama aja. Ngadu sama aryo Cuma disuruh sabar, ya akhirnya ya sabar lagi. Dia itu tokoh yang nerimo dan
cenderung bodoh. ” Sumber : Dra. Hj. Siti Kasiyati, wawancara tanggal 3 Februari 2010
Sikap diam korban kekerasan diartikan oleh pelaku kekerasan
bahwa korban tidak memiliki keberanian untuk menentang yang membuat pelaku kekerasan melakukan perbuatannya kembali. Hal
tersebut terjadi pada Inayah. ”Disitu Inayah itu juga hanya diam,jadinya semakin dianiaya.
Sebenarnya konflik-konflik dalam sinetron itu dapat diselesaikan
commit to user 104
,tapi justru dibelokkan jauh di luar akal sehat dan kemanusiaan. Kita bisa melihat tokoh-tokoh seperti Inayah
sebagai sosok perempuan muslimah, penyabar, pemaaf, justru selalu dalam tumpuan kesalahan, terpojok, teraniaya” Sumber:
Dra. Natalia Maharani, SH wawancara 29 Jnuari 2010
c. Kekerasan disebabkan karena perempuan tidak dapat mandiri Seorang isteri perlu memiliki sifat mandiri yang nantinya dapat
bermanfaat bagi isteri tersebut. Isteri yang mandiri akan siap menghadapi kenyataan apabila suami tidak melaksanakan kewajiban
dalam memenuhi kebutuhan materi. Hal tersebut tidak terjadi pada isteri-isteri Romo Doso, seperti dalam kutipan berikut:
”Di sinetron itu kan istri-istrinya doso itu bergantung sekali pada suaminya, tidak ada salah satu istrinya doso yang
mempunyai penghasilan sendiri, semuanya kan bergantung ama Doso. Jadi ya dosonya itu semena-mena” Sumber: Dra. Natalia
Maharani, SH wawancara 29 Jnuari 2010 Telah diketahui wanita yang mau dijadikan isteri-isteri Romo
Doso karena harta benda, di sisi lainnya karena para isteri Romo Doso tidak bekerja. Akibatnya, saat Romo Doso mengambil isteri lagi, ada
perasaan kuatir pada isteri-isteri sebelumnya akan mengurangi bagian mereka.
“Mereka seperti berusaha merebut hati si suami dengan cara yang salah. Sehingga yang ada malah kekerasan yang terjadi
untuk merebutkan hak mereka dalam kekayaan” Sumber : Dra. Hj. Siti Kasiyati, wawancara tanggal 3 Februari 2010.
7. Tanggapan LSM tentang kekerasan dalam poligami