Keberadaan Safety Sign di Bidang Profilling Prismatic Machine

156 dilakukan dalam proses produksi, yang sangat tergantung dari bahan, dan peralatan yang dipakai, serta jenis kegiatan yang dilakukan. Potensi bahaya mekanik dari proses produksi tersebut di mesin DGMP dan DGAL mengakibatkan risiko terpeleset, terjatuh, tertimpa, tersayat, tergores, jari terpotong, tertusuk chips, tertiban, tergencet, terjepit. Selanjutnya, pengendalian yang diterapkan terhadap potensi bahaya mekanik dan risiko di mesin tersebut yaitu dengan penggunaan APD, seperti sepatu safety agar pekerja tidak terpeleset, tertiban, tertusuk chips, penggunaan sarung tangan agar tidak tersayat, helm agar tidak tertimpa. Diberi tangga agar pekerja tidak jatuh. Diberi pelatihan agar pekerja tidak tergencet dan risiko jari terpotong. Selain potensi bahaya mekanik dari proses produksi di mesin DGMP dan DGAL juga terdapat potensi bahaya fisik, kimia, fisiologis dan ergonomi. Hal tersebut sebagaimana telah diungkapkan oleh Tarwaka 2008, potensi bahaya fisik di area mesin DGMP dan DGAL dapat mengakibatkan gangguan pendengaran, karena bahaya dari suara mesin. Potensi bahaya kimia dapat mengakibatkan risiko paparan toksisitas dari material, risiko gangguan kesehatan berasal dari cairan hasil collant yang dapat membahayakan kesehatan. Sedangkan potensi bahaya fisiologis dalam bentuk posisi kerja naik turun mesin, jongkok, berdiri dan duduk yang dilakukan secara berulang-ulang, dapat mengakibatkan gangguan ergonomi pada pekerja operator mesin. Semua potensi bahaya dan risiko 157 dijelaskan pada tabel 5.1 dan 5.2 yaitu identifikasi dan penilaian risiko pada mesin DGMP, DGAL, MATEC dan JOBS. Jika ditempat kerja memiliki potensi bahaya maka harus dilakukan pengendalian, yang dapat mereduksi paparan bahaya kepada pekerja. Menurut Tarwaka 2008, terdapat 2 metode yaitu sarana pengendalian permanen jangka panjang dan pengendalian sementara jangka pendek. Untuk menentukan sarana dengan pengendalian permanen atau sementara harus dilakukan prioritas pengendalian terlebih dahulu. Sebagaimana yang yang diungkapkan oleh Ramli 2010a terdapat strategi pengendalian risiko yaitu menekan likelihood kemungkinan terjadinya suatu kejadian, menekan kosekuensi paparan yang diterima, dan pengendalian risiko. Sebagaimana pedoman pengendalian risiko yang lebih spesifik menurut OHSAS yaitu dengan pendekatan eliminasi, substitusi, pengendalian teknis, pengendalian administratif, dan penggunaan alat pelindung diri APD. Sebagaimana berdasarkan beberapa teori yang telah diungkapkan bahwa hirarki pengendalian tentu saja harus dibuat prioritas untuk menekan kemungkinan terjadinya kejadian. Berdasarkan prinsip pengendalian permanen menurut Tarwaka 2008, pengendalian teknis seperti eliminasi menghilangkan sumber bahaya adalah yang utama, selanjutnya diikuti oleh pengendalian lainnya. Di Bidang Profilling Prismatic Machine itu sendiri berdasarkan hasil wawancara mendalam dan observasi belum pernah meningkatkan dengan pengendalian teknis. Manajemen meningkatkan dengan pengendalian administratif dalam 158 bentuk pelatihan, shift kerja, penerapan safety sign. Akan tetapi dalam pelaksanaan pengendalaian administratif dengan penerapan safety sign masih belum maksimal. Oleh karena itu, sebaiknya pengendalian administratif dalam bentuk safety sign dibuat sesuai dengan potensi bahaya, risiko dan pengendaliannya agar pekerja dan tamu perusahaan mengetahui potensi dan risiko bahaya yang mungkin terjadi. Menurut standar ANSI pemasangan safety sign harus berdasarkan potensi bahaya yang ada di tempat kerja dan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012 pada bab keamanan bekerja berdasarkan SMK3 tentang sub bab area terbatas, bahwa rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis. Jika dibandingkan dengan kenyataan, tidak ada satupun keberadaan safety sign yang mengindikasikan risiko dan potensi bahaya dari proses produksi secara tepat. Sementara, pengaruh dari potensi bahaya dan risiko tersebut dapat mengganggu kesehatan secara fisik dimana dapat menyebabkan gangguan-gangguan atau kerusakan pada tubuh Tarwaka, 2008. Di bagian mesin DGMP dan DGAL hanya terdapat tanda berupa mandatory penggunaan sepatu safety, kacamata safety, ear muff, dan safety line. Letak 1 tanda sepatu safety juga terhalang oleh mesin besar dari DGMP sehingga tidak terlihat dan tidak dapat memberikan pesan kepada pekerja maupun pengunjung yang datang ke area kerja. Safety sign lainnya di are mesin DGMP juga terletak jauh dari area mesin yaitu sejauh ± 20 m. 159 Warna sign juga sudah pudar dan ukurannya juga kecil Karena belum di update. Gambar 6.1 Keberadaan Safety Sign di Mesin DGMP Gambar 6.2 Keberadaan Safety Sign di Mesin DGAL Keberadaan Safety Sign di mesin DGMP dan DGAL menurut standar safety sign ANSI Z535.4-2007 berdasarkan situasi bahaya yang menginstruksikan pesan keselamatan untuk melindungi pekerja maupun properti dari risiko kerugian belum sesuai dengan risiko bahaya yang ada ditempat kerja. Oleh karena itu, harus dilakukan evaluasi terhadap penerapan safety sign sebagai bentuk pengendalian bahaya yang sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang sistem manajemen keselamatan. Menurut Sumbo Tinarbuko 2008, pembuatan safety sign yang baik adalah yang memenuhi 4 kriteria seperti : mudah dilihat, mudah dibaca, mudah dimengerti, dan dapat mudah dipercaya. Safety sign di 160 mesin DGAL memiliki kelebihan dibandingkan dengan mesin DGMP, yaitu dengan adanya caution sign terpeleset. Letak 1 tanda sepatu safety juga terhalang oleh mesin besar dari DGAL sehingga tidak terlihat dan tidak dapat memberikan pesan kepada pekerja maupun pengunjung yang datang ke area kerja. Warna sign juga sudah pudar dan ukurannya juga kecil karena penerapan safety sign yang belum di update. Sedangkan tanda-tanda tersebut bertujuan menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Menurut Sumbo Tinarbuko 2008, keberadaan safety sign mampu menggantikan sesuatu yang lain, dapat dipikirkan, atau dibayangkan. Berdasarkan teori tersebut bahwa keberadaan safety sign di mesin DGMP dan DGAL sepenuhnya belum lengkap dan belum berfungsi dengan baik. Hal tersebut dapat dibuktikan pada tabel 5.4 yaitu keberadaan safety sign berdasarkan potensi bahaya dan risiko. Begitu juga keberadaan safety sign yang ada di mesin MATEC dan JOBS yang memilki potensi bahaya dan risiko sama dengan mesin DGMP, seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya. Tetapi, terdapat sedikit perbedaan potensi bahaya yang dihasilkan yaitu risiko terjatuh, tergencet karena mesin MATEC dan JOBS tidak tinggi dan besar. Risiko terpapar cipratan dural, karena bentuk dari mesin MATEC dan JOBS yang sudah terisolasi. Di mesin MATEC dan JOBS tidak ada sama sekali indikasi penerapan safety sign untuk pekerja, hanya terdapat tanda prohibition di kerangkeng mesin, itupun juga berasal dari pabrik mesin. 161 Gambar 6.3 Keberadaan Safety Sign di Mesin MATEC dan JOBS Keberadaan Safety Sign di mesin MATEC dan JOBS menurut standar safety sign ANSI Z535.4-2007 berdasarkan situasi bahaya yang menginstruksikan pesan keselamatan untuk melindungi pekerja maupun properti dari risiko kerugian belum sesuai dengan risiko bahaya yang ada ditempat kerja. Hal tersebut karena tidak ada safety sign sama sekali yang terpajang di mesin MATEC dan JOBS, yang mengindikasikan adanya tanda risiko bahaya sesuai dengan hasil identifikasi yang dilakukan. Menurut Kusrianto 2009, bahwa manusia mampu memberikan makna dan menginternalisasikan makna terhadap suatu objek, tempat, maupun suasana dari orang-rang yang berada dalam lingkungan simbolik. Hal tersebut menunjukkan bahwa di mesin MATEC dan JOBS tidak terdapat makna untuk mengindikasikan suasana bahaya yang dapat terjadi kapan saja untuk pekerja dan tamu perusahaan, karena tidak adanya satupun safety sign yang terpasang. Menurut Gustosign 2013 sebagai ahli konsultan dan pembuat safety sign, keberadaan safety sign memiliki tujuan untuk mencegah kecelakaan ditempat kerja. Safety sign berisi pesan-pesan mengenai bahaya serta penempatan informasi lain yang berhubungan dengan 162 keamanan kerja. Begitu juga di Bidang Profilling Prismatic Machine, penempatan safety sign yang masih kurang tepat serta tidak adanya safety sign yang mengindikasikan adanya potensi bahaya atau pemberitahuan akan memberikan makna sikap yang normal saja untuk pekerja. Akan tetapi, jika disetiap mesin atau proses kerja yang memiliki sign¸ akan memberikan rasa tanggung jawab untuk menjaga dirinya agar lebih berhati-hati untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Sehingga risiko yang dapat muncul, bisa diminalisir dengan memunculkan safety sign tersebut. Sebaiknya, PT. Dirgantara Indonesia dalam manajemen K3LH, pada penerapan safety sign, menggunakan standar yang berlaku dan memilih perusahaan pembuat safety sign yang terbaik agar penerapan safety sign dapat tepat sesuai dengan standar dan komposisi. Selain itu, keberadaan safety sign sebaiknya dilakukan berdasarkan hasil identifikasi bahaya, agar penerapannya dapat berguna untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.

6.5 Kebutuhan Safety Sign Berdasarkan Daftar Bahaya

Kebutuhan safety sign berdasarkan hasil identifikasi bahaya yang telah didiskusikan oleh key informan, yaitu dengan memberikan rekomendasi safety sign di mesin DGMP, DGAL, MATEC dan JOBS berdasarkan situasi bahaya dan risiko pekerjaan. Safety sign dalam bentuk mandatory yang sudah ada juga dibuat kebutuhan berdasarkan referensi 163 standar ANSI Z535 dan BSI 5499 dengan pictogram, symbol panel, signal word, dan word message yang terbaru. Berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko, di dapat daftar potensi bahaya yang ada di mesin DGMP, DGAL, MATEC dan JOBS adalah berupa potensi bahaya mekanik, fisik, kimia, fisiologis, ergonomis. Kebutuhan safety sign berdasarkan risiko bahaya dan pengendalian yang diterapkan di Bidang Profilling Prismatic Machine. Oleh karena itu, analisa kebutuhan safety sign sudah sesuai dengan pedoman Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang penerapan sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada bab area terbatas yang menyatakan bahwa rambu-rambu K3 harus dipasang sesuai dengan standar dan pedomen teknis. Standar yang digunakan yaitu dengan ANSI Z535 dan BSI 5499 yang dibuat berdasarkan hasil identifikasi bahaya di Bidang Profilling Prismatic Machine. Berdasarkan daftar potensi bahaya, risiko dan pengendalian kebutuhan safety sign sudah disesuaikan dengan klasifikasi tanda bahaya sesuai dengan standar ANSI Z535 dan BSI 5499. Diantaranya warning sign, caution sign, danger sign, notice sign, dan prohibition sign. Potensi bahaya yang memilki risiko tinggi sangat diutamakan untuk diberikan informasi, karena akan mengakibatkan bahaya mekanik seperti terpeleset, terjatuh, tertimpa, tertusuk chips, tersayat, terpotong, tertiban, dan terjepit.

Dokumen yang terkait

Analisis Bahaya Pekerjaan Bagian Paper Machine Berdasarkan Metode Job Safety Analysis (JSA) Dalam Upaya Pengendalian Bahaya

0 38 6

ANALISIS BAHAYA PEKERJAAN BAGIAN PAPER MACHINE BERDASARKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) DALAM UPAYA PENGENDALIAN BAHAYA (Studi Kualitatif di Industri Kertas)

0 23 23

Karakteristik Gaya Kepemimpinan Transformasional dalam Impelementasi Safety Leadership di Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun 2014

2 26 178

Analisis Penyebab Masalah dalam Pelaksanaan Risk Assessment Pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Berdasarkan Task Spesific Risk Assessment dari Management Oversight and Risk Tree (MORT) Tahun 2014

3 23 235

Laporan hasil kerja praktek di Departemen Financial Accounting Direktorat Keuangan PT.Dirgantara Indonesia Jalan Pajajaran No.154 Bandung

0 2 20

Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Mesin CNC di Departemen Machining PT. Dirgantara Indoensia

3 17 24

ANALISIS EFISIENSI LAYOUT FASILITAS PRODUKSI PADA DEPARTEMEN MACHINING PT. NAGA BHUANA ANEKA PIRANTI

1 3 80

PENGARUH PEMBERIAN INSENTIF BERDASARKAN PRESTASI KERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN DI LINGKUNGAN DIREKTORAT PRODUKSI DIVISI OPERASI DEPARTEMEN FINAL ASSEMBLY PT. DIRGANTARA INDONESIA.

1 2 61

Studi Deskriptif Mengenai Employee Engagement Pada Karyawan Direktorat Aerostructure Divisi Operating Bagian Machining di PT. Dirgantara Indonesia Bandung.

0 2 43

Manfaat Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Peningkatan Kinerja Departemen Produksi pada PT. Dirgantara Indonesia.

0 0 20