Penilaian Risiko Manajemen Risiko

34

2.3.2.1 Analisis kualitatif

Dalam penilaian risiko dengan analisa kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar kondisi potensial dari kemungkinan yang akan di ukur. Pada umumnya analisis kualitatif digunakan untuk menentukan prioritas tingkat risiko yang lebih dahulu harus diselesaikan AS NZS 4360 : 2004. Menurut standar ASNZS 4360, kemungkinan likelyhood diberi rentang antara suatu risiko yang jarang terjadi sampai risiko yang dapat terjadi setiap saat. Tabel 2.7 Ukuran Kualitatif dari “likelyhood” Menurut standar ASNZS 4360 Peringkat Definisi Uraian A Almost Certain Dapat terjadi setiap saat B Likely Kemungkinan terjadi sering C Possible Dapat terjadi sekali-kali D Unlikely Kemungkinan terjadi jarang Sumber : AustralianNew Zealand Standard 2004 35 Tabel 2.8 Ukuran Kualitatif dari “consequency” MENURUT STANDAR ASNZS 4360 Peringkat Definisi Uraian 1 Insignifant Tidak terjadi cedera, kerugian finansial kecil 2 Minor Cidera ringan, kerugian finansial sedang 3 Moderate Cidera sedang, perlu penanganan medis, kerugian finansial besar 4 Major Cidera berat lebih satu orang, kerugian besar, gangguan produksi 5 Catastrophic Fatal lebih satu orang, kerugian sangat besar dan dampak luas yang berdampak panjang, terhentinya seluruh kegiatan Sumber : AustralianNew Zealand Standard 2004 36 Tabel 2.9 Perkiraan Probabilitas Peringkat Uraian Uraian A Sering terjadi 0.1 kejadian 1 dalam 10 kemungkinan B Sangat mungkin terjadi 0,1 – 0,01 C Dapat terjadi atau pernah terdengar kejadian serupa 0,01 – 0,001 D Jarang terjadi atau tidak pernah terdengar kejadian serupa 0,001 – 0,000001 E Kemungkinan sangat kecil 0,000001 Sumber : AustralianNew Zealand Standard 2004

2.3.2.2 Analisis kuantitatif

Dalam penilaian risiko dengan analisa kuantitatif menggunakan hasil perhitungan numerik untuk tiap konsekuensi dan tingkat probabilitas dengan menggunakan data variasi, seperti catatan kejadian, literatur, dan eksperimen. Dengan adanya sumber data tersebut, hasil analisis kuantitatif memiliki keakuratan lebih tinggi dibandingkan dengan analisis risiko yang lain Kolluru, 1996. 37 Tabel 2.10 Analisis Kuantitatif Sambaran petir 0,0000001 atau 1 dalam 10 juta kejadian Kebakaran ledakan dirumah 0,000001 atau 1 dalam 1 juta Mati dalam “industri yang aman” 0,00001 atau 1 dalam 100.000 Mati dalam kecelakaan lalu lintas 0,0001 atau 1 dalam 10.000 Mati di pertambangan 0,001 atau 1 dalam 1000 Terbang dengan pesawat komersil 0,00001 atau 1 dalam 100.000 Merokok 0,05 atau 1 dalam 200 Sumber : Center for Chemical process Safety CCPS 2000 Contoh teknik kuantitatif antara lain :  Fault Tree Analysis FTA  Analisis Lapis Proteksi Layer of Protection Analysis – LOPA  Analisa Risiko Kuantitatif Quantitative Risk Analysis – QRA

2.3.2.3 Analisis Semi Kuantitatif

Dalam penilaian risiko dengan analisa semi kuantitaif yaitu pada prinsipnya hampir sama dengan metode analisis kualitatif, perbedannya terletak pada deskripsi parameter, pada analisis semi kuantitatif dinyatakan dengan nilai atau skor tertentu. Menurut AS NZS 4360 : 1999, analisis semi kuantitatif mempertimbangkan 38 kemungkinan untuk menggabungkan 2 elemen, yaitu probabilitas likelihood dan paparan exposure sebagai frekuensi. Tabel 2. 11 Analisis Semi Kuantitatif Kemungkinan Konsekuensi Tidak signifikan Kecil Sedang Berat Bencana A T T E E E B S T T E E C R S T E E D R R S T E E R R S T T E-Risiko Ekstrim Kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan sampai risiko telah direduksi. Jika tidak memungkinkan untuk mereduksi risiko dengan sumberdaya yang terbatas, maka pekerjaan tidak dapat dilaksanakan. T-Risiko Tinggi Kegiatan tidak boleh dilaksanakan sampai risiko telah direduksi. Perlu dipertimbangkan sumberdaya yang akan dialokasikan untuk mereduksi risiko. Apabila risiko terdapat dalam pelaksanaan pekerjaan yang masih berlangsung, maka tindakan harus segera dilakukan. S-Risiko sedang Perlu tindakan untuk mengurangi risiko, tetapi biaya pencegahan yang diperlukan harus diperhitungkan dengan teliti dan dibatasi. Pengukuran pengurangan risiko harus diterapkan dalam jangka waktu yang ditentukan. R-Risiko rendah Risiko dapat diterima. Pengendalian tambahan tidak diperlukan. Pemantauan diperlukan untuk memastikan bahwa pengendalian telah dipelihara dan diterapkan dengan baik dan benar. Sumber : Ramli 2010b 39

2.3.3 Pengendalian Risiko

Risiko atau bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian memerlukan langkah pengendalian untuk menurunkan tingkat risiko atau bahaya ke titik yang aman. Untuk melakukan pengendalian atau perubahan pengendalian risiko yang sudah ada perlu melakukan tindakan yaitu hirarki pengendalian risiko. menurut klausal 4.3.1 hirarki pengendalian risiko yaitu eliminasi, substitusi, pengendalian teknis, pengendalian administratiframbu keselamatan, dan alat pelindung diri. Seringkali, proses-proses pengendalian risiko pada hirarki HIRARC, berujung pada rekomendasi pemasangan tanda-tanda peringatan bahaya, tanda-tanda anjuran, ataupun tanda-tanda larangan yang kita kenal dengan safety sign Safety Sign Indonesia, 2013. Berkaitan dengan risiko K3, pengendalian risiko dilakukan dengan mengurangi kemungkinan atau keparahan dengan hirarki yaitu : Ramli, 2010a 1. Eliminasi Elimininasi adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber bahaya, misalnya lobang dijalan ditutup, ceceran minyak dilantai dibersihkan, mesin yang bising dimatikan. Cara ini sangat efektif karena sumber bahaya dieliminasi sehingga potensi risiko dapat dihilangkan. Karena itu, 40 teknik ini menjadi pilihan utama dalam hirarki pengendalian risiko. 2. Substitusi Substitusi adalah teknik pengendalian dengan mengganti alat, bahan, sistem atau prosedur yang berbahaya dengan yang lebih aman atau yang lebih rendah bahayanya. Teknik ini banyak digunakam, misalnya, bahan kimia berbahaya dalam proses produksi diganti dengan bahan kimia lain yang lebih aman. 3. Engineering Control pengendalian teknis Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada dilingkungan kerja. Karena itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan peralatan pengaman. Sebagai contoh, mesin yang bising dapat diperbaiki secara teknis misalnya dengan memasang dengan peredam suara sehingga tingkat kebisingan dapat ditekan. Pencemaran diruang kerja dapat diatasi dengan memasang sistem ventilasi yang baik. Bahaya pada mesin dapat dikurangi dengan memasang pagar pengaman atau sistem interlock. 4. Administrative Control pengendalian administratif Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara administratif misalnya dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja atau prosedur kerja yang lebih aman, rotasi atau

Dokumen yang terkait

Analisis Bahaya Pekerjaan Bagian Paper Machine Berdasarkan Metode Job Safety Analysis (JSA) Dalam Upaya Pengendalian Bahaya

0 38 6

ANALISIS BAHAYA PEKERJAAN BAGIAN PAPER MACHINE BERDASARKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) DALAM UPAYA PENGENDALIAN BAHAYA (Studi Kualitatif di Industri Kertas)

0 23 23

Karakteristik Gaya Kepemimpinan Transformasional dalam Impelementasi Safety Leadership di Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun 2014

2 26 178

Analisis Penyebab Masalah dalam Pelaksanaan Risk Assessment Pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Berdasarkan Task Spesific Risk Assessment dari Management Oversight and Risk Tree (MORT) Tahun 2014

3 23 235

Laporan hasil kerja praktek di Departemen Financial Accounting Direktorat Keuangan PT.Dirgantara Indonesia Jalan Pajajaran No.154 Bandung

0 2 20

Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Mesin CNC di Departemen Machining PT. Dirgantara Indoensia

3 17 24

ANALISIS EFISIENSI LAYOUT FASILITAS PRODUKSI PADA DEPARTEMEN MACHINING PT. NAGA BHUANA ANEKA PIRANTI

1 3 80

PENGARUH PEMBERIAN INSENTIF BERDASARKAN PRESTASI KERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN DI LINGKUNGAN DIREKTORAT PRODUKSI DIVISI OPERASI DEPARTEMEN FINAL ASSEMBLY PT. DIRGANTARA INDONESIA.

1 2 61

Studi Deskriptif Mengenai Employee Engagement Pada Karyawan Direktorat Aerostructure Divisi Operating Bagian Machining di PT. Dirgantara Indonesia Bandung.

0 2 43

Manfaat Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Peningkatan Kinerja Departemen Produksi pada PT. Dirgantara Indonesia.

0 0 20