BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI
TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Pengertian Differentiated teaching
Dalam suatu kelas dimana siswa belajar disadari atau tidak setiap siswa memiliki karakteristik yang pastinya berbeda dengan siswa lainnya, dan sangatlah
beragam. Dengan demikian latar belakang, minat, gaya belajar, inteligensi, dan kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran akan sangat beragam, mulai
dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, atau pun rendah. Dengan melihat kenyataan seperti itu, guru dituntut mendesain pembelajaran yang memperhatikan
keragaman-keragaman siswa, agar pembelajaran yang dihasilkan berhasil memenuhi kebutuhan potensi belajar siswa. Karena mengajar pada hakikatnya
adalah mengajarkan bagaimana siswa belajar. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan belajar
seluruh siswa yang memiliki kemampuan beragam adalah Differentiated teaching atau mendiferensiasikan pengajaran. Istilah lain dari Differentiated teaching
adalah Differentiated instruction atau Differentiated learning yang dicetuskan
oleh Carol Ann Tomlinson.
Carol Ann Tomlinson mengartikan Diferensiasi Differentiated adalah praktik mengadaptasikan pengajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa-siswa
tertentu.
1
Pada buku lain, Carol Ann Tomlinson juga mengartikan Differentiated teaching adalah pengajaran atau kurikulum yang telah dimodifikasi untuk
memenuhi kebutuhan siswa-siswa tertentu.
2
Tomlinson mengungkapkan: “Ways to Differentiated instruction:
Three element of the curriculum can be differentiated: the content, the proses, and product.
1
Richard I. Arends, Learning to Teach Belajar untuk Mengajar Edisi ke-7 buku dua, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h. 110.
2
Richard I. Arends, Learning to Teach Belajar untuk Mengajar Edisi ke-7 buku satu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h. 60.
8
1. Differentiating the Content
The content refers to the knowledge and skill that students are to learn.
2. Differentiating the Proses
The process is the performance task that enables students to practice and make sense of the content. Differentiating the process provides students
with alternative paths to explore the concepts. Students may, for example, creat a graphic organizer to illustrate their comprehension of a particular
concept. By modifying the complexity of the graphic organizer for certain students, the teacher can provide multiple levels of cognitive processing for
those with varying abilities. 3.
Differentiating the Product The product is the outcome of the lesson-an assessment or project.”
3
Penulis mengintisarikan dari pendapatnya Tomlinson tersebut bahwa: Dalam
Differentiated instruction terdapat tiga elemen yang dapat didiferensiasikan yaitu isi content, proses, dan produk.
1. Diferensiasi isi content Isi
content merujuk pada pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari siswa.
2. Diferensiasi proses Proses merupakan tugas yang dapat memungkinkan siswa untuk berlatih dan
memahami isi content materi. Dalam diferensiasi proses: • Menyediakan berbagai alternatif cara dalam mengeksplorasi konsep materi.
• Mengilustrasikan konsep materi agar mudah dipahami. • Memodifikasi kompleksitas pengilustrasian dari berbagai tingkatan kognitif
siswa. 3. Diferensiasi produk
Produk merupakan hasil dari suatu pelajaran, dapat berupa sebuah penilaian atau proyek.
ASCD Association of Supervision and Curriculum Development mengartikan Differentiated teaching sebagai suatu bentuk pengajaran yang
berusaha memaksimalkan pertumbuhan belajar siswa dengan berusaha mengerti siswa itu sampai di tingkat mana kemampuan belajarnya, kemudian membantunya
untuk lebih berkembang dan lebih maju. Dalam praktiknya, Differentiated
3
Basia Hall, Differentiated Instruction, http:www.pearsonschool.comliveassets200916
MatMon092625HS2011Hall_20703_1.pdf [5 Oktober 2009]
teaching membedakan pengalaman-pengalaman belajar siswa sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya. Aktivitas belajar dan materi pembelajaran dibuat
bervariasi dalam segi kesukaran untuk menantang siswa pada tingkat kesiapan yang berbeda.
4
Siswa akan belajar dengan enjoy jika siswa diberikan pengalamanaktivitas belajar yang menantang dan tidak merasa tertekan.
Menurut Ametembun dalam mendiferensiasikan pengajaranpembelajaran menghendaki:
• Mempelajari diferensi-diferensi perbedaan-perbedaan perserta didik dalam pemahaman, gaya-gaya pembelajaran, dan minat-minat.
• Merencanakan pembelajaran yang sesuai guna meningkatkan pembelajaran yang berbeda-beda.
• Menstruktur tugas-tugas untuk menganekaragamkan kompleksitas.
5
Di bagian lain, Ametembun memandang diferensiasi sebagai solusi atas permasalahan guru-guru yang mengajar siswa-siswa di sebuah kelas yang “mixed-
ability” kemampuan yang beragam termasuk yang berbakat dan berabilitas. Dalam praktik diferensiasi, guru seyogyanya harus memberikan suatu varietas
opsi-opsi pembelajaran. Guru dapat mendiferensiasikan kurikulum melalui content, proses, dan produk.
Diferensiasi content artinya memberikan siswa-siswa bahan-bahan ajaran yang berbeda untuk dipelajari. Diferensiasi proses adalah memadatkan kurikulum,
artinya membedah kurikulum ke dalam esensial-esensial, sehingga siswa-siswa berbakat dapat bergerak lebih cepat ke bahan yang lebih sesuai bakat. Diferensiasi
produk terjadi bila guru memperbolehkan murid-murid mendemonstrasikan pembelajarannya melalui format-format asesmen yang diferen berbeda.
Dari pengertian-pengertian Differentiated teaching yang telah diuraikan di atas, penulis menyimpulkan bahwa Differentiated teaching merupakan model
pembelajaran yang memperhatikan keragaman karakteristik siswa. Dalam melaksanakan Differentiated teaching content isi, proses, dan produk
pembelajaran dibuat bervariasi sesuai dengan karakteristik siswa. Siswa yang
4
Martha Kaufeldt, Wahai Para Guru, Ubahlah Cara mengajarmu, Jakarta: PT. Indeks, 2008, h. 2.
5
Ametembun, Memahami Diferensi-Diferensi dan Mendiferensiasikan Pembelajaran Peserta Didik, Bandung: SURI, 2006, h. 82 dan h. 95.
memiliki kemampuan tinggi gifted dan talented diberikan pengalamanaktivitas belajar yang menantang sesuai dengan kemampuannya, tujuannya adalah agar
proses pembelajaran tidak membosankannya. Sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan sedang atau rendah disabilitas diberikan pengalamanaktivitas
belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka, sehingga mereka dapat belajar tanpa merasa tertekan. Dengan strategi pembelajaran Differentiated
teaching diharapkan siswa dapat belajar sesuai dengan potensinya, sehingga potensi belajar siswa termaksimalkan dengan baik.
2. Latar belakang Differentiated teaching
Sebelum dilakukannya Differentiated teaching dalam pembelajaran, guru semestinya memperhatikan latar belakang yang menyebabkan dilakukannya
Differentiated teaching dalam pembelajaran. Diantara latar belakang tersebut adalah:
a. Kemampuan dan inteligensi siswa
Secara tidak langsung seorang guru mampu memahami perbedaan kemampuan siswa dalam belajar di kelasnya. Tentunya terdapat siswa dengan
kemampuan belajar tinggi, sedang, atau pun rendah. Namun, secara ilmiah terdapat instrumen yang dapat mengukur kemampuan siswa dalam belajar. Salah
satu instrumen tersebut adalah dengan tes IQ Intelligence Quotient. Hasil yang diperoleh dari tes IQ adalah skor IQ yang menggambarkan perbandingan antara
umur mental terhadap umur kronologis siswa dikalikan 100. Semakin tinggi skor IQ siswa semakin tinggi pula kemampuan belajarnya.
Selain IQ yang dikonsepkan oleh Woolfolk, Howard Gardner juga mengidentifikasi adanya delapan inteligensi yang dimiliki oleh setiap individu
manusia, yakni: logical-mathematical, lingusitic, musical, spatial, bodily- kinesthetic, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Setiap individu memiliki
kekuatan inteligensi yang berbeda dengan individu-individu lainnya. Dengan memperhatikan keragaman siswa dalam kemampuan belajarnya, semestinya guru
melakukan pembelajaran yang mengakomodasi inteligensi siswa.
b. Perbedaan dalam gaya kognitif dan gaya belajar
Hal lain yang perlu diperhatikan guru adalah keragaman gaya kognitif dan gaya belajar siswa. Gaya kognitif didasarkan pada perbedaan tiap individu dalam
mempersepsi dan memproses informasi. Sebagian siswa bersifat field dependent, karakteristiknya adalah mempersepsi situasi secara keseluruhan dan bukan
sebagian-sebagian, people-oriented hubungan sosial lebih penting bagi mereka, dan dapat bekerja dengan baik dalam kelompok, lebih senang mengerjakan tugas-
tugas jangka panjang dan berbasis masalah. Sebagian siswa yang lain bersifat field independent, karakteristiknya adalah mereka cenderung melihat bagian-
bagian terpisah dari keseluruhan dan bukan keseluruhan itu sendiri, memiliki kemampuan analitik yang kuat dan lebih banyak memantau pemrosesan informasi
dari pada hubungan mereka dengan orang lain, senang bekerja sendirian. Gaya belajar dibedakan atas gaya belajar in-context, artinya siswa
memperoleh keterampilan dan pengetahuan pada titik yang keterampilan dan pengetahuan itu dibutuhkan dalam situasi kehidupan nyata. Misalnya siswa
belajar mengalikan bilangan bulat, manfaat dalam kehidupan nyatanya adalah untuk menggandakan jumlah barang. Gaya belajar out-of-context, artinya bahwa
pembelajaran itu tidak ada hubungannya dengan kebutuhan nyata dan segeralangsung. Misalnya ketika matematika dipecah menjadi algoritma-
algoritma yang diskrit, masing-masing diajarkan secara terpisah sebelum diterapkan pada masalah-masalah nyatariil.
c. Preferensipilihan belajar
Siswa berbeda dalam hal preferensi lingkungan dan modalitas belajar. Preferensi lingkungan belajar meliputi suara, cahaya, pola pengaturan tempat
duduk, banyaknya dukungan emosional yang dibutuhkan, dan derajat struktur dan interaksi sebaya. Siswa juga memiliki preferensi dalam hal modalitas belajar,
sebagian siswa dalam mendapatkan informasi lebih berorientasi visual, sebagian lain cenderung audio.
d. Keluarbiasaan
Keluarbiasaan merupakan penyebab dominan yang melatarbelakangai diberlakukannya Differentiated teaching. Keluarbiasaan terdiri dari disabilitas
atau berkebutuhan khusus dalam belajar, gifted cerdas, dan talented berbakat.
Siswa yang memiliki disabilitas memiliki karakteristik: a Fungsi mental dan kemampuan kognitif yang secara signifikan berada di
bawah rata-rata. b Disfungsi dalam memproses informasi, intelegensi rata-rata, mengalami
masalah dalam belajar membaca, menulis, dan berhitung. c Kesulitan dibidang sosial, dan emosional; mengalami masalah dibidang
sosial. Sedangkan siswa yang gifted dan talented memiliki karakteristik:
d Inteligensi umum di atas rata-rata, dapat menangkap konsep-konsep yang kompleks abstrak secara mudah.
e Memiliki informasi dan keterampilan dalam subjek akademik tertentu yang jauh lebih tinggi dibanding teman sebayanya.
f Memiliki pemikiran yang produktif dan kreatif.
g Memiliki kemampuan dalam memimpin.
3. Perbandingan antara pembelajaran di kelas tradisionalkonvensional
dengan pembelajaran di kelas Differentiated teaching
Di kelas tradisionalkonvensional guru mengajarkan materi pelajaran yang sama dengan cara yang sama dan untuk semua siswa. Tetapi di kelas
Differentiated teaching guru memulai pembelajaran berdasarkan minat, kebutuhan, dan kesiapan siswa di mana posisi siswa. Kemudian guru
menggunakan banyak model mengajar dan penataan instruksional untuk memastikan bahwa setiap siswa meraih potensinya.
Menurut Carol Ann Tomlinson dalam Richard I. Arends
6
terdapat beberapa perbandingan antara pembelajaran di kelas tradisionalkonvensional dengan
pembelajaran di kelas Differentiated teaching. Berikut adalah tabel perbandingan antara pembelajaran di kelas konvensionaltradisional dengan pembelajaran di
kelas Differentiated teaching.
6
Richard I. Arends, Learning to Teach Belajar untuk Mengajar Edisi ke-7 buku dua, ..., h. 123.
Tabel 1 Perbandingan Antara Pembelajaran di Kelas TradisionalKonvensional
Dengan Pembelajaran di Kelas Differentiated Teaching
No Kelas tradisional
Kelas Differentiated teaching
1 Perbedaan siswa ditutupi. Perbedaan siswa dikaji sebagai dasar
untuk merencanakan. 2
Asesmen paling sering dilaksanakan pada akhir episode
pembelajaran. Asesmen dilakukan terus menerus dan
bersifat diagnostik.
3 Pengertian yang sempit tentang inteligensilah yang berlaku.
Fokus pada multiple inteligensi-lah yang tampak menonjol.
4 Ada definisi tunggal tentang keunggulan.
Keunggulan didefinisikan dalam ukuran luas berdasarkan pertumbuhan
individu mulai dari sebuah titik awal.
5 Minat siswa
jarang diperhatikan. Siswa didorong untuk membuat
pilihan-pilihan belajar berbasis minat. 6
Pengajaran seluruh kelas mendominasi.
Digunakan banyak penataan instruksional.
7 Cakupan teks dan kurikulum memandu pengajaran.
Kesiapan, minat, dan profil belajar siswa menentukan bentuk pengajaran.
8 Norma yang berlaku adalah tugas-tugas dengan opsi tunggal.
Tugas-tugas multi-opsi multitugas sering digunakan.
9 Waktu relatif tidak fleksibel.
Waktu digunakan secara fleksibel sesuai kebutuhan siswa.
10 Disebagian waktu, guru
mengarahkan perilaku siswa. Guru memfasilitasi keterampilan siswa
agar dapat menjadi pelajar-pelajar yang otonommandiri.
11 Guru mengatasi sebagian besar masalah.
Siswa membantu guru dan siswa- siswa lain dalam mengatasi berbagai
masalah.
12 Guru menyediakan standar
pemberian nilai yang berlaku untuk seluruh kelas.
Siswa bekerja bersama dengan guru dalam menetapkan tujuan belajar
seluruh kelas maupun individual.
13 Yang digunakan adalah sebuah bentuk asesmen tunggal.
Siswa diasesdinilai dengan banyak cara.
4. Melaksanakan Differentiated teaching
Guru profesional sebelum melaksanakan sebuah pengajarannya, mempertimbangkan: Apa yang akan diajarkannya? Bagaimana cara
mengajarkannya? Siapa yang akan diajarinya? Pertanyan-pertanyaan tersebut menjadi dasar dalam melaksanakan Differentiated teaching.
Melaksanakan Differentiated teaching guru memulainya dengan
memfokuskan pada hal-hal yang esensial ketika memutuskan apa yang akan
diajarkan memfokuskan pada standar kompetensi dan tujuan pembelajaran, selanjutnya guru memodifikasi apa yang akan diajarkan, dan menggunakan
berbagai model pembelajaran dan strategi instruksional sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan para siswa.
Sebelum melaksanakan
Differentiated teaching, guru harus memperhatikan elemen-elemen penting yang terdapat dalam Differentiated teaching. Carol Ann
Tomlinson mengidentifikasi beberapa elemen penting dalam Differentiated teaching. Elemen-elemen tersebut adalah:
a. Guru memfokuskan pada hal-hal yang esensial
Guru memfokuskan pada pemahaman dan keterampilan-keterampilan pokok, daripada mencakup banyak materi tetapi hanya sekilas dan sambil lalu. Hal ini
bahwa pembelajaran harus sesuai dengan standar kompetensi dan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
b. Guru memperhatikan perbedaan-perbedaan siswa
Siswa datang ke sekolah dengan kesiapan, minat, kebutuhan yang beragam. Guru senantiasa menyadari keberagaman tersebut dan membantu setiap siswa untuk
belajar sesuai potensinya. c.
Guru melihat asesmen dan pengajaran sebagai hal yang tak dapat dipisahkan, siswa dianalisis dengan banyak cara
Agar diferensiasi efektif, asesmen harus menjadi bagian integral dalam pembelajaran. Asesmen memberikan informasi dari hari ke hari tentang apa yang
sudah dipelajari oleh siswa, dan kapan beralih ke materi dan ketarampilan baru. d.
Guru berusaha menemukan cara bagi seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam pekerjaan yang terhormat
Agar siswa dapat memenuhi tujuan-tujuan pembelajaran yang esensial, guru harus mendiferensiasikan tugas dan pekerjaan siswa sesuai dengan kebutuhan dan
kesiapan siswa. Tujuannya adalah agar siswa merasa tertantang dalam mengerjakan pekerjaannya.
e. Guru dan siswa berkolaborasi dalam pembelajaran
Differentiated teaching merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Oleh karena itu, siswa harus dilibatkan secara maksimal dalam proses pembelajaran.
f. Guru menyeimbangkan antara norma-norma kelompok dan individual
g. Guru dan siswa bekerja bersama-sama secara fleksibel
h. Guru memodifikasi isi, proses, dan produk
Guru dapat memodifikasi isi, proses, dan produk berdasarkan kesiapan siswa untuk belajar, minat, dan profil belajar siswa.
Isi content terdiri atas kemampuan dan keterampilan-keterampilan esensial yang dinginkan oleh guru untuk dipelajari siswa.
Proses mendeskripsikan strategi dan kegiatan yang digunakan untuk menuntaskan pembelajaran.
Produk merupakan asesmen atau artefak yang dihasilkan siswa untuk mendemonstrasikan hasil pembelajarannya.
Kesiapan siswa untuk belajar terdiri atas tingkat pemahaman tentang content materi dan kesiapan siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran. Minat
interest timbul dari rasa ingin tahu pada topik materi yang akan dipelajari. Profil belajar mengacu pada multiple intelligences, maupun gaya belajar siswa.
Guru dapat memodifikasi pengajarannya pada salah satu atau lebih dari satu elemen kurikulum isi, proses, dan produk atau karaktersitik siswa kesiapan,
minat, dan profil belajar siswa.
7
5. Strategi-strategi instruksional dalam melaksanakan Differentiated
teaching
Terdapat berbagai strategi-strategi instruksional dalam melaksanakan Differentiated teaching, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Differentiated teaching yang didasarkan atas multiple-intelligences
Penerapan teori
multiple-inteligences menjadi dasar dalam Differentiated teaching. Hal ini dapat membantu dalam mengembangkan kemampuan siswa.
Juga membantu guru dalam mempersonalisasikan pendidikan dengan mengenali berbagai macam perbedaan siswa. Menurut Richard I. Arends terdapat strategi
instruksional dalam pembelajaran Differentiated teaching atas dasar multiple-
7
Richard I. Arends, Learning to Teach Belajar untuk Mengajar Edisi ke-7 buku dua, ..., h. 124.
intelligences.
8
Berikut adalah tabel strategi instruksional dalam pembelajaran Differentiated teaching atas dasar multiple-intelligences.
Tabel 2 Strategi Instruksional Dalam Pembelajaran
Differentiated Teaching Atas Dasar
Multiple-Intelligences Intelligensi Strategi
instruksional
Logis-matematis • Memainkan permainan logika.
• Memilih situasi-situasi yang menginspirasi siswa untuk memikirkan tentang dan mengkonstruksikan pemahaman
tentang angka-angka. • Membawa siswa ke laboratorium komputer, museum
sains, dan pameran elektronik. • Mengerjakan kegiatan-kegiatan matematika bersama
siswa. Linguistik
• Membacakan untuk siswa dan meminta siswa membacakan untuk anda.
• Mendiskusikan pengarang-pengarang buku dengan anak- anak.
• Mengajak siswa ke perpustakaan dan toko buku. • Meminta siswa untuk membuat catatan harian.
Musikal • Menyediakan tape recorder bagi siswa.
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memainkan alat musik.
• Menciptakan peluang kepada siswa untuk menggubah musik.
• Mengajak siswa ke konser musik. Spasial
• Memiliki bahan-bahan kreatif untuk digunakan siswa. • Memerintahkan siswa untuk melacak maze dan membuat
grafik. • Mengajak siswa ke museum seni.
• Memerintahkan siswa untuk memvisualisasikan tempat mereka berada, menggambar peta berdasarkan
pengalamannya. Bodily-
kinesthetic • Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan
kegaitan fisik. • Memberikan area tempat siswa dapat bermain.
• Mengajak siswa ke even olahraga atau pertunjukkan balet. • Mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan
menari. Interpersonal
• Mendorong siswa untuk bekerja berkelompok. • Membantu siswa mengembangkan keterampilan
komunikasi.
8
Richard I. Arends, Learning to Teach Belajar untuk Mengajar Edisi ke-7 buku dua, ..., h. 126.
• Menyediakan permainan-permainan kelompok untuk dimainkan siswa.
Intrapersonal • Mendorong siswa untuk memiliki hobi dan minat.
• Mendorong siswa untuk menggunakan imajinasinya. • Menyimak perasaan siswa dan memberikan umpan balik
sensitif kepada siswa. • Memerintahkan siswa untuk membuat catatan hadiah dan
buku tempel untuk menyimpan berbagai ide dan pengalaman.
Naturalis • Mengajak siswa ke museum sains.
• Membangun pusat belajar alam di kelas. • Melibatkan siswa dalam kegiatan alam outdoor.
• Memerintahkan siswa untuk membuat koleksi flora dan fauna.
b. Diferensiasi kurikulum
Differentiated teaching dapat berjalan efektif jika materi kurikulumnya didiferensiasikan. Maksudnya, siswa dengan tingkat kemampuan, minat, dan
kesiapan belajar yang berbeda materi pelajarannyapun harus dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal ini dapat berarti memadatkan materi kurikulum
bagi sebagian siswa dan memperluas materi kurikulum bagi sebagian siswa lainnya.
c. Memadatkan kurikulum dan pengajaran
Guru dapat memadatkan kurikulum bagi siswa yang mempunyai tingkat pemahaman yang baik tentang pengetahuan dan kemampuan terkait dengan
pelajaran tersebut. Hal ini berarti mereview isi pelajaran tersebut dengan cepat kemudian memberikan kesempatan kepada sebagian siswa untuk melanjutkan ke
ide, konsep, dan kemampuan yang lebih tinggi dan lebih komplek lagi. d.
Tiered activities Dalam
melaksanakan Differentiated teaching, guru dapat menggunakan
Tiered activities kegiatan yang dibuat bertingkat-tingkat, tujuannya agar seluruh siswa dapat memfokuskan pada pemahaman dan kemampuan yang sama tetapi
dengan tingkat abstraksi dan kompleksitas yang berbeda-beda. Dalam Tiered activities penting bagi guru untuk menaikkan tantangan bagi siswa
yang memiliki pengetahuan atau kemampuan khusus di bidang-bidang tertentu.
e. Problem-Based learning
Problem-Based learning menjadikan siswa berperan aktif dalam menginvestigasi masalah yang membingungkan mereka, serta masalah-masalah
yang tidak jelas penyelesaiannya. Dengan menerapkan Problem-Based learning dalam pembelajaran siswa dapat menyelidiki permasalahan tersebut dan
menentukan solusinya dengan banyak cara. Problem-Based learning memungkinkan siswa kratif dalam memecahkan masalah dengan kemampuan dan
bakatnya masing-masing, mengidentifikasi berbagai masalah, maupun merancang proyek yang dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
f. Cooperative learning
Cooperative learning merupakan salah satu strategi penting dalam Differentiated teaching. Dalam Cooperative learning siswa dikelompokkan secara
heterogen kemudian guru menyediakan tugas-tugas terdiferensi di berbagai kelompok. Kelompok yang tersusun dari berbagai tingkat kemampuan,
memungkinkan siswa saling bekerja sama, menggunakan kemampuan belajar siswa yang bervariasi, dan saling memberikan kontribusi kepada kelompok lain
secara keseluruhan sesuai dengan tingkat kemampuannya masing-masing. “Cooperative learning sangat diperlukan dalam kelas heterogen dengan berbagai
tingkat kemampuan.”
9
Pembelajaran Cooperative learning menuntut siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil, sehingga antar anggota kelompok saling berdiskusi, berargumentasi, dan saling membantu. Tujuannya adalah untuk mengasah
kemampuan yang telah dikuasai siswa dan meminimalisir kesenjangan kemampuan diantara anggota kelompoknya.
6. Mengimplementasikan lingkungan belajar yang kondusif untuk
Differentiated teaching
Salah satu praktik untuk mendiferensiasikan pengajaran adalah penggunaan flexible grouping pengelompokkan fleksibel. Flexible grouping adalah praktik
menempatkan siswa di kelompok-kelompok yang lebih kecil untuk subjek-subjek
9
Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik, Bandung: Nusa Media, 2008, h. 5.
tertentu tetapi tetap berada dalam kelas yang sama. Flexible grouping disusun dari berbagai siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, maupun rendah.
Di kelas Differentiated teaching guru menggunakan beragam strategi instruksional dalam pembelajaran, menyesuaikan manajemen kelas, serta menilai
dan mengevaluasi pekerjaan siswa. a.
Manajemen kelas Di kelas yang terdiferensiasi penting bagi guru dalam mengelola kelas,
tujuannya adalah untuk menjaga agar pembelajaran berlangsung efektif, dan untuk menangani kegiatan yang tidak diharapkan selama pembelajaran dengan cepat dan
tepat. Berikut ini diuraikan pengelolaanmanajemen kelas yang terdiferensiasi:
1. Mengelola lingkungan multitugas
Di kelas yang terdiferensiasi, tugas belajar multitugas akan berjalan secara simultan. Beberapa kelompok siswa mungkin mengerjakannya di kelas, sementara
kelompok lain di perpustakaan, atau menggunakan internet. Siswa mungkin bekerja sendiri, berpasangan, atau dalam kelompok kecil dengan tugas-tugas
belajar yang disesuaikan dengan minat, kemampuan, dan kebutuhan mereka. Agar lingkungan multitugas bekerja, siswa harus diajari cara bekerja secara
mandiri dan bekerja bersama orang lain. Siswa harus paham bahwa mereka perlu bertanggung jawab atas pembelajaran sendiri tanpa pengawasan dari guru, dan
guru selalu mengharapkan hasil kerja yang berkualitas dari mereka. 2.
Menyesuaikan tingkat penyelesaian yang berbeda Siswa yang mengerjakan berbagai kegiatan pembelajaran kemungkinan
besar akan selesai pada waktu yang berbeda. Sebagian siswa mungkin selesai lebih awal, yang lain mungkin tertinggal dari teman-temannya. Aturan khusus
perlu dilakukan dalam menghadapi siswa yang selesai lebih awal dan memiliki kelebihan waktu. Hal ini termasuk kegiatan-kegiatan seperti menyediakan bahan-
bahan belajar khusus, permainan edukatif yang dapat mereka kerjakan sendiri, mengerjakan tugasproyek yang lain, atau membantu teman-temannya yang
memiliki kesulitan. Siswa yang selesai lebih lambat, guru dapat menyediakan waktu lebih
banyak, hal ini berakibat semakin banyaknya waktu bagi yang telah selesai lebih
awal. Sebagai alternatifnya, guru memberikan waktu tambahan saat pulang sekolah atau diakhir pekan.
Kunci dari semua ini adalah bagaimana merancang tugas dan kegiatan belajar yang dapat memberikan tantangan dengan tingkat yang sesuai masing-masing
siswa. 3.
Memantau pekerjaan siswa dan mengelola sumber daya Berbeda dengan metode pembelajaran lain yang semua siswanya
mengerjakan tugas yang sama diwaktu yang sama, di kelas Differentiated teaching menghasilkan banyak tugas, banyak produk, dan seringkali waktu
penyelesaiannya beragam. Akibatnya, teknik-teknik yang efektif dibutuhkan untuk memantau dan mengelola pekerjaan siswa. Tiga tugas manajerial penting
agar akuntabilitas siswa dapat terjaga dan guru dapat mempertahankan momentum di semua proses pengajaran adalah: 1 persyaratan tugas untuk semua siswa harus
diterangkan dengan jelas, 2 pekerjaan siswa harus dipantau dan umpan balik diberikan atas kemajuan pekerjaan, dan 3 catatan yang seksama harus dibuat.
Guru dapat mengelola ketiga tugas ini melalui penggunaan student project form, task cards, dan filling system khusus yang dibuat oleh siswa sendiri.
b. Menilai dan mengevaluasi pekerjaan siswa
Penilaian dirancang untuk memberikan informasi diagnostik, hal ini penting bagi guru dalam mengetahui kesiapan siswa dan informasi tentang cara
memodifikasi isi dan cara memilih model dan strategi instruksional tertentu. Berbagai bentuk penilaian digunakan untuk memastikan bahwa seluruh aspek
belajar siswa dinilai. Dalam kelas Differentiated teaching, siswa diberi pekerjaan dan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya,
dalam situasi ini guru tertarik dengan pertumbuhan siswa-siswa tertentu dan bukan perbandingan-perbandingan normatif.
Berdasarkan teori-teori dan pembatasan masalah Differentiated teaching maka peneliti menentukan langkah-langkah operasional dalam melaksanakan
penelitian ini, yakni: a.
Strategi instruksional yang digunakan dalam model pembelajaran Differentiated teaching adalah Cooperative Learning yang dibatasi hanya
pada konsep-konsep dasar Cooperative Learning yaitu siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil sehingga antar anggota kelompok saling berdiskusi, berargumentasi, dan saling membantu. Berdasarkan tinjauan ini
maka kegiatan operasional ini adalah peneliti mengelompokkan subjek penelitian ke dalam beberapa kelompok heterogen.
b. Penelitian ini membatasi Differentiated teaching hanya pada diferensiasi
proses, yakni tugas yang dapat memungkinkan siswa untuk berlatih dalam memahami isi content materi. Kegiatan operasional diferensiasi proses
adalah penyediaan berbagai alternatif cara dalam mengeksplorasi konsep materi, pengilustrasian konsep materi agar mudah dipahami, modifikasi
kompleksitas pengilustrasian dari berbagai tingkatan kemampuan kognitif siswa.
c. Kegiatan dan tugas-tugas pembelajaran dibuat bervariasi dalam segi tingkat
kesukaran untuk menantang siswa pada tingkatan kesiapan yang berbeda. Bentuk operasional kegiatan ini adalah peneliti menyediakan lembar
tantangan untuk menantang siswa memecahkannya, dan hal-hal minimal yang harus dikuasi siswa.
7. Aktivitas belajar
Ahamad Rohani mengungkapkan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik
adalah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat hanya pasif.
Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis kejiwaan adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran.
10
Aktivitas belajar yang dimaksudkan dalam bahasan ini adalah segala kegiatan siswa selama berada di dalam kelas dalam proses pembelajaran.
Diedrich menyimpulkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Visual activities, meliputi aktivitas: membaca, memperhatikan: gambar,
demonstrasi, percobaan.
10
Ahamad Rohani HM, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, h. 6.
2. Oral activities, meliputi aktivitas: menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi.
3. Listening activities, meliputi aktivitas: mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato. 4.
Writing activities, meliputi aktivitas: menulis: cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin.
5. Drawing activities, meliputi aktivitas: menggambar, membuat grafik, peta,
diagram, pola. 6.
Motor activities, meliputi aktivitas: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain.
7. Mental activities, meliputi aktivitas: menganggap, mengingat, memecahkan
masalah, menganalisis, mengambil keputusan. 8.
Emotional activities, meliputi aktivitas: menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup.
11
Belajar adalah suatu proses dimana siswa harus aktif dalam pembelajaran, dengan demikian peran guru hanyalah sebagai fasilitator, merangsang keaktifan
siswa dalam belajar dengan cara menyajikan bahan pelajaran, sedangkan yang mengolah dan mencerna adalah siswa itu sendiri sesuai dengan minat,
kemampuan, bakat, dan latar belakang masing-masing siswa. Dalam membangkitkan keaktifan siswa dalam belajar, guru perlu:
1. Mengajukan pertanyaan dan membimbing diskusi siswa.
2. Memberikan tugas-tugas untuk memecahkan masalah-masalah,
menganalisis, mengambil keputusan. 3.
Menyelenggarakan berbagai percobaan dalam menyimpulkan keterangan, memberikan pendapat.
Indikator tercapainya aktivitas belajar siswa selama pembelajaran adalah: 1.
Pada kegiatan awal pembelajaran, indikatornya adalah meningkatnya respons siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan apersepsi yang
diajukan guru pada siswa diawal pembelajaran, terpusatnya perhatian siswa
11
Ahamad Rohani HM, Pengelolaan Pengajaran,..., h. 9.
kepada pelajaran, siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran.
2. Pada kegiatan inti pembelajaran, indikatornya adalah meningkatnya
aktivitas siswa dalam menjawab, merespons, menanggapi pertanyaan- pertanyaan guru, aktif mengerjakan tugaslatihan yang diberikan guru baik
dalam bentuk inquiry, problem solving, dan mengulang membaca pelajaran, konsentrasi dan penuh perhatian dalam mengikuti penyampaian materi
pelajaran, rajin mencatat pelajaran yang diberikan guru. 3.
Pada kegiatan akhir pembelajaran, indikatornya adalah siswa secara aktif membuat rumusankesimpulan pelajaran bersama-sama dengan guru, dan
mencatatnya dengan bahasa sendiri. Nurdin membedakan aktivitas belajar siswa berdasarkan atas
kemampuannya, yaitu siswa dengan kemampuan tinggi dan kemampuan rendah. Indikator aktivitas belajar siswa dengan kemampuan tinggi ditandai dengan:
1 Aktif dalam mencari bahanmateri pelajaran dari sumber lain yang relevan. 2 Berkembangnya cara belajar self learning ke arah diskusi dan tanya jawab dan
pembahasan soal latihantugas. 3 Bebas dan tidak terikatnya siswa dalam memilih cara belajar yang mereka sukai, misalnya siswa belajar sambil lesehan di
karpet. Sedangkan pada kelompok rendah, aktivitas belajar ditandai dengan munculnya rasa senang dan gembira dalam belajar. Indikatornya adalah: 1
Meningkatnya frekuensi keterlibatan siswa dalam merespons tanya jawab yang dikembangkan guru karena sudah memiliki rasa percaya diri. 2 Keseriusan dan
kesungguhan dalam mengerjakan latihantugas yang diberikan. 3 Tidak canggung lagi untuk ikut bergabung dengan kelompok siswa dengan kemampuan
tinggi dalam proses tanya jawab dan diskusi yang dikembangkan guru dalam pembelajaran.
12
Berdasarkan teori aktivitas belajar penulis menyimpulkan indikator aktivitas belajar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah visual activities, oral
activities, listening activities, writing activities, drawing activities, mental activities, dan emotional activities.
12
Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, Ciputat: Quantum Teaching, 2005, h. 182–186.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Menurut penelitian Johnsen dengan judul “Adapting instruction with
heterogenous groups. Gifted Child today” tahun 2003 menyimpulkan bahwa penggunaan teknik differentiated dalam pembelajaran dapat
merangsang minat siswa.
13
2. Menurut penelitian McAdamis dengan judul “Teachers tailor their
instruction to meet a variety of student needs” tahun 2001 menyimpulkan bahwa dengan differentiated instruction siswa lebih termotivasi dan lebih
antusias dalam belajar.
14
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:
1. Differentiated teaching dengan strategi instruksional Cooperative learning
dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. 2.
Differentiated teaching dengan strategi instruksional Cooperative learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
13
Pearl Subban, A Research Basis Supporting Differentiated Instruction, http:www.aare.edu.au06papsub06080.pdf
[13 Oktober 2009].
14
Pearl Subban, A Research Basis Supporting Differentiated Instruction, http:www.aare.edu.au06papsub06080.pdf
[13 Oktober 2009].
26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan Oktober sampai dengan Desember 2009 di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta yang beralamat di Komplek dosen
UIN Jakarta Jl. Ibnu Taimia IV Ciputat Tangerang kelas XA tahun pelajaran 20092010.
B. Metode dan Desain Intervensi TindakanRancangan Siklus Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas PTK. PTK adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar
berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan
dari guru yang dilakukan oleh siswa.
1
PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Istilah kelas dalam PTK mengandung makna
sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Tujuan PTK adalah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, mengatasi masalah
pembelajaran, meningkatkan profesionalisme, dan menumbuhkan budaya akademik.
2
Prosedur pelaksanaan PTK terdiri dari rangkaian beberapa siklus yang berulang. “Siklus adalah satu putaran kegiatan yang beruntun yang kembali ke
langkah semula.”
3
Setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu perencanaan planning, pelaksanaan tindakan action, pengamatanobservasi
observation, dan refleksi reflection. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai berdasarkan indikator keberhasilan kerja. Keempat
tahapan dari suatu siklus dalam sebuah PTK digambarkan dalam sebuah gambar berikut:
1
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas Classroom Action Research – CAR, dalam Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, h. 3.
2
Suhardjono, Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru, dalam Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, h. 61.
3
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, ..., h. 20.
26
Perencanaan
SIKLUS I Refleksi
Pelaksanaan Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
Siklus selanjutnya
Gambar 1: Siklus Dalam PTK
Sumber: Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, h. 16
Pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus I yang terdiri dari empat tahap kegiatan. Berikut deskripsi dari empat tahap kegiatan tersebut:
a. Perencanaan planning
Setelah mengamati kondisi real pembelajaran yang terjadi di kelas, kemudian peneliti mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang terjadi. Selanjutnya
peneliti merencanakan tindakan apa yang akan dikenakan terhadap subjek penelitian. Pada tahap perencanaan, meliputi kegiatan:
1. Mengembangkan perangkat pembelajaran, merancang skenario pembelajaran, merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP.
2. Merancang instrumen penelitian.
b. Pelaksanaan tindakan action
Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan tindakan penelitian sesuai dengan skenario yang telah direncanakan dalam RPP.