Latar Belakang Masalah Meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa melalui differentlated teaching
mengakibatkan siswa tumbuh dan berkembang menjadi kurang kreatif.”
3
Guru merupakan pengendali dari aktivitas siswa dalam belajarnya.
Senada dengan pendapatnya Subekti bahwa “... Proses pembelajaran saat ini kebanyakan masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan, upaya guru
kearah peningkatan kualitas proses belajar mengajar belum optimal, metode, dan pendekatan dan evaluasi yang dikuasai guru belum beranjak dari pola tradisional,
dan hal ini berdampak negatif terhadap daya serap siswa yang ternyata masih tetap lemah.”
4
“Pembelajaran matematika di Indonesia selama ini masih berpusat pada guru. Banyak guru dalam kegiatan mengajar belajar matematika di kelas
kurang menekankan pada aspek kemampuan siswa dalam menemukan kembali konsep-konsep dan struktur-struktur matematika berdasar
pengalaman siswa sendiri.” Pada bagian lain dalam Rochmad, Ratumanan berpendapat bahwa “... Pembelajaran matematika di Indonesia bersifat
behavioristik dengan penekanan pada transfer pengetahuan dan hukum latihan. Guru mendominasi kelas dan menjadi sumber utama pengetahuan,
kurang memperhatikan aktivitas aktif siswa, interaksi siswa, negosiasi makna, dan konstruksi pengetahuan. Dengan demikian, pembelajaran matematika
beracuan behaviorisme berorientasi pada hasil dan latihan yang diberikan berbasis tujuan. Perancang pembelajaran matematika beracuan behaviorisme
mendefinisikan pembelajaran dalam tujuan-tujuan yang berupa tingkah laku dan ukuran penampilan tingkah laku.”
5
Keterlibatan siswa dalam aktivitas pembelajaran berpengaruh juga terhadap prestasi belajarnya. Melibatkan siswa secara maksimal dalam aktivitas
pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran. Dengan aktivitas belajar pula, siswa dapat terkembangkan potensi belajarnya.
Guru yang baik semestinya memprioritaskan aspek keaktifan siswanya dalam belajar. Guru dituntut untuk dapat memancing dan marangsang siswanya aktif
dalam pembelajaran. Jadi, selama pembelajaran aktivitas siswa tidak hanya sebatas memperhatikan dan mendengarkan saja, tetapi juga mengemukakan
pendapat, menganalisis, menyimpulkan, dan manaruh minat yang tinggi terhadap belajarnya.
3
Kadir, Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Open Ended, dalam Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika vol.1 No.1, Jakarta: CeMED, 2006, h. 3.
4
Kadir, Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Open Ended, … , h. 3.
5
Rochmad, Tinjauan Filsafat dan Psikologi Konstruktivisme: Pembelajaran matematika yang melibatkan penggunaan pola pikir induktif-deduktif,
http:www.rochmad- unnes.blogspot.com
[19 Januari 2009].
Masalahnya adalah dalam setiap kali pembelajaran matematika, siswa datang ke kelas dan siap menerima materi yang akan disampaikan oleh guru. Guru
kurang mengembangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Akibatnya aktivitas siswa terbatas hanya mendengarkan, mencatat, latihan soal, dan cenderung
menuruti doktrin dari gurunya. Siswa dianggap sebagai objek pasif yang tidak memiliki dasar pengetahuan apa-apa atas materi yang disampaikan, sehinga
materi dirasa asing bagi siswa. Siswa kurang dilibatkan secara maksimal dalam aktivitas pembelajaran, interaksi antara guru dan siswa cenderung pasif, akibatnya
pembelajaran yang terjadi adalah transfer pengetahuan dari guru kepada siswanya. Berangkat dari masalah tersebut, penulis merasa perlu untuk mengatasi dan
memecahkan permasalahan tersebut. Masalah tentang siswa dengan kemampuan beragamnya dan bagaimana meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa,
penulis menduga salah satu solusinyanya adalah dengan menggunakan Differentiated teaching dalam pembelajaran matematika. Differentiated teaching
mendiferensiasikan pengajaran adalah praktik mengadaptasikan pengajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa-siswa tertentu. Berikut adalah ciri-ciri
Differentiated teaching: • Perhatian yang cermat terhadap perbedaan-perbedaan siswa.
• Memodifikasi isi content, proses, dan produk pembelajaran berdasarkan
kesiapan, minat, dan profil belajar siswa. • Kegiatan-kegiatan yang dibedakan dan meragamkan tugas-tugas yang
disesuaikan dengan kemampuan dan minat siswa yang beragam. • Kegiatan dan tugas-tugas pembelajaran dibuat bervariasi dalam segi tingkat
kesukaran untuk menantang siswa pada tingkat kesiapan yang berbeda. • Tugas dan pekerjaan siswa didiferensiasikan agar pas dengan kebutuhan dan
kesiapan siswa-siswa tertentu. • Banyak perhatian pada mengajari individu-individu secara sendiri-sendiri
atau dalam kelompok-kelompok belajar yang fleksibel flexible grouping. “Peserta didik adalah manusia identitas insaninya sebagai subjek
berkesadaran perlu dibela dan ditegakkan lewat sistem dan model pendidikan yang bersifat bebas dan egaliter. Hal ini hanya dapat dicapai lewat proses
pendidikan bebas dan metode pembelajaran aksi dialogal. Karena itu, peserta didik harus diperlakukan dengan amat hati-hati. Teori kognitif
konstruktivistik menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan karena
adanya karsa individu. Penataan kondisi bukan sebagai penyebab terjadinya belajar, tetapi sekedar memudahkan belajar. Keaktifan siswa menjadi unsur
amat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas mandiri adalah jaminan untuk mencapai hasil yang sejati.”
6
Siswa akan berkembang potensi belajarnya jika mereka larut dan menikmati aktivitas belajarnya. Dengan demikian, melibatkan siswa dalam aktivitas
pembelajaran berdampak positif terhadap perkembangan potensi belajarnya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk
memecahkan permasalahan tersebut, sehingga penulis memberi judul dalam skripsi ini, yaitu:
“MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI
DIFFERENTIATED TEACHING”