e. Problem-Based learning
Problem-Based learning menjadikan siswa berperan aktif dalam menginvestigasi masalah yang membingungkan mereka, serta masalah-masalah
yang tidak jelas penyelesaiannya. Dengan menerapkan Problem-Based learning dalam pembelajaran siswa dapat menyelidiki permasalahan tersebut dan
menentukan solusinya dengan banyak cara. Problem-Based learning memungkinkan siswa kratif dalam memecahkan masalah dengan kemampuan dan
bakatnya masing-masing, mengidentifikasi berbagai masalah, maupun merancang proyek yang dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
f. Cooperative learning
Cooperative learning merupakan salah satu strategi penting dalam Differentiated teaching. Dalam Cooperative learning siswa dikelompokkan secara
heterogen kemudian guru menyediakan tugas-tugas terdiferensi di berbagai kelompok. Kelompok yang tersusun dari berbagai tingkat kemampuan,
memungkinkan siswa saling bekerja sama, menggunakan kemampuan belajar siswa yang bervariasi, dan saling memberikan kontribusi kepada kelompok lain
secara keseluruhan sesuai dengan tingkat kemampuannya masing-masing. “Cooperative learning sangat diperlukan dalam kelas heterogen dengan berbagai
tingkat kemampuan.”
9
Pembelajaran Cooperative learning menuntut siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil, sehingga antar anggota kelompok saling berdiskusi, berargumentasi, dan saling membantu. Tujuannya adalah untuk mengasah
kemampuan yang telah dikuasai siswa dan meminimalisir kesenjangan kemampuan diantara anggota kelompoknya.
6. Mengimplementasikan lingkungan belajar yang kondusif untuk
Differentiated teaching
Salah satu praktik untuk mendiferensiasikan pengajaran adalah penggunaan flexible grouping pengelompokkan fleksibel. Flexible grouping adalah praktik
menempatkan siswa di kelompok-kelompok yang lebih kecil untuk subjek-subjek
9
Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik, Bandung: Nusa Media, 2008, h. 5.
tertentu tetapi tetap berada dalam kelas yang sama. Flexible grouping disusun dari berbagai siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, maupun rendah.
Di kelas Differentiated teaching guru menggunakan beragam strategi instruksional dalam pembelajaran, menyesuaikan manajemen kelas, serta menilai
dan mengevaluasi pekerjaan siswa. a.
Manajemen kelas Di kelas yang terdiferensiasi penting bagi guru dalam mengelola kelas,
tujuannya adalah untuk menjaga agar pembelajaran berlangsung efektif, dan untuk menangani kegiatan yang tidak diharapkan selama pembelajaran dengan cepat dan
tepat. Berikut ini diuraikan pengelolaanmanajemen kelas yang terdiferensiasi:
1. Mengelola lingkungan multitugas
Di kelas yang terdiferensiasi, tugas belajar multitugas akan berjalan secara simultan. Beberapa kelompok siswa mungkin mengerjakannya di kelas, sementara
kelompok lain di perpustakaan, atau menggunakan internet. Siswa mungkin bekerja sendiri, berpasangan, atau dalam kelompok kecil dengan tugas-tugas
belajar yang disesuaikan dengan minat, kemampuan, dan kebutuhan mereka. Agar lingkungan multitugas bekerja, siswa harus diajari cara bekerja secara
mandiri dan bekerja bersama orang lain. Siswa harus paham bahwa mereka perlu bertanggung jawab atas pembelajaran sendiri tanpa pengawasan dari guru, dan
guru selalu mengharapkan hasil kerja yang berkualitas dari mereka. 2.
Menyesuaikan tingkat penyelesaian yang berbeda Siswa yang mengerjakan berbagai kegiatan pembelajaran kemungkinan
besar akan selesai pada waktu yang berbeda. Sebagian siswa mungkin selesai lebih awal, yang lain mungkin tertinggal dari teman-temannya. Aturan khusus
perlu dilakukan dalam menghadapi siswa yang selesai lebih awal dan memiliki kelebihan waktu. Hal ini termasuk kegiatan-kegiatan seperti menyediakan bahan-
bahan belajar khusus, permainan edukatif yang dapat mereka kerjakan sendiri, mengerjakan tugasproyek yang lain, atau membantu teman-temannya yang
memiliki kesulitan. Siswa yang selesai lebih lambat, guru dapat menyediakan waktu lebih
banyak, hal ini berakibat semakin banyaknya waktu bagi yang telah selesai lebih
awal. Sebagai alternatifnya, guru memberikan waktu tambahan saat pulang sekolah atau diakhir pekan.
Kunci dari semua ini adalah bagaimana merancang tugas dan kegiatan belajar yang dapat memberikan tantangan dengan tingkat yang sesuai masing-masing
siswa. 3.
Memantau pekerjaan siswa dan mengelola sumber daya Berbeda dengan metode pembelajaran lain yang semua siswanya
mengerjakan tugas yang sama diwaktu yang sama, di kelas Differentiated teaching menghasilkan banyak tugas, banyak produk, dan seringkali waktu
penyelesaiannya beragam. Akibatnya, teknik-teknik yang efektif dibutuhkan untuk memantau dan mengelola pekerjaan siswa. Tiga tugas manajerial penting
agar akuntabilitas siswa dapat terjaga dan guru dapat mempertahankan momentum di semua proses pengajaran adalah: 1 persyaratan tugas untuk semua siswa harus
diterangkan dengan jelas, 2 pekerjaan siswa harus dipantau dan umpan balik diberikan atas kemajuan pekerjaan, dan 3 catatan yang seksama harus dibuat.
Guru dapat mengelola ketiga tugas ini melalui penggunaan student project form, task cards, dan filling system khusus yang dibuat oleh siswa sendiri.
b. Menilai dan mengevaluasi pekerjaan siswa
Penilaian dirancang untuk memberikan informasi diagnostik, hal ini penting bagi guru dalam mengetahui kesiapan siswa dan informasi tentang cara
memodifikasi isi dan cara memilih model dan strategi instruksional tertentu. Berbagai bentuk penilaian digunakan untuk memastikan bahwa seluruh aspek
belajar siswa dinilai. Dalam kelas Differentiated teaching, siswa diberi pekerjaan dan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya,
dalam situasi ini guru tertarik dengan pertumbuhan siswa-siswa tertentu dan bukan perbandingan-perbandingan normatif.
Berdasarkan teori-teori dan pembatasan masalah Differentiated teaching maka peneliti menentukan langkah-langkah operasional dalam melaksanakan
penelitian ini, yakni: a.
Strategi instruksional yang digunakan dalam model pembelajaran Differentiated teaching adalah Cooperative Learning yang dibatasi hanya
pada konsep-konsep dasar Cooperative Learning yaitu siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil sehingga antar anggota kelompok saling berdiskusi, berargumentasi, dan saling membantu. Berdasarkan tinjauan ini
maka kegiatan operasional ini adalah peneliti mengelompokkan subjek penelitian ke dalam beberapa kelompok heterogen.
b. Penelitian ini membatasi Differentiated teaching hanya pada diferensiasi
proses, yakni tugas yang dapat memungkinkan siswa untuk berlatih dalam memahami isi content materi. Kegiatan operasional diferensiasi proses
adalah penyediaan berbagai alternatif cara dalam mengeksplorasi konsep materi, pengilustrasian konsep materi agar mudah dipahami, modifikasi
kompleksitas pengilustrasian dari berbagai tingkatan kemampuan kognitif siswa.
c. Kegiatan dan tugas-tugas pembelajaran dibuat bervariasi dalam segi tingkat
kesukaran untuk menantang siswa pada tingkatan kesiapan yang berbeda. Bentuk operasional kegiatan ini adalah peneliti menyediakan lembar
tantangan untuk menantang siswa memecahkannya, dan hal-hal minimal yang harus dikuasi siswa.
7. Aktivitas belajar
Ahamad Rohani mengungkapkan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik
adalah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat hanya pasif.
Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis kejiwaan adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran.
10
Aktivitas belajar yang dimaksudkan dalam bahasan ini adalah segala kegiatan siswa selama berada di dalam kelas dalam proses pembelajaran.
Diedrich menyimpulkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Visual activities, meliputi aktivitas: membaca, memperhatikan: gambar,
demonstrasi, percobaan.
10
Ahamad Rohani HM, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, h. 6.