memiliki kemampuan tinggi gifted dan talented diberikan pengalamanaktivitas belajar yang menantang sesuai dengan kemampuannya, tujuannya adalah agar
proses pembelajaran tidak membosankannya. Sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan sedang atau rendah disabilitas diberikan pengalamanaktivitas
belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka, sehingga mereka dapat belajar tanpa merasa tertekan. Dengan strategi pembelajaran Differentiated
teaching diharapkan siswa dapat belajar sesuai dengan potensinya, sehingga potensi belajar siswa termaksimalkan dengan baik.
2. Latar belakang Differentiated teaching
Sebelum dilakukannya Differentiated teaching dalam pembelajaran, guru semestinya memperhatikan latar belakang yang menyebabkan dilakukannya
Differentiated teaching dalam pembelajaran. Diantara latar belakang tersebut adalah:
a. Kemampuan dan inteligensi siswa
Secara tidak langsung seorang guru mampu memahami perbedaan kemampuan siswa dalam belajar di kelasnya. Tentunya terdapat siswa dengan
kemampuan belajar tinggi, sedang, atau pun rendah. Namun, secara ilmiah terdapat instrumen yang dapat mengukur kemampuan siswa dalam belajar. Salah
satu instrumen tersebut adalah dengan tes IQ Intelligence Quotient. Hasil yang diperoleh dari tes IQ adalah skor IQ yang menggambarkan perbandingan antara
umur mental terhadap umur kronologis siswa dikalikan 100. Semakin tinggi skor IQ siswa semakin tinggi pula kemampuan belajarnya.
Selain IQ yang dikonsepkan oleh Woolfolk, Howard Gardner juga mengidentifikasi adanya delapan inteligensi yang dimiliki oleh setiap individu
manusia, yakni: logical-mathematical, lingusitic, musical, spatial, bodily- kinesthetic, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Setiap individu memiliki
kekuatan inteligensi yang berbeda dengan individu-individu lainnya. Dengan memperhatikan keragaman siswa dalam kemampuan belajarnya, semestinya guru
melakukan pembelajaran yang mengakomodasi inteligensi siswa.
b. Perbedaan dalam gaya kognitif dan gaya belajar
Hal lain yang perlu diperhatikan guru adalah keragaman gaya kognitif dan gaya belajar siswa. Gaya kognitif didasarkan pada perbedaan tiap individu dalam
mempersepsi dan memproses informasi. Sebagian siswa bersifat field dependent, karakteristiknya adalah mempersepsi situasi secara keseluruhan dan bukan
sebagian-sebagian, people-oriented hubungan sosial lebih penting bagi mereka, dan dapat bekerja dengan baik dalam kelompok, lebih senang mengerjakan tugas-
tugas jangka panjang dan berbasis masalah. Sebagian siswa yang lain bersifat field independent, karakteristiknya adalah mereka cenderung melihat bagian-
bagian terpisah dari keseluruhan dan bukan keseluruhan itu sendiri, memiliki kemampuan analitik yang kuat dan lebih banyak memantau pemrosesan informasi
dari pada hubungan mereka dengan orang lain, senang bekerja sendirian. Gaya belajar dibedakan atas gaya belajar in-context, artinya siswa
memperoleh keterampilan dan pengetahuan pada titik yang keterampilan dan pengetahuan itu dibutuhkan dalam situasi kehidupan nyata. Misalnya siswa
belajar mengalikan bilangan bulat, manfaat dalam kehidupan nyatanya adalah untuk menggandakan jumlah barang. Gaya belajar out-of-context, artinya bahwa
pembelajaran itu tidak ada hubungannya dengan kebutuhan nyata dan segeralangsung. Misalnya ketika matematika dipecah menjadi algoritma-
algoritma yang diskrit, masing-masing diajarkan secara terpisah sebelum diterapkan pada masalah-masalah nyatariil.
c. Preferensipilihan belajar
Siswa berbeda dalam hal preferensi lingkungan dan modalitas belajar. Preferensi lingkungan belajar meliputi suara, cahaya, pola pengaturan tempat
duduk, banyaknya dukungan emosional yang dibutuhkan, dan derajat struktur dan interaksi sebaya. Siswa juga memiliki preferensi dalam hal modalitas belajar,
sebagian siswa dalam mendapatkan informasi lebih berorientasi visual, sebagian lain cenderung audio.
d. Keluarbiasaan
Keluarbiasaan merupakan penyebab dominan yang melatarbelakangai diberlakukannya Differentiated teaching. Keluarbiasaan terdiri dari disabilitas
atau berkebutuhan khusus dalam belajar, gifted cerdas, dan talented berbakat.
Siswa yang memiliki disabilitas memiliki karakteristik: a Fungsi mental dan kemampuan kognitif yang secara signifikan berada di
bawah rata-rata. b Disfungsi dalam memproses informasi, intelegensi rata-rata, mengalami
masalah dalam belajar membaca, menulis, dan berhitung. c Kesulitan dibidang sosial, dan emosional; mengalami masalah dibidang
sosial. Sedangkan siswa yang gifted dan talented memiliki karakteristik:
d Inteligensi umum di atas rata-rata, dapat menangkap konsep-konsep yang kompleks abstrak secara mudah.
e Memiliki informasi dan keterampilan dalam subjek akademik tertentu yang jauh lebih tinggi dibanding teman sebayanya.
f Memiliki pemikiran yang produktif dan kreatif.
g Memiliki kemampuan dalam memimpin.
3. Perbandingan antara pembelajaran di kelas tradisionalkonvensional
dengan pembelajaran di kelas Differentiated teaching
Di kelas tradisionalkonvensional guru mengajarkan materi pelajaran yang sama dengan cara yang sama dan untuk semua siswa. Tetapi di kelas
Differentiated teaching guru memulai pembelajaran berdasarkan minat, kebutuhan, dan kesiapan siswa di mana posisi siswa. Kemudian guru
menggunakan banyak model mengajar dan penataan instruksional untuk memastikan bahwa setiap siswa meraih potensinya.
Menurut Carol Ann Tomlinson dalam Richard I. Arends
6
terdapat beberapa perbandingan antara pembelajaran di kelas tradisionalkonvensional dengan
pembelajaran di kelas Differentiated teaching. Berikut adalah tabel perbandingan antara pembelajaran di kelas konvensionaltradisional dengan pembelajaran di
kelas Differentiated teaching.
6
Richard I. Arends, Learning to Teach Belajar untuk Mengajar Edisi ke-7 buku dua, ..., h. 123.
Tabel 1 Perbandingan Antara Pembelajaran di Kelas TradisionalKonvensional
Dengan Pembelajaran di Kelas Differentiated Teaching
No Kelas tradisional
Kelas Differentiated teaching
1 Perbedaan siswa ditutupi. Perbedaan siswa dikaji sebagai dasar
untuk merencanakan. 2
Asesmen paling sering dilaksanakan pada akhir episode
pembelajaran. Asesmen dilakukan terus menerus dan
bersifat diagnostik.
3 Pengertian yang sempit tentang inteligensilah yang berlaku.
Fokus pada multiple inteligensi-lah yang tampak menonjol.
4 Ada definisi tunggal tentang keunggulan.
Keunggulan didefinisikan dalam ukuran luas berdasarkan pertumbuhan
individu mulai dari sebuah titik awal.
5 Minat siswa
jarang diperhatikan. Siswa didorong untuk membuat
pilihan-pilihan belajar berbasis minat. 6
Pengajaran seluruh kelas mendominasi.
Digunakan banyak penataan instruksional.
7 Cakupan teks dan kurikulum memandu pengajaran.
Kesiapan, minat, dan profil belajar siswa menentukan bentuk pengajaran.
8 Norma yang berlaku adalah tugas-tugas dengan opsi tunggal.
Tugas-tugas multi-opsi multitugas sering digunakan.
9 Waktu relatif tidak fleksibel.
Waktu digunakan secara fleksibel sesuai kebutuhan siswa.
10 Disebagian waktu, guru
mengarahkan perilaku siswa. Guru memfasilitasi keterampilan siswa
agar dapat menjadi pelajar-pelajar yang otonommandiri.
11 Guru mengatasi sebagian besar masalah.
Siswa membantu guru dan siswa- siswa lain dalam mengatasi berbagai
masalah.
12 Guru menyediakan standar
pemberian nilai yang berlaku untuk seluruh kelas.
Siswa bekerja bersama dengan guru dalam menetapkan tujuan belajar
seluruh kelas maupun individual.
13 Yang digunakan adalah sebuah bentuk asesmen tunggal.
Siswa diasesdinilai dengan banyak cara.
4. Melaksanakan Differentiated teaching
Guru profesional sebelum melaksanakan sebuah pengajarannya, mempertimbangkan: Apa yang akan diajarkannya? Bagaimana cara
mengajarkannya? Siapa yang akan diajarinya? Pertanyan-pertanyaan tersebut menjadi dasar dalam melaksanakan Differentiated teaching.
Melaksanakan Differentiated teaching guru memulainya dengan
memfokuskan pada hal-hal yang esensial ketika memutuskan apa yang akan