.
pemerintah, dan pemegang kepentingan ekonomi seperti para pengonversi lahan pertanian.
5. Diksi
Diksi yang digunakan penulis didominasi oleh pilihan kata yang menunjukkan suasana kemiskinan dan ketidakadilan. Banyak pula pemilihan kata
yang menunjukkan nilai keagamaan di antaranya bentuk kerelaan terhadap ketetapan Tuhan. Hal-hal tersebut dapat ditunjukkan lewat beberapa kutipan
berikut. Sarung kumal membungkus jenazah
Tubuh mungil diam dan pasrah Ditutup rapi, diselempangkan menyilang
Di depan dadanya yang datar kerontang
17
Diksi ‗datar kerontang’ memperkuat penokohan salah seorang tokoh dalam kisahan yakni seseorang yang miskin dan kelaparan. Selain itu, terdapat
banyak diksi lainnya yang menunjukkan kemiskinan seperti berikut ini. Matahari mulai meninggi
Atmo terkenang kampungnya yang rindang Tapi sakunya kosong dan sepi
Jenazah tak bisa dibawa pulang
18
Penggunaan ‗kata kosong’ dan ‗sepi’ menunjukkan tidak sepeser pun uang yang dimiliki tokoh bernama Atmo tersebut. Hal ini menguatkan situasi
kemiskinan yang dialaminya. Diksi yang lain menunjukkan pula kurangnya rasa ketidakpedulian
masyarakat terhadap kaum papa yang layak membutuhkan bantuan, misalnya ditunjukkan dalam bait berikut ini.
Gerobak dan Atmo sekeluarga Bagaikan etalase belaka
Sekadar pajangan di pinggir jalan Sesekali ditoleh lalu dilupakan
19
Diksi ‗etalase’ menyindir kecenderungan masyarakat kelas menengah dan atas yang cenderung memilih gaya hidup hedonis. Kecenderungan ini berimbas
pada rasa ketidakpedulian. Masyarakat umum sebagaimana yang tersirat dalam
17
Ibid., h. 47.
18
Ibid., h. 49.
19
Ibid, h. 64.
.
bait tersebut hanya memandang kaum papa sebagai pajangan di pinggiran jalan perkotaan.
Rasa ketidakpedulian ditunjukkan pula dengan diksi ‗syakwasangka’ yang memadukan Bahasa Arab dan Indonesia, yakni dalam bait berikut ini.
Pegawai stasiun mencegatnya Ada syakwasangka di matanya
Tubuh kecil kaku ditengoknya Orang mati dibawa ke mana-mana
...
20
Diksi ‗syakwasangka’ memiliki arti ragu-ragu dan sangka, dengan penjabaran sebagai berikut: dalam Kamus Bahasa Arab
—Indonesia, syak
21
ّش –
ّشي -
اًّش
berarti ‗ragu-ragu’, wa
22
و
berarti ‗dan’. Kata-kata dari bahasa Arab itu kemudian digabung dengan kata ‗sangka’. Diksi ini mewakili
sikap sebagian masyarakat yang banyak menaruh kecurigaan pada pemulung sampah maupun barang rongsok hingga berdampak pada kurangnya rasa
kepedulian. Terkait dengan gaya hidup masyarakat perkotaan yang semakin
mencirikan hedonisme, dalam puisi esai “Manusia Gerobak” ini pun secara jelas menggunakan diksi-diksi sindiran untuk menunjukkan hal tersebut seperti dalam
bait berikut ini. Orang-orang yang baru keluar dengan bahagia
Wajahnya kenyang tiada terkira Dari rumah makan siap saji
Restoran bergambar daging di tengah roti Bundar dan besar, nikmat tampaknya
Maka mereka semua ceria Tak ada yang peduli pada Atmo sekeluarga
Yang perutnya nyaris tiada isinya
23
Pendeskripsian tentang restoran internasional yang menyediakan menu daging di tengah roti, bundar dan besar tersebut menunjukkan kecenderungan
20
Ibid, h. 51.
21
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab —Indonesia, Jakarta: PT. Hidakarya
Agung, 1989, h. 201
22
Ibid., h. 490.
23
Taher, op. cit., h. 65.