countries in Asia are low jungles and swamps, some are mountainous, and other, particularly in Asia Minor, are desert.
10
.
e. Kritik terhadap Ketidakseriusan Pemerintah dalam Program
Mencerdaskan Rakyat Kewajiban pemerintah untuk mencerdaskan rakyatnya juga semakin
dipertanyakan dengan melihat pesatnya pertumbuhan migrasi masyarakat pedesaan ke wilayah kota atau biasa disebut dengan urbanisasi. Kondisi ini
tergambar dalam puisi esai “Manusia Gerobak” pada bait-bait berikut ini. Lalu kota mulai menggoda
Kata orang di sana lah surga Semua barang di sana tersedia
Uang datang dengan mudahnya Di Jakarta, kata orang
Mencari uang lebih gampang Karena di sana semua uang berdiam
Bertumpuk-tumpuk siang dan malam Tekad Atmo seteguh karang
Ke Jakarta hendak menjelang Ia tinggalkan desa yang tenteram
Hijrah ke kota dan ketidakpastian Membawa uang tak seberapa
Istri dan dua anak dibawa serta Tekad membatu jiwa membara
Berharap lebih nanti di kota
11
Kondisi Atmo yang memilih berurbanisasi pada dasarnya memang dapat dimaklumi. Hal ini karena pemerintah belum mampu menangani masalah di
pedesaan. Pemerintah malah cenderung membuat permasalahan baru dengan menggerus wilayah pedesaan dengan industrialisasi yang tidak terkontrol. Apabila
kesempatan bekerja di desa sudah tidak memungkinkan, salah satu pilihan masyarakat adalah berurbanisasi. Tantangan baru yang sebagian besar dari mereka
belum sadari adalah pentingnya bekal keterampilan yang umumnya diperlukan di
10
John W. Bardo, Urban Sociology, USA: Peacock Publisher, 1982, h. 300.
11
Taher, op. cit., h. 57.
perkotaan. Iming-iming kesuksesan dan penghasilan besar yang bisa diperoleh di wilayah kota hanya akan menjadi angan-angan kosong apabila mereka tidak
dibekali dengan keterampilan yang mumpuni. Maka dari itu, penduduk yang hendak melakukan urbanisasi dengan segala macam latar belakang keterampilan
pedesaannya seharusnya mampu untuk menyiapkan diri sebelum berurbanisasi. Tentu saja hal ini tidak terlepas dari tanggung jawab pemerintah dalam mendidik
masyarakat. Peran pemerintah amat diperlukan dalam mencerdaskan pola pikir masyarakat pedesaan.
Kecenderungan untuk berurbanisasi tentu saja terkait dengan kebijakan yang mementingkan industri dan mengabaikan pertanian, ditambah pula dengan
kecenderungan mementingkan kota atau sentralisasi. Hal ini akan semakin mendesak dan merangsang kaum miskin di desa untuk pindah ke kota dengan
segala konsekuensi ekonomi dan sosial di kota-kota besar.
12
Jalan keluar dari kemelut ini, menurut Todaro dan Stilkind yakni:
...pembangunan yang lebih mementingkan fasilitas sosial di daerah pedesaan, mengalokasikan lebih banyak dana untuk pembangunan
pertanian dan khususnya petani kecil, mengadakan pembukaan lahan, dan mengembangkan industri kecil di desa.
13
Ketidaksiapan masyarakat yang melakukan urbanisasi pada akhirnya hanya akan menjadi permasalahan baru di daerah perkotan. Hal ini ditandai
dengan meningkatnya jumlah tunawisma maupun pekerja yang bersifat parasit seperti pengemis, pelacur, pencuri, dan sebagainya. Kritik terhadap hal tersebut
diperkuat dengan catatan kaki keempat dalam puisi esai “Manusia Gerobak” sebagaimana berikut ini:
Pada tahun 2009 diperkirakan Manusia Gerobak mencapai 1.000 orang. Mereka biasanya berada di kawasan Senen, Tanah
Abang, Kemayoran, dan sejumlah pemukiman padat di Jakarta. Manusia Gerobak mengacu pada kemiskinan yang membawa
orang-orang di desa mencari nafkah di kota. Mereka membawa keluarganya dalam suatu gerobak. Gerobak inilah yang menjadi
rumah sekaligus alat angkut dan mencari makan dengan memulung sampah serta barang rongsokan sekaligus mengemis. Manusia
gerobak menjadi alternatif orang miskin mempertahankan hidup di
12
Hans-Dieter Evers dan Rudgiger Korff, Urbanisme di Asia Tenggara, Jakarta: Yayasan Obor, 2002, h. 1.
13
Ibid., h. 2.