Ketidakpedulian Masyarakat terhadap Lingkungan
baik, ternyata tidak dapat terwujud.
26
Hal inilah yang menjadi realitas seperti yang dihadirkan
dalam puisi esai “Manusia Gerobak”. Beberapa kritik yang dapat ditemukan dalam puisi esai “Manusia
Gerobak” mengindikasikan bahwa rasa kepedulian sosial semakin tergerus. Penelitian terhadap karya ini menunjukkan bahwa penulis lewat puisi esainya
banyak menyuarakan kritik terhadap pemerintah. Beberapa kegagalan pemerintah dalam menjalankan regulasi negara ini ditampilkan dengan beragam bentuk rasa
oleh penulis, misalnya sikap ketidakadilan, marginalisasi, ketidaktegasan dalam pelayanan publik, serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang malah merugikan
masyarakat. Berkaitan dengan pengisahan “Manusia Gerobak”, dapat dilihat salah satu
fenomena sosial yang menjadi bentuk kegagalan pemerintah dalam menangani urbanisasi. Fenomena ini jelas memiliki sebab yang mengarah pada kurangnya
usaha pemerintah dalam mencerdaskan rakyat. Hal ini berdampak pada semakin tingginya tingkat kemiskinan baik di perkotaan maupun pedesaan.
Urbanisasi memang membawa dampak yang beragam. Masyarakat yang melakukan urbanisasi dihadapkan pada situasi perkotaan yang sangat berbeda
dengan lingkungan asli mereka. Sebagian dari mereka yang beruntung memang memiliki penghasilan yang lebih besar dibanding penghasilan mereka sebelumnya
di desa. Ini terkait dengan adanya kebijakan UMR ataupun UMP yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan dengan para pekerja yang sedikit banyaknya berasal
dari pedesaan atau pinggiran kota. Tenaga mereka sebagai buruh memang diperlukan di kota-kota metropolitan seperti Jakarta. Akan tetapi, persaingan
dalam mencari pekerjaan pun jelas sangat besar. Sehingga bagi mereka yang tidak beruntung atau yang kurang berusaha, tentu mau tidak mau memilih pekerjaan
yang tidak produktif atau malah bersifat parasit, seperti pedagang kaki lima, tukang parkir, pengamen, pelacur, pengemis, dan lain-lain.
Untuk mengatasi urbanisasi yang pesat, pemerintah di negara sedang berkembang, salah satunya Indonesia, pertama-tama harus mengubah atau
mengurangi kebijakan-kebijakan yang mendorong pertumbuhan penduduk di kota
26
Evers, op. cit., h. 6.
maupun ke
kota. Kebijakan-kebijakan
industrialisasi yang
tidak mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat tidak hanya gagal mendorong
masyarakat keluar dari keterbelakangan, tetapi bahkan menyebabkan makin parahnya masalah pengangguran, kemiskinan, migrasi besar-besaran, dan
pertumbuhan penduduk kota yang tak terkendali.
27
Selanjutnya, perlu dirumuskan kebijakan-kebijakan yang mendorong terciptanya good governance dengan tetap menjunjung tinggi asas keadilan dan
kebenaran.
28
Integritas moral dan keprofesionalan aparat penegak hukum harus ditingkatkan melalui peningkatkan kesejahteraan, dukungan sarana dan prasarana,
hukum, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya. Sebagai pemegang jalannya pemerintahan, pemerintah juga harus terus
berlandas pada undang-undang, terutama terkait dengan penggunaan lahan. Keuntungan finansial yang diterima jangan hanya menjadi tujuan utama dalam
bekerjasama dengan para pengusaha maupun investor. Penyejahteraan kehidupan masyarakat harus menjadi tujuan utama.
Fakta-fakta sosial yang ditampilkan d alam puisi esai “Manusia Gerobak”
menuntut agar diakui dan dihormatinya hak-hak asasi manusia. Pemerintah dalam hal ini hendaknya secara bijak dan transparan meningkatkan kesejahteraan hidup
masyarakat tanpa kecenderungan sentimen tertentu. Ini semua bertujuan untuk memulihkan kepercayaan masyarakat dalam hal kesamaan hak untuk memperoleh
kesempatan dalam meningkatkan taraf hidup. Faktor utama yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah
ketidakpedulian sosial. Hal tersebut jelas merupakan salah satu masalah sosial terbesar. Rakyat negara berkembang seperti di Indonesia memang semakin
sengsara dan dapat ditunjukkan dengan angka pengangguran yang semakin menjulang.
29
Oleh sebab itu, pemerintah harus mendorong adanya usaha pemecahan masalah dan perubahan ke arah perbaikan. Namun demikian, dari
paparan tersebut tentu saja berhadapan dengan realitas yang bertolak belakang. Pemerintah dan masyarakat cenderung belum memaksimalkan usaha pengentasan
27
Evers, op. cit., h. 32.
28
Nugroho, op. cit., h. 135.
29
Evers, op. cit., h. 3.