sebuah “movement” dan genre ingin dikemas, tak terhindari harus ada garis batas yang memisahkan “what is” dengan “what is not”. Kelima kriteria itu adalah
“what is”.
16
Puisi esai hanya satu variasi saja dari aneka bentuk puisi yang sudah ada dan yang akan ada. Ia tidak diklaim lebih superior atau inferior. Ia juga tidak
dimaksudkan untuk mendominasi apalagi menyeragamkannya.
17
Dari penjelasan Denny JA tersebut, disimpulkan bahwa puisi esai adalah bentuk pengekspresian
suatu kisah fiksi yang bersumber dari realitas sosial yang disusun secara komunikatif, panjang, berbabak, serta memiliki catatan kaki sebagai penjelas
realitas sosial.
C. Unsur-unsur Pembangun Puisi
Bangun struktur puisi menurut Aminuddin adalah unsur pembentuk puisi yang dapat diamati secara visual. Unsur tersebut meliputi 1 bunyi, 2 kata, 3
larik atau baris, 4 bait, dan 5 tipografi. Bangun struktur disebut sebagai salah satu unsur yang dapat diamati secara visual karena dalam puisi juga terdapat
unsur-unsur yang hanya dapat ditangkap lewat kepekaan batin dan daya kritis pikiran pembaca. Unsur tersebut pada dasarnya merupakan unsur yang
tersembunyi di balik apa yang diamati secara visual. Unsur yang tersembunyi di balik bangun struktur disebut dengan istilah lapis makna.
18
Lapis makna yang disebut oleh Aminuddin tersebut berorientasi pada pembagian lapis makna dari
I.A. Richards, dengan pertimbangan bahwa pengidentifiksian pembagian lapis makna menurut I.A. Richards tersebut lebih mudah.
19
Paparan lebih lanjut tentang pembagian lapis makna menurut I.A. Richards itu adalah sense, subject matter,
feeling, tone, totalitas makna, dan tema.
20
Pendapat lain mengenai unsur pembangun puisi yakni sebagaimana yang disampaikan oleh Marjorie Boulton berikut ini.
...tidak mungkin untuk membedakan bentuk fisik dengan bentuk mental secara komplit karena kedua bentuk itu berinterrelasi satu dengan
yang lain. Bentuk fisik puisi mencakup penampilannya di atas kertas
16
Ibid, h. 43.
17
Ibid, h. 43.
18
Aminuddin, op. cit., h. 136.
19
Aminuddin, op.cit., h. 150.
20
Aminuddin, op.cit., h. 150.
dalam bentuk nada dan larik puisi: termasuk ke dalamnya irama, sajak, intonasi, pengulangan, dan perangkat kebahasaan lainnya. Bentul mental
terdiri dari tema, urutan logis, pola asosiasi, satuan arti yang dilambangkan, dan pola-pola citra dan emosi.
21
Bentuk fisik dan mental sebuah puisi pada dasarnya dapat pula dilihat sebagai satu kesatuan yang
terdiri dari tiga lapisan. Pertama, lapisan bunyi, yakni lapisan lambang- lambang bahasa sastra. Lapisan pertama inilah yang kita sebut sebagai
bentuk fisik puisi. Kedua, lapisan arti, yakni sejumlah arti yang dilambangkan. Ketiga
, lapisan tema, yakni suatu “dunia” pengucapan karya sastra, sesuatu yang menjadi tujuan penyair, atau suatu efek tertentu
yang didambakan penyair. Lapisan arti dan tema inilah yang dapat dianggap sebagai bentuk mental sebuah puisi.
22
Menurut Widjojoko dan Endang Hidayat, puisi sebagai salah satu karya kreatif yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, mempunyai unsur-unsur yang
dapat ditelusuri. Unsur yang tergolong unsur intrinsik puisi itu adalah: 1 tema, 2 rasa, 3 nada, 4 amanat, 5 diksi, 6 imajeri, 7 pusat pengisahan, 8 gaya
bahasa, 9 ritme, dan 10 rima.
23
Menurut Siswanto, unsur pembangun puisi terdiri dari bentuk struktur fisik puisi dan struktur batin puisi. Bentuk dan struktur fisik puisi sering disebut
metode puisi. Bentuk dan struktur fisik puisi mencakup 1 perwajahan puisi tipografi, 2 diksi, 3 pengimajian, 4 kata konkret, 5 majas atau bahasa
figuratif, dan versifikasi rima, ritme, dan metrum.
24
Terkait dengan struktur batin puisi, Siswanto seperti halnya Aminuddin memaparkan teori yang
dikemukakan oleh I. A. Richards. ...struktur batin puisi terdiri atas empat unsur: 1 tema; makna sense, 2
rasa feeling, 3 nada tone, dan 4 amanat; tujuan; maksud intention.
25
Dari beberapa teori yang dibangun untuk menentukan unsur-unsur pembangun sebuah puisi, terdapat penjelasan dari Widjojoko dan Endang Hidayat
mengenai sepuluh unsur pembangun puisi yakni tema, rasa, nada, amanat, diksi, imajeri, pusat pengisahan, gaya bahasa, ritme, dan rima. Adanya pusat pengisahan
sebagai salah satu unsur pembangun puisi tersebut dapat mempermudah penelitian
21
Semi, op. cit., h. 107.
22
Semi, op. cit., h. 108.
23
Widjojoko, op. cit., h. 61.
24
Siswanto, op. cit., h. 113.
25
Siswanto, op. cit., h. 124.
terhadap unsur pembangun puisi esai, sehingga penjelasan Widjojoko dan Endang Hidayat tersebut dapat dijadikan sebagai landasan teori dalam penelitian ini.
Penjelasan lebih mendalam mengenai kesepuluh unsur tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut.
1 Tema
Tema adalah ide atau gagasan yang menduduki tempat utama di dalam cerita. Penyair mengemukakan pokok persoalan di dalam puisinya. Pokok
persoalan itu mungkin disampaikan secara langsung mungkin juga secara tidak langsung. Tema atau pokok persoalan hanya terdapat pada satu puisi.
jadi tidak bisa ada satu puisi mengandung dua tema betapa pun panjangnya puisi tersebut.
26
2 Rasa
Rasa disebut juga arti emosional. Dalam menghadapi suatu persoalan, seorang penyair selain tersentuh secara rasional ia tersentuh dan terlibat
secara emosional. Ketika ia melihat suatu obyek, ia bisa saja merasa sedih atau merasa heran. Makna emosional seperti itulah yang disebut dengan
rasa.
27
3 Nada
Nada dalam puisi dapat ditangkap dari sikap penyair lewat intonasi puisi tersebut. Penyair dapat terlihat menggurui, mencaci, merayu, merengek,
menyindir, mengajak,
dan sebagainya
terhadap pembaca
atau pendengarnya.
28
4 Amanat
Amanat merupakan pesan-pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca, pendengar, atau penonton. Di dalam satu puisi bisa
terdapat beberapa amanat. Amanat ada yang diungkapkan secara langsung ada juga yang terselubung. Melalui amanat inilah, penyair menyampaikan
sesuatu kepada pembaca. Mungkin ia mengharapkan pembaca marah, benci, menyenangi sesuatu atau berontak dan berbuat sesuatu. Barangkali
26
Widjojoko, op.cit., h. 61.
27
Widjojoko, op.cit., h. 61.
28
Widjojoko, op.cit., h. 61.
juga penyair mengharapkan kita merenung dan menjadi bijak setelah membaca puisi. itulah yang disebut amanat yang kadang-kadang juga
disebut pemecahan persoalan yang dikemukakan dalam tema.
29
5 Diksi Pilihan Kata
Diksi atau pilihan kata di dalam puisi merupakan hal yang penting karena keberhasilan puisi dicapai dengan mengintensifkan pilihan kata. Puisi-
puisi modern mencari kekuatan pada diksi yang tepat karena makna dan keindahan puisi dibangun oleh seni kata. Seni kata merupakan pengalaman
batin atau jiwa ke dalam kata-kata yang indah. Setiap kata yang digunakan dalam cipta sastra mengandung napas penciptanya, berisi jiwa dan
perasaan pikiran penyairnya. Kata merupakan unsur integral dan esensial dalam puisi. Penggunaan kata-kata yang tepat oleh penyair akan
menunjukkan kemampuan intelektualnya dalam melukiskan sesuatu.
30
Contoh diksi dapat dilihat dalam puisi esai “Toga Hakim dan Kotak Amal” karya Elza Peldi Taher seperti berikut ini.
Kakek telah berpindah tinggal Jauh dari rumah majikannya yang pengusaha permata
Bahkan, melintas batas kota Menikmati hari tua
Bercengkerama bersama anak-cucu
31
Diksi ‗batas’ menunjukkan wilayah paling luar dari sebuah kota. Diksi
‗batas’ yang diawali dengan kata ‗melintas’ menunjukkan tokoh ‗kakek’ berpindah ke luar kota.
6 Imajeri
Imajeri atau daya bayang ialah suatu kata atau kelompok kata yang digunakan utnuk mengungkapkan kembali kesan-kesan pancaindra dalam
jiwa kita. Berdasarkan indra yang dikenai rangsang, maka imajeri dapat dikelompokkan menjadi imajeri pandang, imajeri dengar, dan imajeri
kecap.
32
29
Widjojoko, op.cit., h. 61.
30
Widjojoko, op.cit., h. 61.
31
Elza Peldi Taher, Manusia Gerobak, Depok: Jurnal Sajak, 2013, h. 125.
32
Widjojoko, op.cit., h. 62.