Kritik terhadap Sikap Hedonis Masyarakat Perkotaan

3. Kritik terhadap Pengonversi Lahan Pertanian

a. Kritik atas Proyek Industrialisasi Yang Merugikan Masyarakat

Maraknya industrialisasi dan kegiatan pembangungan di bidang properti kini tidak bisa dipungkiri lagi telah merambah ke wilayah pedesaan. Namun demikian, kegiatan konversi lahan seperti ini jelas hanya mementingkan keuntungan pihak yang terkait dengan menyampingkan kesejahteraan masyarakat daerah. Pembangunan wilayah yang seyogianya untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat, misalnya di daerah pedesaan pada kenyataannya malah menggerus kemakmuran itu sendiri. Hal tersebut dapat ditunjukkan kembali seperti pada bait berikut ini. Kini desa tak seperti dulu Sawah luas hijau membentang Alam yang tenteram sudah berlalu Pabrik datang sawah menghilang Sawah ladang kian menyempit Kehidupan petani bertambah sulit Perumahan dan pabrik industri Mengusir petani setiap hari 25 Seperti pada pembahasan sebelumnya, yakni kritik terhadap pemerintah, bait tersebut pun ditunjukkan untuk mengkritik pola kerja pihak para pengonversi lahan pertanian. Lahan-lahan pertanian yang diganti dengan proyek-proyek pembangunan pabrik industri dan perumahan membuat para petani mau tidak mau mencari sumber pendapatan lain. Para petani yang cenderung hanya berkompeten dalam mengolah lahan pertanian pasti mengalami kesulitan untuk beralih profesi. Jumlah pengangguran di pedesaan akan semakin meningkat apabila hal ini tetap dibiarkan. Kebijakan pembangunan yang mengabaikan sektor pertanian menimbulkan kemandekan atau terhambatnya pertumbuhan pendapatan di daerah pedesaan. Gejala ini menyebabkan mereka berusaha menyelamatkan diri dengan pindah ke kota, tetapi apa yang diidam-idamkan, yaitu keadaan hidup yang lebih 25 Taher, op. cit., h. 55. baik, ternyata tidak dapat terwujud. 26 Hal inilah yang menjadi realitas seperti yang dihadirkan dalam puisi esai “Manusia Gerobak”. Beberapa kritik yang dapat ditemukan dalam puisi esai “Manusia Gerobak” mengindikasikan bahwa rasa kepedulian sosial semakin tergerus. Penelitian terhadap karya ini menunjukkan bahwa penulis lewat puisi esainya banyak menyuarakan kritik terhadap pemerintah. Beberapa kegagalan pemerintah dalam menjalankan regulasi negara ini ditampilkan dengan beragam bentuk rasa oleh penulis, misalnya sikap ketidakadilan, marginalisasi, ketidaktegasan dalam pelayanan publik, serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang malah merugikan masyarakat. Berkaitan dengan pengisahan “Manusia Gerobak”, dapat dilihat salah satu fenomena sosial yang menjadi bentuk kegagalan pemerintah dalam menangani urbanisasi. Fenomena ini jelas memiliki sebab yang mengarah pada kurangnya usaha pemerintah dalam mencerdaskan rakyat. Hal ini berdampak pada semakin tingginya tingkat kemiskinan baik di perkotaan maupun pedesaan. Urbanisasi memang membawa dampak yang beragam. Masyarakat yang melakukan urbanisasi dihadapkan pada situasi perkotaan yang sangat berbeda dengan lingkungan asli mereka. Sebagian dari mereka yang beruntung memang memiliki penghasilan yang lebih besar dibanding penghasilan mereka sebelumnya di desa. Ini terkait dengan adanya kebijakan UMR ataupun UMP yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan dengan para pekerja yang sedikit banyaknya berasal dari pedesaan atau pinggiran kota. Tenaga mereka sebagai buruh memang diperlukan di kota-kota metropolitan seperti Jakarta. Akan tetapi, persaingan dalam mencari pekerjaan pun jelas sangat besar. Sehingga bagi mereka yang tidak beruntung atau yang kurang berusaha, tentu mau tidak mau memilih pekerjaan yang tidak produktif atau malah bersifat parasit, seperti pedagang kaki lima, tukang parkir, pengamen, pelacur, pengemis, dan lain-lain. Untuk mengatasi urbanisasi yang pesat, pemerintah di negara sedang berkembang, salah satunya Indonesia, pertama-tama harus mengubah atau mengurangi kebijakan-kebijakan yang mendorong pertumbuhan penduduk di kota 26 Evers, op. cit., h. 6.