Biografi PEMBAHASAN PUISI ESAI “MANUSIA GEROBAK”

. sudah bulat untuk menumpang duduk di atas gerbong kereta, petugas kereta api menyadari keanehan gelagat Atmo. Petugas itu dengan penuh kecurigaan mulai menginterogasi Atmo. Bentakan demi bentakan ditujukan pada Atmo. Kecurigaan petugas bertambah tatkala mengetahui bahwa yang dibawa Atmo adalah jenazah seorang balita. Petugas tetap tidak percaya meskipun Atmo telah menjelaskan seterang-terangnya bahwa dia hanya ingin pulang kampung untuk menguburkan jenazah putrinya. Akhirnya, Atmo dibawa ke kantor polisi. Kesulitan tidak berakhir di situ saja, di kantor polisi petugas kepolisian memerintahkan agar putri Atmo diautopsi. Atmo berusaha setegar mungkin untuk kembali menjelaskan bahwa dia hanya ingin menguburkan putrinya karena tak ada tanah pekuburan yang mampu disewanya di Jakarta. Kabar tentang seorang pria gelandangan yang membawa jenazah putrinya ke mana-mana kemudian menyebar di kalangan orang papa. Seorang tukang bajaj yang iba dengan nasib Atmo lalu membantunya untuk menumpang bajaj. Dia bersedia mengantarkan Atmo ke mana saja dia butuhkan. Atmo kemudian pergi ke rumah pemilik kontrakannya yang dulu. Setibanya di sana, dia menceritakan nasib yang menimpanya. Ibu Sri, sang pemilik kontrakan tersebut tidak mampu menahan rasa ibanya. Sejurus kemudian, lewat mulut Ibu Sri tersebarlah kabar tentang kemalangan Atmo kepada para tetangganya. Mereka sepakat untuk mengumpulkan dana dan tenaga untuk membantu Atmo. Jenazah putri kecilnya harus segera dikuburkan. Pada akhirnya, warga bantaran sungai Ciliwung daerah Manggarai bahu membahu mengurusi jenazah putri Atmo. .

C. Unsur-unsur Pembangun Puisi Esai “Manusia Gerobak”

1. Tema

Tema dari puisi esai ini adalah ketidakpedulian sosial yang dilakukan oleh beberapa pihak terhadap kaum papa. Beberapa kutipan puisi esai “Manusia Gerobak” yang menggambarkan ketidakpedulian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut ini. Dibawanya anaknya berobat Ke Rumah sakit dan Puskesmas Dengan selembar sepuluh ribu Baik dokter maupun perawat Tak menggubris wajahnya yang memelas Menolak Atmo tanpa ragu 1 Dihelanya gerobak menyusur Jakarta Orang sibuk sendiri-sendiri Padatnya jalanan tiada terhingga Tapi tak ada yang peduli 2 Sawah ladang kian menyempit Kehidupan petani bertambah sulit Perumahan dan pabrik industri Mengusir petani setiap hari 3 Kondisi ketidakpedulian sosial ditampilkan secara jelas sebagaimana kutipan di atas. Kejelasan tersebut yakni dengan memanfaatkan kata ‗tak menggubris wajahnya yang memelas’; ‗menolak Atmo tanpa ragu’; ‗orang sibuk sendiri- sendiri’; ‗tapi tak ada yang peduli’; ‗mengusir petani setiap hari’. Ketidakpedulian sosial yang ditampilkan tersebut merujuk pada pemerintah, sebagian masyarakat perkotaan, serta pengonversi lahan pertanian.

2. Rasa

Rasa yang muncul dalam puisi esai “Manusia Gerobak” adalah rasa tidak adil atau diskriminasi yang diakibatkan oleh tingginya ketimpangan sosial yang 1 Elza Peldi Taher, Manusia Gerobak, Depok: PT Jurnal Sajak Indonesia, h. 68. 2 Ibid, h. 48. 3 Ibid, h. 55.