masalah sosial, sehingga permasalahan sosial seperti kemiskinan tetap menjamur di kota-kota besar khususnya Jakarta.
Upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan masih perlu ditingkatkan. Kebijakan-kebijakan dalam mengentaskan kemiskinan tersebut
merupakan komitmen semua bangsa untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat. Dengan demikian, usaha menghapus kemiskinan dapat dikatakan
sebagai upaya mencapai keadilan sosial.
B. Implikasi Kritik Sosial dalam Puisi Esai “Manusia
Gerobak” terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA
Dari berbagai macam judu l puisi esai yang sudah ada, puisi esai “Manusia
Gerobak” karya Elza Peldi Taher bisa menjadi salah satu pilihan bahan ajar dalam pembelajaran puisi. Fenomena manusia gerobak atau para tunawisma dengan
pekerjaannya sebagai pemulung —yang semakin banyak muncul akan melatih
siswa untuk mengembangkan pemikiran yang kritis. Fakta sosial tersebut tentu banyak ditemui oleh siswa di sekitar mereka. Sehingga, tujuan pembelajaran yang
memusatkan pada pengalaman sehari-hari bisa lebih diterapkan. Selain itu, lewat pes
an yang terkandung dalam puisi esai “Manusia Gerobak”, kesadaran siswa untuk memiliki kepedulian sosial akan semakin
meningkat. Peran guru sangat dibutuhkan untuk menyugesti dan menginspirasi siswa lewat puisi esai Manusia Gerobak tersebut. Setelah proses pembelajaran
terhadap kesadaran atas kepedulian sosial, melalui puisi esai ini guru bisa melatih siswa untuk memikirkan penyebab permasalahan sosial yang ada di sekitar
mereka maupun yang lebih luas, yakni mengenai permasalahan sosial di negeri ini.
Sete lah melakukan penelitian terhadap puisi esai “Manusia Gerobak”,
hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang sastra melalui pengalaman belajar. Tujuan pembelajaran pada kegiatan ini
adalah siswa mampu memahami pembelajaran sastra serta memberikan pengalaman belajar kepada siswa dengan mengaitkannya dengan kehidupan
sehari-hari. Banyaknya fenomena di kota besar seperti para tunawisma, pemulung, gaya hidup yang cenderung hedonis, ketimpangan antara si kaya dan si miskin,
serta kurangnya perhatian pemerintah dapat dengan mudah dilihat oleh mereka. Pendekatan melalui pengalaman akan sangat membantu siswa untuk memahami
bahan ajar yang pada akhirnya tentu saja akan meningkatkan apresiasi mereka terhadap karya sastra.
Penjabaran mengenai pentingnya mempelajari sastra dan bagaimana strategi pengajarannya yang baik tentu saja perlu didorong oleh minat guru
sebagai pengajar terhadap sastra. Seorang guru yang mampu menyampaikan pengajaran sastra dengan komunikatif, sugestif, dan inspiratif tentu akan membuat
siswa semakin mengapresiasi kehadiran sastra. Sehingga, siswa mampu mengaitkan dan menerapkan pembelajaran bahasa yang baik ke dalam
pembelajaran sastra, begitu pula sebaliknya. Ini semua akan membuat siswa tidak memandang sebelah mata pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia ataupun
beranggapan bahwa mempelajari bahasa dan sastra Indonesia sekadar untuk mempersiapkan ujian semata.
Sesuai dengan implikasi yang diharapkan dari penelitian skripsi mengenai kritik sosial “Manusia Gerobak” karya Elza Peldi Taher ini, hasil penelitian
relevan dengan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP di tingkat SMA kelas X semester 2 dalam
aspek berbicara dengan standar kompetensi mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi dan kompetensi dasar menghubungkan isi puisi dengan
realitas alam, sosial budaya, dan masyarakat melalui diskusi. Maka dari itu, dapat dirumuskan sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran RPP mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia tingkat SMA kelas X semester II sebagaimana terlampir.
84
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan terhadap puisi esai “Manusia Gerobak” karya Elza Peldi Taher, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penelitian terhadap unsur pembangun dalam puisi esai “Manusia Gerobak”
ini menggunakan sepuluh unsur pembangun puisi yang terdiri dari tema, rasa, nada, amanat, diksi, imajeri, gaya bahasa, rima, ritme, dan pusat
pengisahan. Tema dalam puisi esai ini adalah gambaran tentang semakin tingginya ketidakpedulian sosial. Rasa yang terkandung dalam puisi ini
yakni rasa tidak adil atau diskriminasi yang diakibatkan oleh tingginya ketimpangan sosial. Puisi esai ini memiliki nada-nada kesedihan,
perjuangan, ketabahan, dan sindiran dalam menyikapi ketidakpedulian. Amanat atau pesan yang ditunjukkan yakni rasa ketidakpedulian yang
semakin mengkhawatirkan seolah menjadi ciri bahwa bangsa kita tengah mengalami krisis sosial. Diksi dalam puisi ini didominasi oleh pemilihan
kata yang berhubungan dengan kemiskinan, kesengsaraan, ketabahan, serta keagamaan. Imajeri yang menjadi daya bayang dari puisi esai ini adalah
imajeri pandang, imajeri dengar, dan imajeri sentuh. Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi ini yakni repetisi, paralelisme, perumpamaan,
metafora, dan personifikasi. Rima dan ritme dalam puisi esai ini beragam, keterkaitan rima dan ritme ini diantarnya menghasilkan totalitas suara
yang rendah, tinggi, cepat, lambat, pendek, dan panjang yang berhubungan dengan rasa, nada, serta tema dalam puisi ini. Pusat pengisahan yang
digunakan dalam puisi ini adalah pengisah di luar cerita yang serba tahu. 2.
Kritik sosial merupakan salah satu bentuk komunikasi yang mempunyai peran penting dalam mengontrol kondisi sosial. Kritik sosial diwujudkan
dengan mengamati, membandingkan, dan menilai kondisi-kondisi sosial yang terjadi. Kritik sosial yang diperoleh yakni kritik yang ditujukan untuk
pemerintah, masyarakat, dan para pihak pengonversi lahan pertanian. Dari
ketiga sasaran kritik sosial tersebut, pemerintah dipandang sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas terciptanya kehidupan masyarakat
yang penuh dengan permasalahan sosial. Kritik terhadap pemerintah antara lain yakni sikap diskriminatif, kurangnya ketegasan, kecenderungan
berprasangka negatif, kebijakan yang merugikan masyarakat, kurangnya keseriusan dalam mencerdaskan rakyat dalam menghadapi perubahan
sosial, dan kurangnya keseriusan untuk menyejahterakan rakyat. Sedangkan kritik terhadap masyarakat yakni semakin tingginya rasa
ketidakpedulian sosial, kecenderungan masyarakat kota yang semakin memilih gaya hidup mewah dan mementingkan diri sendiri,
ketidakpedulian masyarakat terhadap kelestarian lingkungan, dan pandangan stereotip masyarakat umum terhadap kaum miskin. Selain
kritik yang ditujukan terhadap dua golongan tersebut, sasaran kritik yang ketiga yakni ditujukan kepada pihak pengonversi lahan pertanian. Pihak ini
memanfaatkan industrialisasi dan pembangunan di bidang properti untuk mementingkan
keuntungan mereka
dengan mengenyampingkan
kesejahteraan masyarakat pedesaan. Penelitian ini menunjukkan cerminan atau gambaran terhadap kehidupan sosial baik pemerintahan, kehidupan
bermasyarakat, maupun pola kerja pihak berkepentingan finansial —yang
terjadi di Indonesia —yang secara keseluruhan belum mengoptimalkan
peran untuk saling berkoordinasi dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa.
3. Penelitian mengenai kritik sosial dalam puisi esai “Manusia Gerobak” ini
dapat diimplikasikan terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP di SMA kelas X
semester 2. Standar Kompetensi yang sesuai yakni aspek berbicara dengan mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi. Kompetensi
Dasar yang sesuai yakni menghubungkan isi puisi dengan realitas alam, sosial budaya, dan masyarakat melalui diskusi. Kegiatan menganalisis
puisi esai ini di samping menambah pengetahuan terhadap puisi esai, juga melatih kepekaan siswa terhadap realitas yang terjadi di sekitarnya.