Kemudahan Prosedur dalam Mengakses Kredit

dilaksanakan dan dievaluasi, akan tetapi diberikan sekaligus untuk keperluan satu tahun. Perubahan mengenai standar biaya pembangunan HTI dan HTR secara berurutan dapat dilihat sebagai berikut: 1 Permenhut Nomor P.48Menhut- II2007, 2 Permenhut Nomor P.26Menhut-II2009, terakhir menjadi 3 Permenhut Nomor P.64Menhut-II2009 tentang Standar Biaya Pembangunan HTI dan HTR. Dengan demikian perubahan terjadi setelah peraturan tersebut memiliki ketetapan hukum atau legal formal dan bukan dalam tataran perumusan kebijakan. Perubahan atau revisi peraturan terjadi atas dasar saran dari para pihak di lapangan, pada saat dilakukan sosialisasi peraturan dan program untuk diimplementasikan di lapangan. Perubahan-perubahan kebijakan sangat tergantung pada kemampuan suatu diskursus apakah dapat membangkitkan ide baru dan diterima oleh berbagai aktor atau tidak Lubell 2004. Kartodihardjo 2008a menambahkan bahwa suatu kebijakan tertentu dapat dibangun oleh peran aktif dari berbagai aktor, seperti akademisi, lembaga donor, politisi, LSM, dan lain-lain serta jaringan yang dapat mereka bangun sehingga dapat memanfaatkan ruang yang tersedia dalam konteks, situasi dan waktu tertentu.

4.2.2 Kemudahan Prosedur dalam Mengakses Kredit

Menurut Mayrowani 1998, kemudahan prosedur dalam mengakses kredit dan ketepatan waktu penyaluran dan jumlah dana yang disalurkan merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan pinjaman untuk petani. Hal ini tidak dipenuhi oleh PDB HTR karena terdapat 29 prosedur Lampiran 18 untuk memperoleh IUPHHK-HTR Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu untuk Hutan Tanaman Rakyat, dan ditemukan 30 Prosedur Lampiran 19 untuk memperoleh PDB HTR, serta terdapat Ketentuan Pinjaman untuk PDB HTR yang harus disepakati sebelum melakukan akad kredit. Ketentuan Pinjaman PDB HTR tersebut diatas terdiri dari: ketentuan pinjaman 12 butir, syarat-syarat pinjaman 13 butir, mekanisme pencairan dan pengembalian pinjaman 5 butir. Ketentuan pinjaman mencakup: 1 nama penerima pinjaman, 2 nama fasilitas, 3 tujuan peminjaman, 4 jangka waktu pinjaman, 5 suku bunga pinjaman, 6 jadwal pengembalian pinjaman, 7 provisi sesuai sesuai peraturan Menteri Keuangan tentang tarif layanan BLU Pusat P2H, 8 biaya administrasi sesuai peraturan Menteri Keuangan tentang tarif layanan BLU Pusat P2H, 9 agunan fiducia secara notariil, 10 lokasi areal sesuai peta areal kerja, 11, daur atau jumlah petak, dan 12 jenis dan jumlah tanaman, luas areal, dan jumlah pinjaman untuk masing-masing penerima pinjaman. Syarat-syarat pinjaman, yaitu: I. Syarat penandatanganan perjanjian pinjaman yaitu 1 memiliki KTP dengan identitas yang sama dengan SK IUPHHK HTR, dan 2 penerima pinjaman telah setuju dengan menandatangani putusan pinjaman. II. Syarat-syarat umum pinjaman, yaitu: 1 debitur tunduk pada syarat-syarat dan ketentuan PDB HTR, 2 perjanjian pinjaman dibuat secara notariil dengan memuat klausula: a BLU Pusat P2H dapat mengakhiri pinjaman sepihak jika penerima pinjaman tidak memenuhi seluruh atau sebagian kewajiban yang terdapat dalam perjanjian pinjaman yang telah ditandatangani, b catatan pembukuan yang benar ada di BLU Pusat P2H, c jika fasilitas pinjaman dihentikan secara sepihak oleh BLU Pusat P2H maka pokok pinjaman dan bunga harus dibayar seluruhnya, 3 pernyataan menjamin meliputi a kecakapan, b tindakan hukum yang sah, c telah memperoleh perizinan, d tidak ada pelanggaran, dan e tidak ada sengketa yang terjadi, 4 debitur tidak boleh menuntut jika BLU Pusat P2H tidak dapat memenuhi kewajibannya, 5 setiap saat BLU Pusat P2H akan memeriksa, mengawasi atau mengevaluasi fisik maupun administrasi penerima pinjaman, 6 jika penerima dinyatakan tidak perform sesuai tingkat keberhasilan tanaman, maka penerima pinjaman wajib membayar seluruh pokok dan bunga, jika tidak dilaksanakan maka jadi kewajiban kelompok tanggung renteng, 7 BLU Pusat P2H akan melakukan tindakan penyelamatan apabila penerima pinjaman dinyatakan tidak perform sesuai kriteria tingkat keberhasilan tanaman, 8 hal-hal yang harus dilaksanakan affirmative covenants: a penerima pinjaman hanya diperkenankan menggunakan PDB HTR sesuai syarat-syarat pinjaman tersebut diatas dan tidak boleh digunakan untuk keperluan yang lain, b penerima pinjaman diwajibkan untuk membangun dan memelihara hutan tanaman yang dibangun dengan PDB HTR hingga selesai pengembalian pinjaman, c penerima pinjaman wajib untuk berperan aktif dalam kegiatan KTH dimana penerima pinjaman tergabung, d kegiatan pembangunan HTR yang dibiayai melalui fasilitas pinjaman dilaksanakan secara bersamaan dalam satu KTH, e penyelesaian atas pinjaman yang telah disalurkan menjadi tanggung-jawab bersama tanggung renteng seluruh Anggota KTH yang menjadi penerima pinjaman BLU Pusat P2H f wajib melaporkan penjualan hasil panen kepada BLU Pusat P2H, g penerima pinjaman membuat laporan secara periodik setiap tiga bulanan baik keuangan maupun fisik pembangunan HTR yang diketahui oleh Pendamping, dan disampaikan kepada BLU Pusat P2H dengan tembusan kepada Dinas Propinsi atau Kabupaten yang membidangi kehutanan dan UPTBP2HP setempat sesuai peraturan yang berlaku, h wajib membuka rekening tabungan atas nama penerima pinjaman sesuai KTP di BRI dan menyampaikan nomor rekening tersebut kepada BLU Pusat P2H, i rekening harus dijaga tetap aktif, j wajib melunasi biaya yang timbul akibat hubungan agensi antara penerima dan pemberi pinjaman misalnya biaya Propinsi, biaya administrasi, biaya notaris dan biaya lain yang timbul dalam hubungan agensi tersebut, dan k penerima pinjaman wajib memenuhi seluruh kewajibannya sesuai perjanjian pinjaman atau peraturan-peraturan yang lazim digunakan atau akan diberlakukan oleh BLU Pusat P2H, 9 hal-hal yang tidak boleh dilaksanakan negative covenants tanpa persetujuan tertulis dari BLU Pusat P2H: a penerima pinjaman pindah KTH, b pada areal yang sama tidak boleh menerima bantuan dari program pemerintah yang kegiatannya sama dengan yang dibiayai oleh PDB HTR dan tidak menerima pinjaman dari pemberi pinjaman lain, c tidak boleh mengubah rencana pembangunan HTR baik jenis mapun lokasi, 10 pelanggaran atas ketentuan pinjaman BLU dapat menghentikan pinjaman dan melakukan penagihan a jika hutang pokok, bunga, dan kewajiban- kewajiban lain tidak dipenuhi oleh penerima pinjaman, b melaksanakan yang tidak boleh dilakukan, c tidak menggunakan pinjaman sesuai tujuan peminjaman, dan d jika hasil evaluasi dinyatakan tidak berhasil perform sesuai kriteria yang ditetapkan BLU Pusat P2H, 11 denda keterlambatan, 12 jika tidak memenuhi kewajiban setelah peringatan ke-3 maka jaminan berupa tegakan disita, jika tidak cukup maka tanggung renteng, dan 13 penyelesaian masalah sesuai ketentuan yang berlaku. Mekanisme pencairan dan pengembalian pinjaman, sebagai berikut: 1 tata cara penyaluran pinjaman: a disalurkan jika seluruh persyaratan perjanjian pinjaman telah dipenuhi, b disalurkan melalui pemindah-bukuan, c pinjaman disalurkan secara bertahap, d ketentuan penyaluran bertahap harus atas persetujuan BLU Pusat P2H dan berdasarkan hasil evaluasi pada akhir penyaluran tahap pertama, dan e pemindah-bukuan dilakukan paling lama 10 hari setelah surat permohonan pinjaman dari KTH di terima BLU Pusat P2H surat harus ditandatangani oleh pengurus KTH dan penerima pinjaman, 2 komponen dan standar biaya kegiatan pembangunan HTR, 3 jumlah penyaluran pinjaman, 4 tata cara pengembalian seluruh pokok dan bunga, jika pengembalian dilaksanakan sebelum jatuh tempo maka penerima pinjaman harus menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada BLU Pusat P2H minimal 14 hari sebelum pelunasan, biaya yang terkait dengan pengembalian menjadi beban penerima pinjaman, dan 5 jangka waktu pengembalian atas pokok dan bunga pinjaman. Perjanjian pinjaman tersebut kemudian ditandatangani oleh kepala BLU Pusat P2H dengan seluruh anggota KTH. Menurut Para pihak di daerah BPDAS, Dinas Kehutanan Kabupaten, Dinas Perkebunan, Perusahaan, Akademisi dan peneliti 17 , aturan main dan perjanjian pinjaman tersebut sangat panjang dan relatif sulit untuk petani. Berdasarkan hasil penelitian lebih dari 59 responden tidak tahu cara peminjaman di lembaga keuangan formal, mereka juga tidak mempunyai pengalaman mengurus perizinan sampai ke kabupaten. Dominasi responden tidak meminjam lebih jauh dari 1 km, dan dominasi pemberi pinjaman berada pada desa yang sama dengan penerima pinjaman serta peminjaman dilakukan tanpa biaya. Pinjaman mudah, murah dengan biaya transaksi rendah tidak tergambar pada PDB HTR karena biaya pengurusan perizinan dan panjangnya prosedur telah menyebabkan biaya transaksi tinggi, baik biaya transportasi maupun biaya untuk memperoleh informasi. Dengan demikian penelitian ini telah mendukung pernyataan Mayrowani 1998. 17 Disampaikan pada FGD tentang “Penguatan Kelembagaan Lokal untuk Mendukung Jaminan Kesejahteraan bagi Masyarakat yang Terlibat dalam Kegiatan Hutan Tanaman Rakyat”, Pekanbaru Propinsi Riau, pada 31 Maret 2009. Menurut Syukur 1993 dan Thilaharah 1994, biaya transaksi yang tinggi dapat menghalangi peminjam untuk berinvestasi. Biaya transaksi peminjam termasuk biaya-biaya yang berkaitan dengan perjalanan ke tempat pengajuan pinjaman yang jauh, negosiasi, menerima, dan membayar kembali pinjaman. Biaya transaksi lainnya dalam proses pinjam-meminjam ini di antaranya biaya kesempatan waktu yang diperlukan dalam menempuh tahapan-tahapan proses peminjaman. Aplikasi pinjaman yang sederhana penting bagi peminjam, tidak hanya karena hematnya waktu yang diperlukan dalam pengajuan pinjaman, tetapi juga karena aplikasi yang sederhana ini tidak merepotkan bagi peminjam kecil yang tidak familiar dengan pengajuan untuk mendapatkan kredit formal. Rumah tangga pedesaan dan peminjam kecil umumnya memiliki akses pada lembaga finansial informal. Hal ini dikuatkan oleh Indroprahasto 1994 yang menyatakan bahwa hambatan kelembagaan dan biaya transaksi tinggi merupakan penyebab petani tidak mampu menjangkau kredit formal, dan menurut Wijaya 2002 salah satu cara menurunkan biaya transaksi adalah dengan membuat prosedur yang sederhana sehingga pinjaman tersebut mudah diakses oleh petani miskin.

4.2.3 Ketepatan Waktu Penyaluran dan Jumlah Pinjaman yang Sesuai